Wednesday, September 30, 2015

Japan Trip : Harajuku Takeshita Street (03 Nov 2014)

Takeshita Street juga merupakan salah satu tempat hiruk pikuk mode di Jepang untuk anak muda. Kawasan ini merupakan sebuah jalan dengan panjang 360 meter yang dipenuhi oleh toko-toko yang menjual baju, sepatu, pernak pernik, hingga kuliner. Untuk menuju ke Takeshita street yang berada di Harajuku, kamu hanya perlu menaiki kereta JR Yamato line dan turun di stasiun Harajuku. Dari sana, cari pintu keluar ke arah Takeshita dan kamu akan keluar pesis di depan gerbang Takeshita street.

Untuk kuliner kamu bisa menyicipi Marion Crepes yang terkenal di Harajuku, Calbee plus yang menjual potato chips yang baru digoreng, Garret popcornshop, kebab turki, dan masih banyak lagi. Untuk baju yang dijual di Takeshita Street beraneka ragam dan berbeda-beda tiap toko, rata-rata menjual seharga 2000 yen, untuk kaos khas Jepang yang bertuliskan ala Jepang berkisar 1000 yen (atau senilai 111.000 IDR). Sepatu yang dijual di Takeshita street sangat unik mulai dari sport, boot, casual hingga heels, harganya mulai dari 5000 yen. Banyak pula outlet yang menjual aksesoris dan pernak pernik lainnya dari harga yang sangat murah hingga sangat mahal. Pintar-pintar saja memilih. 




Sepanjang jalan akan dipenuhi oleh muda mudi Jepang yang kebanyakan adalah fashion-cholic. Gaya berbusananya pun berbeda-beda khas kesenangan mereka masing-masing dan terbilang unik. Ada yang berpakaian imut ala boneka Eropa dengan paduan warna warna salem, pink, rok mekar dengan aksen renda bahkan terkadang memakai payung renda, ini disebut gaya lolita. Untuk yang berpakaian serupa namun dominasi hitam maka disebut gothic lolita. Ada pula yang mengenakan cosplay anime Jepang, serta yang berpakaian ala Japanesse rock. Tak hanya itu, berkeliaran juga jenis Kogal dan Ganguro. Kogal adalah sebutan untuk wanita muda yang menghabiskan uangnya untuk fashion, gaya busana rok mini, rambut cerah, boot tinggi dan seperangkat merek terkenal untuk aksesorisnya. Masih banyak gaya unik berpakaian ala Jepang yang bisa kamu temui di sini, jadi jangan sampai heran yaaa

Harajuku Takeshita Street
Shibuya-ku, Jinguuame
Stasiun terdekat : JR Yamato Line, Stasiun Harajuku
Website : http://takeshita-street.com/


Salam,
Noni Halimi

Japan Trip : Arashiyama (04 Nov 2014)

Source : Google
Sepulang dari melihat-lihat Fushimi Inari Taisha, saya melanjutkan perjalanan ke Arashiyama dengan menggunakan bus. Tanya saja dimana pemberhentian menuju Arashiyama. Kebetulan kami ditunjukkan pemberhentian yang pas, yakni sebelum jembatan Togetsu-kyo yang terkenal itu. Turun dari bus di sore hari, kami disuguhi dengan udara yang super dingin terlebih di Arashiyama memang daerah pegunungan. Arashiyama sendiri artinya adalah pegunungan sebelah barat.

Ini supeeerrr dingin
Air sungainya lagi surut
Jembatan yang gelap :D
Di bawah jembatan Togetsu-kyo mengalir sungai Katsura. Jika musim semi dan musim panas biasa dipergunakan oleh warga sekitar untuk kegiatan sehari-hari karena di bawah jembatan tersebut mengalir sebuah sungai yang bernama sungai Katsura. Arashiyama terkenal dengan hutan bambu yang memesona, jembatan klasik Togetsu-kyo serta kuil Tenryu-ji. Untuk menuju ke hutan bambu, kamu hanya perlu berjalan melintasi jembatan, kemudian lurus terus. Di sana terdapat kuil Tenryu-ji, jika sempat mampir silahkan mampir. Tidak jauh dari sana barulah kamu akan menemukan pintu masuk ke Arashiyama bamboo forest.

Perempatan menuju Arashiyama
Gelap amaaat
Waktu yang tepat untuk ke tempat ini memang sore hari saat pengunjung tidak begitu ramai dan udara super sejuk. Namun sayangnya saat saya ke sana sudah terlalu sore malah menjelang malam, alhasil malah cenderung gelap. Dari banyak review yang saya baca sebelum benar-benar pergi ke tempat ini sangat menarik, karena saat kita memasuki hutan bambu ini terasa sangat menenangkan, angin berhembus lembut menggoyangkan dedaunan bambu yang terkadang menghasilkan suara yang cantik. Bahkan saya juga melihat hasil foto yang cantik-cantik. Namun apa daya, saat saya ke sini sudah menjelang gelap, musim gugur yang sangat menusuk dinginnya. Saya berjalan masuk ke dalam hutan bambu, yang ada saya ngerasa horor. Dingin menusuk, gelap, suara2 daun bambu yang bertiupan. Terlebih lagi kalau inget di Indonesia pohon bambu identik sama yang hororr-horor. Aseemm.. Praktis saya, Febi dan adik saya tidak mau berlama-lama ditempat tersebut dan memutuskan untuk mencari makan kemudian pulang! Bhaaayy! Mungkin lain kali kita bertemu lagi dengan kondisi yang cantik ya, Arashiyama :P

Salam,
Noni Halimi

Japan Trip : Kiyomizudera Kuil di atas Awan (03 Nov 2014)

Salah satu tujuan kami ke Kyoto adalah wisata kebudayaan kuno Kyoto salah satunya Kiyomizudera Temple yang sudah sangat melegenda. Jika Tokyo dengan hiruk pikuk kesibukannya diibaratkan dengan Jakarta, maka Kyoto mungkin bisa dipersamakan dengan Yogyakarta dengan kebudayaannya. Perjalanan saya bersama adik saya dan travelmate saya menuju Kyoto dengan cara yang cukup panjang. Kami mengawalinya dari Tokyo Station menaiki Willer Bus (bus malam) dengan rute Tokyo – Osaka. Kami berangkat malam hari dari Tokyo sekitar pukul 11 malam hari dan akan tiba di Osaka Station pukul 07.00 pagi. Kami memang sengaja memilih rute bus malam ini supaya malam hari kami bisa sekalian tidur di bus sehingga tidak membutuhkan biaya penginapan. Sembari perjalanan sembari tidur.

Setelah pagi hari sampai di Osaka, kami tidak langsung berjalan-jalan ke Osaka, karena tujuan kami adalah ke Kyoto. Sehingga kami memutuskan untuk meletakkan barang bawaan kami berupa koper di loker penitipan stasiun Osaka. Kami hanya membawa tas ransel kecil dan beberapa baju untuk dipergunakan selama 1,5 hari di Kyoto. Dari Stasiun Osaka kami menaiki kereta biasa menuju Kyoto. Kami baru akan mencoba jalur Kyoto – Osaka menggunakan Shinkansen pada rute pulang, kali ini kereta biasa saja. Waktu tempuhnya selama kurang lebih 1 jam. Setelah sampai di Kyoto Station kami langsung menuju pusat informasi untuk membeli kartu Kyoto Pass dan menuju Piece Hostel untuk check in. Kami akan menginap satu malam di Piece Hostel yang jaraknya cukup dekat dengan Kyoto Station. 

Setelah check in dan menitipkan barang, barulah kami menuju Kiyomizudera. Yeaaayy! Kiyomizudera bisa ditempuh dengan menggunakan bus dari Kyoto Station. Jalur bus Kyoto station berada di bagian luar dengan banyak halte pemberhentian bus, perhatikan nomor bus dan papan informasi yang berada di setiap pemberhentian bus, karena bus hanya akan berhenti sesuai dengan jadwalnya. Saya menunggu kedatangan bus menuju Kiyomizudera sambil memperhatikan keadaan sekitar. Bahkan untuk menaiki bus saja orang Jepang berbaris antri tanpa saling rebutan mendahului. Fiuuuh.

Jalan terbagi dua menuju Kiyomizudera

Jalan mendaki menuju Kiyomizudera banyak toko
Salah satu barang dagangan
Ramainyaaaaaa
Kami turun dari bus di tempat perhentian wisata Kiyomizudera Temple. Ternyata kuil Kiyomizudera tidak dekat dengan jalan raya, kita harus berjalan masuk ke dalam, dengan kondisi jalan agak menanjak dan jalan yang cukup kecil. Sisi kiri dan kanan berjejer toko yang menjual souvenir, makanan serta cemilan. Saat itu siang hari, namun udara mencapai 10 derajat celcius disertai angin. Saya yang terbiasa dengan iklim tropis lumayan menggigil juga kena suhu 10 derajat plus angin. Gimana kalau musim saljuuuu, hehehehe. Karena ini adalah tempat sembahyang atau kuil maka banyak masyarakat Jepang yang mengenakan yukata ke tempat ini. Baik dari anak-anak, remaja, hingga orang dewasa. Tidak mengenal usia dan gender, bahkan laki-laki pun menggunakan yukata khusus laki-laki. Motifnya pun lucuuuuu...

Pasangan yang sedang melakukan persembahan
Sampai di depan Kiyomizudera ternyata kami masih harus naik lagi dan sampai ke puncaknya. Perjalanan cukup panjang, namun menyenangkan. Di dalam kuil makin banyak orang-orang Jepang yang menggunakan yukata, kawaaaaaiiii...Kami pun menyempatkan untuk berfoto. Bahkan ada turis asing juga entah negara mana, ingin berfoto juga bersama saya dan yang lainnya. Lah ini mau foto sama orang Jepang yang pake yukata apa sama saya sih?? *pedeee. Kami juga foto selfie dengan pasangan orang Jepang, serunya :D

Tiba-tiba diajak foto sama bule
Selfie dulu
Senoooo...Cheesee
Kuil di atas awan
 

Karena posisi kuil ini tinggi, maka jangan heran kamu akan menemukan pemandangan bagus ke arah bawah. Wuuiiihh..seperti negeri di atas awan yaa.. Ini baru bagian bawahnya, belum sampai yang paling atas. Sayang kami tidak ke sana karena sedang masa renovasi. Yaahh..menikmati pemandangan kuil sambil olah raga berjalan kaki naik turun gunung cukup menguras tenaga juga. Sorenya kami kembali ke hostel untuk merebahkan diri. Oyasuminasaaaiii minnaaaaa :)

Kiyomizudera Temple
294 Kiyomizu 1-chome,
Hogashiyama Ward
Kyoto Prefecture
605-0862 Japan

Salam,
Noni Halimi

Japan Trip : Fushimi Inari Taisha Shrine (04 Nov 2014)

Salah satu tempat persembahan di Fushimi Inari
Fushimi Inari Taisha adalah kuil Shinto yang yang berada di Fushimi-ku Kyoto, Jepang. Kuil ini merupakan kuil pusat bagi sekitar 40.000 kuil Inari yang memuliakan Inari (Dewa Padi). Kuil utama (honden) terletak di kaki gunung Inari, dan tanah milik kuil berbentuk gunung tingginya mencakup 233 meter. Menurut saya wisata ke tempat ini wajib dikunjungi oleh siapa pun yang berkunjung ke Kyoto. Saya, Nabi dan Febi menaiki bus dari Kyoto Station dan berhenti di tempat pemberhentian wisata Fushimi Inari. Dari sana kami masih harus berjalan kaki ke dalam dan melewati rel kereta api. Banyak toko yang mejual souvenir dan makanan ringan yang baunya super enak. Saya juga menemukan toko yang menjual pernak pernik ala Hello Kitty, semuaaaanya berwarna pink.

Peta lokasi pendakian Fushimi Inari
Salah satu gerbang masuk Fushimi Inari
Setelah berjalan cukup jauh, kami sampai di depan pintu masuk Fushimi Inari. Di depan kuil kami disambut oleh torii gate besar berwarna orange. Lanjut masuk ke dalam ternyata masih ada satu lagi gate besar. Tempat wisata ini di dominasi oleh warna orange menyala. Setelah gerbang utama, terdapat aula persembayangan dan tempat untuk menanyakan keberuntungan atau fortune teller.


Banyak rubah
Salah satu view yang cukup menarik
Pilar orange awal pendakian
Kami melanjutkan ke bagian dalam lagi untuk menuju ke torii yang berbentuk lorong yang sangat terkenal itu. Kami harus mendaki beberapa anak tangga untuk bisa menuju ke torii tersebut. Hingga tibalah kami ke tempat yang dikenal sebagai icon Fushimi Inari, yakni lorong yang membentuk dua jalan setapak. Torii yang tidak begitu besar saling berhimpitan, spot yang biasa digunakan turis untuk foto. Jika dari arah depan hanya berbentuk tiang orange saja, namun di arah pulang atau sebaliknya akan terlihat pada tiang tesebut ukira-ukiran tulisan. Ini jalur lalu lalang orang sehingga jika ingin mengambil foto yang bagus dan sepi kamu harus sabar menunggu saat tidak ada orang yang lewat.

Toori legendaris
Rupanya ini masih tahap awal dari puncak Fushimi Inari yang sesungguhnya. Untuk mencapai ke puncak Fushimi Inari kamu harus menempuh jarak sejauh 4 km dengan kondisi mendaki ditemani dengan ribuan torii yang seakan tidak berujung. Di bagian atas atau puncak Fushimi Inari akan terlihat kuil yang dibangun untuk persembahan kepada Dewa Padi (God's of Rice) atau Inari dalam agama Shinto Jepang. Banyak sekali patung rubah, fox statue yang mirip dengan rubah Inuyasha hehehe. Fox memang dianggap sebagai hewan suci utusan dari Inari.

Selfie dulu sama bocah Jepang
Kerikil Jepang
Salah satu hal yang menarik hati saya saat berkunjung ke Fushimi Inari adalah ketika saya menginjak kerikil di lahan persembahan salah satu kuil Fushimi Inari. Kerikilnya berjajar rapi dan tidak botak botak alias berhamburan kemana-mana. Rasanya tidak mungkin kalau kerikil tersebut di lem. Karena penasaran, saya pun sampai jongkok untuk mengecek. Ternyata oh ternyata, Jepang menggunakan blok blok kerikil yang berbentuk kotak di sepanjang lahan, baru kemudian di isi kerikil. Karena ada penahan blok tersebut, kerikil tidak akan berhamburan ke luar jalur dan tetap rapi. Jika diperhatikan sekilas bentuknya akan mirip denan kerikil karena berwarna abu-abu. Jadi ketika dari kejauhan tidak ada yang menyadari adanya penyangga tersebut.
Lepas berjalan-jalan di Fushimi Inari, kami meregangkan badan dengan menyantap takoyaki panas sambil duduk- duduk. Itadakimasu~

Abang abang Takoyaki
Takoyaki

Salam,
Noni Halimi

Friday, September 18, 2015

Japan Trip : Pengalaman Naik Shinkansen Kereta Peluru Jepang (04 Nov 2014)

Shinkansen Bullet Train Japan

Salah satu kegiatan yang harus saya lakukan saat trip ke Jepang adalah menaiki Shinkansen Jepang. Shinkansen adalah jalur kereta api cepat Jepang yang dioperasikan oleh empat perusahaan dalam grup Japan Railways. Shinkansen pertama kali dibuka pada 01 Oktober 1964 (jaman segini di Jepang udah lahir kereta super cepat, luar biasa) untuk menyambut olimpiade kota Tokyo. Shinkasen merupakan sarana transportasi utama untuk angkutan antar kota di Jepang selain pesawat udara. Kecepatan kereta Shinkansen rata-rata 300 km/jam dan kecepatan maksimum bisa mencapai 500 km/jam. Jarak stasiun Tokyo ke Shin-Osaka adalah 515.4 km dengan menggunakan kereta Shinkansen bisa ditempuh dalam waktu kurang dari 2 jam saja. 

Jadwal kereta Shinkansen

Kereta Shinkansen sangat terintegrasi dan aman, terbukti tidak ada daftar kecelakaan yang berakibat fatal dalam pengoperasian Shinkansen selama 50 tahun lebih. Beberapa kasus hanya orang terluka karena pintu menjepit penumpang atau barang, beberapa percobaan bunuh diri penumpang. Untuk menghadapi gempa bumi, kereta ini dilengkapi dengan sistem pendeteksi yang akan memberhentikan kereta apabila terjadi gempa bumi. Kereta Shinkansen juga terkenal dengan ketepatan waktu. JR Sentral melaporkan jadwal waktu rata-rata Shinkansen tepat dalam waktu 0.1 menit atau 6 detik dari waktu yang telah dijadwalkan. Seperti komentar saya dahulu, di Jepang memang berburu dengan detik, bukan menit ya.

Saat perjalanan saya ke Jepang, sengaja saya membeli tiket kereta Shinkansen. Harga tiketnya cukup mahal, mirip dengan tiket pesawat. Karena itu saya memilih jalur pendek supaya harga tiketnya tidak terlalu mahal *ngirit Maka dipilihlah jalur Kyoto – Shin Osaka. Kami membeli tiket di kounter tiket stasiun Kyoto. Perasaan campur aduk senang, tidak sabar dan deg-degan akan menaiki kereta fenomenal tersebut. Kyoto Station merupakan stasiun terbesar di Kota Kyoto yang terintegrasi dengan stasiun-stasiun lainnya di kota Kyoto. Stasiun ini dilengkapi dengan pusat perbelanjaan , hotel, bioskop, dan kantor-kantor. Jika ingin mengelilingi stasiun ini cukup waktu banyak juga karena terbilang cukup luas.

Tanpa membuang waktu, saya langsung menuju peron untuk menaiki kereta Shinkansen. Saya menggenggam tiket dengan erat dan menaiki eskalator menuju peron. Jadwal kedatangan kereta kami masih 15 menit lagi. Namun saya semakin deg-degan salah kereta atau salah peron, hehehe. Maklum kereta ini super cepat dan tepat waktu, gawat kalau ketinggalan. Selama menunggu kedatangan kereta, saya bersama Nabi dan Febi menyempatkan foto-foto setiap ada kereta Shinkansen yang lewat dekat peron kami. Sasaran kami tidak lain moncong kereta peluru tersebut yang super keren, apalagi kereta Nozomi. Kami memperhatikan waktu kedatangan kereta, saat kereta bersiap masuk stasiun langsung pasang senyum lebar, kliik! Hehehehe.

Kelas bisnis hehehehe
Kursi bisnis

Tidak lama kereta kami pun datang, beruntung kami menaiki kereta Nozomi, horeeee!! Kami bertiga bingung naik melalui pintu yang mana begitu kereta berhenti, kami sembarang masuk. Ketika sampai di dalam, ternyata itu kelas eksekutif, walaah pantesan lebih kece. Setahu saya kursi penumpang Shinkansen kelas biasa berwarna biru. Namun sudah terlanjur masuk, maka bandel dikit, kita foto-foto dulu di sana :D

Usai berfoto kami langsung berjalan menuju gerbong kami yang seharusnya. Ya..kursi biru yang seharusnya kami tempati. Bagian dalam kereta Shinkansen mirip dengan desain interior pesawat terbang. Sandaran kursi bisa direbahkan ke belakang. Tiap tiap kursi dilengkapi dengan meja kecil dan cantolan jaket. Di sepanjang tempat duduk juga tersedia tempat penyimpanan bagasi yang bisa memuat koper medium. Di bagian pintu tempat keluar masuk terdapat running text yang berisi informasi stasiun kereta berikutnya dalam dua bahasa yakni bahasa Jepang dan bahasa Inggris.

Kelas Biasa, yeaay
Bagian depannya

Tempat duduk Shinkansen dibagi menjadi 2, yakni tiper reserve dan non-reserve. Untuk tiket reserve harganya lebih mahal ketimbang yang non-reserve. Non-reserve artinya kita bebas memilih tempat duduk dimana pun yang kita mau selama masih tersedia kursi yang kosong, sedangkan reserve artinya kursi tersebut sudah kita pesan dan tidak bisa diduduki oleh orang lain. Untungnya kemarin cukup sepi sehingga kami bebas memilih lokasi tempat duduk mana yang kami sukai.

Kereta hanya berhenti kurang dari 3 menit kemudian melaju meninggalkan stasiun Kyoto. Saking penasarannya, saya benar-benar memperhatikan ke luar jendela, secepat apa sih kereta ini? Awalnya kereta berjalan normal saja, berapa detik kemudian saya merasakan kecepatan luar biasa, persis seperti menaiki pesawat terbang, terlebih suara yang terdengar juga seperti suara pesawat. Kereta Shinkansen terbang :D Kecepatan Shinkansen makin berasa ketika berpapasan dengan kereta Shinkansen lain. Wuuuzzzzz....

Hello Shinkansen

Namun sayang sekali, perjalanan saya hanya dari Kyoto menuju stasiun pertama setelahnya yakni Shin-Osaka, yang hanya ditempuh dalam waktu kurang dari 15 menit. Terlihat di layar informasi bahwa kereta akan memasuki stasiun Shin-Osaka, demikian juga dengan pesan informasi yang disuarakan oleh mbak-mbak petugas melalui speaker. Huwaaaa rasanya masih belum rela untuk turun dari Shinkansen. Tak lama kereta melambat dan memasuki stasiun. Saatnya berpisah dengan kereta peluru ini. Walaupun singkat namun sangat berkesan, karena salah satu mimpi saya bisa terwujud. Suatu saat saya harus kembali lagi ke sana untuk merasakan kembali sensasi kereta Shinkansen yaaa..Insya Allah..


Salam,

Japan Trip : Kartu Kyoto Pass

Jika di Tokyo hampir seluruh transportasi menggunakan kereta dan subway, maka agak berbeda halnya dengan di Kyoto. Transportasi utama di kota Kyoto adalah menggunakan bus dan beberapa line subway. Namun sebagian besar tempat-tempat wisata dijangkau dengan menaiki bus. Sistem tarif angkutan bus di Kyoto adalah jauh dekat satu tarif, tidak peduli jaraknya hanya beberapa meter saja, semua dipukul rata dengan harga 220 yen. Bayangkan jika dalam satu hari kita mengunjungi 4 sampai 5 tempat, maka berapa biaya yang harus kita keluarkan untuk ongkos bus? Kita harus mengambil kocek 1100 yen. Sedangkan jika kita membeli Kyoto pass maka kita bisa pakai sepuasnya.

Harga Kyoto Pas adalah 500 yen per hari. Kamu bisa membeli kartu ini di pusat informasi yang ada di lantai 2 stasiun Kyoto. Di sana kamu bisa membeli kartu pass Kyoto dengan menyebutkan berapa hari. Jika kamu ingin bepergian selama 2 hari di Kyoto, kamu akan membeli kartu selama 2 hari. Petugas akan memberikan kamu 2 kartu dengan tanggal yang berbeda. Satu kartu untuk hari ini dan kartu lainnya untuk esok hari. Jangan sampai tertukar kartu ya, dan jangan lupa disimpan dengan baik. Kamu juga bisa meminta peta Kyoto dan buku informasi tempat wisata di Kyoto di pusat informasi tersebut. Sangat membantu dan informatif untuk turis. Usahakan ke mana pun kamu bepergian, sempatkan bertanya ke bagian pusat informasi ya :D

Salam,

Japan Trip : Taiyaki Cemilan Ikan (04 Nov 2014)

Taiyaki Cemilan Jepang
Taiyaki adalah kue berasal dari Jepang yang berbentuk ikan. Dalam bahasa Jepang, Tai adalah sebutan untuk ikan, dan yaki artinya adalah panggang. Jadi taiyaki adalah kue yang berbentuk ikan yang cara penyajiannya dengan cara di panggang. Mengapa bisa berbentuk ikan? Karena alat panggangnya cetakan berbentuk ikan. Bagian atas kue dipanggang terpisah dengan bagian bawah kue. Ketika kedua lapisan hampir matang baru diolesi oleh berbagai macam isi yang dapat kita pilih sesuai selera. Ada pun isinya bisa berupa selai kacang merah, selai strawberry, selai cokelat, selai matcha, vanila, keju, vla, sosis, dan lain sebagainya. Bahan untuk membuat taiyaki menurut saya mirip dengan kue cubit, yakni dari tepung terigu, gula pasir, baking powder, telur ayam, susu dan air.

Macam-macam rasa
Taiyaki ini salah satu cemilan favorit untuk masyarakat Jepang baik anak-anak maupun orang dewasa. Taiyaki biasanya dijual di toko, kedai pinggir jalan, maupun kedai dadakan yang berada di tempat-tempat wisata. Saya mencoba taiyaki yang dijual di Fushimi Inari, Kyoto saat berkunjung ke Jepang. Satu buah taiyaki diberi harga 100 JPY atau senilai 11.100 IDR. Saya mencoba rasa matcha atau teh hijau. Penjualnya membuat taiyaki sekaligus karena yang mengantri cukup banyak. Di sana saya melihat sendiri proses pembuatan taiyaki oleh penjualnya. Benar-benar mirip seperti membuat kue cubit. Bedanya kue cubit hanya melewati satu proses saja, si penjual hanya sekali menuang adonan ke panggangan. Sedangkan taiyaki terdiri dari dua lapis, sehingga mirip sandwich. 

Abang-abang jualan Taiyaki
Mengenai rasa, menurut saya pribadi rasa kue taiyaki agak cenderung hambar, tidak manis seperti kue cubit. Mungkin memang adonan tepungnya tidak diberi banyak gula. Sehingga apabila hanya memakan kue taiyakinya saja tanpa ada olesan selai agak hambar dan seret (minum....minum...). Masih jauh lebih enak rasanya kue cubit di Indonesia lah, dan harganya pun sebelas dua belas, malah dapat banyak, hehehehe. Tapi bagi pembaca sekalian yang penasaran ingin mencoba langsung taiyaki dari negara asalnya, boleh lhooo..Saya rekomendasikan rasa matcha, karena khas Jepang :D Selamat mencoba


Salam,

Japan Trip : Mencicipi Takoyaki Khas Kansai (04 Nov 2014)

Takoyaki isi gurita
Takoyaki adalah makanan khas kota Kansai, Jepang yang berbentuk bola-bola kecil dengan diameter 3-5 cm yang terbuat dari adonan tepung terigu dan diisi oleh potongan gurita. Takoyaki biasanya dijual di toko maupun kios pinggir jalan. Takoyaki dijual dalam bentuk set berisi 5, 6, 8 hingga 10 buah dalam satu wadah. Namun ada pula penjual yang menjual takoyaki dalam bentuk satuan dan takoyakinya berbentuk sebesar bola tenis alias jumbo. Takoyaki biasanya disajikan dalam wadah berbentuk perahu, namun apabila pembeli ingin membawa pulang, maka dibungkus dengan wadah plastik. Takoyaki dimakan menggunakan tusuk gigi, namun dibeberapa kota seperti Tokyo dan Kyoto, Takoyaki dimakan menggunakan sumpit kayu sekali pakai. Harga satu set takoyaki berbeda-beda bergantung wilayah dan kios yang menjual. Satu set takoyaki yang berisi 5-8 buah, rata-rata dihargai sebesar 200 – 400 Yen. Namun jika membeli langsung di Kansai, harganya akan jauh lebih murah karena persaingan harga.

Takoyaki ini memang cemilan khas kota Kansai, Osaka, Jepang. Sehingga setiap rumah di Osaka biasanya memiliki wajan atau loyang yang berbentuk bulat-bulat untuk membuat takoyaki sendiri. Makanan ini merupakan salah satu makanan kebanggaan masyarakat Osaka, sehingga sering dijadikan lauk untuk dimakan bersamaan dengan nasi. Namun saya belum pernah mencoba makan takoyaki campur nasi, hehe. Dengar-dengar juga, wajan takoyaki adalah salah satu perabot rumah tangga yang harus dihadiakan oleh orang tua kepada anak perempuannya yang menikah. Sugooooi...

Bahan dasar membuar adonan takoyaki adalah tepung terigu, kaldu ikan, baking powder, garam dan telur, semuanya diaduk menjadi adonan. Kemudian masukkan potongan-potongan isi salah satunya adalah ginger/jahe yang berwarna merah. Saya sempat menanyakan kepada abang-abang yang menjual takoyaki, potongan potongan kecil berwarna merah yang terpajang di depan toko, saya khawatir termasuk bahan yang tidak halal untuk dimakan ternyata jawabnya adalah ginger. Tiga kali ia mengucap red ginger barulah saya paham, koplaaakk... maklum spellnya orang Jepang agak super yaah :D

Takoyaki dipanggang dalam wajan, jika bagian bawah sudah cukup matang, maka takoyaki akan diputar-putar hingga menghasilkan ¾ bulat,, jika sudah hampir jadi bulat sempurna maka akan dimasukkan gurita potong dan isi lainnya sesuai pesanan. Takoyaki terus diputar hingga menghasilkan bentuk bulat sempurna. Jika sudah berentuk bulat, maka tetap perlu diolesi mentega agar tidak lengket. Jika warna takoyaki sudah kuning keemasan, barulah takoyaki diangkat. Takoyaki yang sudah matang akan disiram dengan saus yang rasa sausnya mirip dengan saus okonomiyaki dengan rasa asam dan gurih. Sebagian penjual juga ada yang menambahkan saus mayonaise di atasnya. Tidak lupa ditaburkan nori (rumput laut) serta katsuoboshi (bonito kering) dengan penampankan lembaran cokelat tipis yang menari-nari di atasnya. Menari? Benar lhooo bergerak. Adik saya sampai kaget dikira binatang hidup, sampai seksama memperhatikan apakah benar benar bergerak atau hanya tertiup angin. Hahaha norak abis..padahal memang katsuobshi agak bergerak seperti itu.

Ginger merah
Aksi membuat takoyaki
Takoyaki sudah jadi
Saya mencoba memakan takoyaki langsung dari Jepang dan rasanya memang jauh lebih enak ketimbang takoyaki yang dijual di Indonesia. Saya membeli takoyaki di sebuah kios yang berada di Kyoto, harganya 250 yen untuk isi gurita. Penjual dari kios tersebut menyediakan meja dan kursi untuk pengunjung yang akan makan langsung di kios. Sisanya yang tidak kebagian tempat duduk bisa tetap menikmati takoyaki sembari mencari tempat untuk duduk-duduk di lokasi sekitar sana. Kebetulan kiosnya berada di Fushimi Inari dan banyak spot untuk duduk-duduk. Pembeli takoyakinya membludag dan saya harus mengantri agak panjang demi mencicipi rasa takoyaki. Namun syukurlah, rasanya memang pantas untuk membuat orang mengantri :D Rasa takoyaki akan lebih nikmat jika dimakan sembari panas apalagi udara sedang cukup dingin di Jepang. Rasanya gabungan gurih, manis dan asin. Guritanya agak lebih besar dan terlihat jelas tentakel-tentakelnya, tidak seperti takoyaki di sini yang hanya butiran kecil gurita. Takoyaki yang disajikan bagian dalamnya masih setengah matang, sehingga ketika menggigit bagian dalam, meleleh semua isinya. Oishiiiiii.....Siapa mau takoyaki si gurita potong?


Salam,