Tuesday, May 21, 2013

Ishbiru Wa Shobiru

Sering kali ketika masalah datang, kita justru mengeluh dan lupa kepada Yang Maha Pengasih. Masalah yang datang merupakan sarana untuk membangun kualitas keimanan dan kualitas kehidupan seseorang. Sebuah rumah yang berdiri kokoh pastilah memiliki pondasi yang kuat yang terdiri dari bahan baku yang super kualitasnya, sehingga terpaan angin badai pun bukan merupakan suatu hambatan. Masalah bukan membuat kita menjadi lemah, namun masalah menjadikan kita pribadi yang pantang menyerah.Saat kita diterpa masalah, kita tidak boleh hanya pasrah. Namun kita harus berjuang agar segalanya terlihat mudah, kemudian saatnya kita berserah.

Jiwa yang kuat muncul dari masalah yang menghebat. Jiwa yang kuat ditandai dengan hebatnya ia menyelesaikan masalah. Bagaimana cara kita menyikapi masalah yang membedakan kita dan yang lainnya.Saat masalah datang maka pada saat itu berkerjalah cara pandang. Jiwa yang berpikiran positif terhadap setiap masalah akan menghasilkan solusi yang positif. Namun jiwa yang berpikiran negatif akan membawa kita kepada kebuntuan dan keterpurukan. Pikiran positif menggerakkan hati untuk selalu mencari hikmah disetiap kejadian. Bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini tiada yang sia-sia dan percuma semua ada hikmahnya. Ada hikmah di setiap kejadian.

Ketika masalah datang, berpikirlah dengan tenang. Banyak mengingat Allah dan cobalah untuk lebih mendekatkan diri kepada-Nya. Sejenak buka ayat-ayat cinta-Nya dan cari keteduhan di dalamnya. Niscaya kita akan terbuka pikirannya.

Dan bersabarlah kawan...

Ada salah satu potongan ayat Al Qur'an yang sangat saya suka yakni QS. Ali Imran ayat 200



“Hai orang-orang yang beriman, Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.” (QS.Ali Imran [3] : 200)


Dari ayat di atas sangat kental oleh anjuran untuk bersabar. Sabar secara etimologi berarti menahan atau mencegah.Sedangkan secara terminologi sabar artinya adalah menahan diri untuk melakukan keinginan atau hal hal yang dimurkai oleh Allah. Ketika seseorang mengendalikan diri untuk tidak berbuat yang tidak semestinya maka saat itu pula ia belajar untuk bersabar.Demikian halnya dengan seseorang yang terkena masalah, maka pada saat itu orang tersebut sedang belajar besabar. Allah katakan dalam ayat tersebut agar kita bersabar. Apabila dirasa masih kurang tingkat kesabaran kita maka Allah katakan "kuatkanlah kesabaranmu" karena sungguh manusia adalah makhluk yang lemah. Sabar saja tidak cukup maka tambahkan lagi porsi kesabarannya. Insya Allah, segalanya akan terasa lebih mudah. -Noni Halimi

Sunday, May 19, 2013

Singapore Trip 4 (26 - 27 April 2013)

Good Morning! This is our last time walkingtour at Singapore, and we have to go back to Indonesia *nangis peres kanebo* Shubuh itu menyengat skali udaranya, saya bangun dan cek twitter, alangkah terkejutnya baca nerita soal berpulangnya Ust.Jefri Al Buchori karena kecelakaan tunggal motor saat pulang dari acara dakwah beliau. Spontan saya merinding dan lemes baca beritanya, inna lillahi wa inna ilaihi ro'jiun. Tidak ada yang tahu umur manusia, beliau berpulang dengan cepatnya :(

Hari ini bertepatan juga dengan ulang tahun pernikahan kedua orang tua saya. Doa saya panjatkan juga pagi itu untuk kedua orang tua saya. Pagi itu saya dan rekan saya telah berkemas rapi, packing sudah selesai dan memang itinerary hari itu hanya berkeliling di sekitar hostel kemudian check out menuju Batam.

Setelah sarapan kenyang, kami menuju Istana Kampong Glam yang lokasinya tidak jauh dari Jalan Kubor. Ohya, ada hal mengejutkan yang baru kami ketahui mengenai Jalan Kubor. Kemarin saat pulang dari China town, sengaja saya memilih jalur pedestrian di seberang jalan. Iseng. Niatnya sih supaya gak bosan aja lewat rute yang itu-itu saja. Saat berjalan, mata saya berkeliling melihat lihat. Ternyata ada kawasan dengan batu-batu nisan tidak beraturan,dan benar saja itu adalah kawasan tempat pemakaman umum. Miris melihatnya, sangat tidak terawat. Sangat berbeda dengan tradisi di Indonesia mengenai pemakaman. Dan tiba tiba kami teringat dengan lokasi hostel kami di Jalan Kubor, yang mungkin bisa diartikan seperti Kober, tempat pemakaman umum.

Malay Heritage Center


Calendar Malay Heritage Center
Kembali lagi ke itinerary, kami berjalan melalui Kandahar Street dan kami langsung menemukan Malaysia Heritage Center. Namun karena masih pagi sekali, tempat wisata berilmu itu belum buka. Nama daerah tersebut adalah Istana Kampong Glam. Di dalamnya terdapat rangkaian acara yang dipentaskan dan digelar oleh komunitas Malaysia yang ada di Singapura. Persis di depan Istana Kampong Glam berdiri sebuah Masjid besar dan megah yang bernama Masjid Sultan. Bentuknya seperti diwarnai ciri khas ornamen India dan mirip kubahnya Taj Mahal (walaupun Taj Mahal bukan Masjid). Kubah yang berwarna kuning dan lokasi yang cukup mudah untuk ditemui membuat Mesjid Sultan ramai dikunjungi wisatawan asing mancanegara. Tak jarang wisatawan asing yang non Muslim penasaran dengan Masjid ini mengabadikan melalui foto dan masuk untuk melihat-lihat.

Masjid Sultan
Bagian depan Masjid Sultan
Kandahar Street

Setelah puas berkeliling singkat, kami check out dari hostel dan menuju ke MRT Bugis - MRT Harbourfront. Sampai di Harbourfront kami langsung mencari counter Batam Fast untuk check in. Namun saat itu saya benar benar lupa cek jadwal keberangkatan Batam Fast. Tanpa memperkirakan waktu, kami langsung menuju Harbourfront. Saat kami lihat jadwal, ternyata Batam Fast dengan tujuan Batam Center sudah berangkat setengah jam yang lalu *tepok jidat* Saya langsung memutar otak dan mengambil keputusan untuk tujuan Sekupang yang akan berangkat setengah jam lagi.

Kami kemudian menuju lantai 1 untuk check in. Namun kami hanya menemukan check in bagasi dan tidak menemukan counter Batam Fast. Agak sulit berjalan cepat dengan membawa barang-barang. Kami putuskan untuk salah seorang dari kami tunggu di waiting area bersama semua barang, dua orang dari kami mencari counter Batam Fast. Ampi menunggu di waiting area, sedangkan saya dan Febi mencari counter Batam Fast. Kami bertanya kepada salah seorang penumpang, kayanya counter Batam Fast ada di lantai 3. Namun saya dan rekan tidak menemukannya. Lalu kami melihat peta counter-counter yang ada di tempat tersebut. Dan ternyata Batam Fast counter ada di lantai 2. Saya dan Febi langsung berlari menuju counter. Saat itu tinggal tersisa 10 menit lagi sebelum ferry berangkat *lap keringet

Begitu melihat counter Batam Fast yang lokasinya agak di pojokan saya dan Febi makin berlari sambik kegirangan, akhirnya ketemu juga. Kami check in dan menyerahkan 3 paspor dan membayar port tax sebesar $6 tiap orang. Setelah check in, kami langsung menuju waiting area dan bergegas ambil barang dan menuju ke tempat keberangkatan ferry. Hanya menunggu kurang dari 5 menit, kami langsung diijinkan untuk masuk ke ferry Batam Fast. Alhamdulillah, waktu yang cukup kritis. Kami langsung masuk ke ferry, meletakkan barang dan memilih seat paling depan persis di depan tv. Perjalanan kami akan menghabiskan waktu 45 menit menuju Sekupang. Kami berlayar ditemani oleh film Mr.Bean Holiday. Tiba-tiba kami teringat semua pengalaman kami di Singapura :')

Well, waktu tidak terasa sehingga provider SingTel mulai tidak berfungsi, kami segera ganti simcard masing-masing. Welcome home, Indonesia. Kami merapat di Pelabuhan Sekupang. Sesampainya di Pelabuhan, seperti biasa, kamibcari-cari informasi dulu dengan mengobrol dengan petugas Imigrasi. Awalnya Bapak ini ngomel gara2 kami tidak segera berjalan ke dalam pelabuhan, malahbasik ngobrol sambil foto-foto hahaha. "Susah ya, kalo ibu-ibu udah rumpi, lama" begitu celotehnya ketika kami menghampiri Bapaknya. Dengan santai saya jawab "iya nih pak, seru rumpinya, sampe lupa masuk deh" *cengengesan* Salah satu rekan saya ada yang kesal ditegur seperti itu, namun ya sudahlah, emang kita yang salah kok.

Selesai berurusan dengan imigrasi, kami menuju pintu keluar pelabuhan, eh ketemu lagi sama Bapak yang ngomel di pinggir pelabuhan tadi. Sepik-sepik diajak ngobrol sekalian tanya2 hotel murah di area Nagoya. Kami pun bertama ongkos taxi dari pelabuhan Sekupang ke Nagoya kira2 berapa. Ternyata harganya Rp. 80.000. Ada hal nekat yang gak boleh ditiru backpacker atau traveller, yakni gak punya itinerary dan belum booking hotel hahahaha. Saat perjalanan kali itu, memang tugas saya membuat itinerary Singapore, dan rekan saya itinerary Batam. Namun sampai berangkat pun gak ada itinerary Batam dan hotel belum dipesan.
Saya googling hotel di tempat, dan langsung telepon, namun sayang full booked. Kemudian kami meminta saran dan rekomendasi kepada Bapak yang tadi ngomel itu, katanya Hotel Ramayana Nagoya saja, harganya cukup terjangkau.

Kami pun nurut sama apa kata Bapak itu, berhubung kami tidak tahu daerah sana dan kali pertama ke Batam. Supir taxi pun dipesankan oleh Bapak itu supaya mengantar kami ke hotel Ramayana dan berpesan kalau hotel penuh atau kami tidak mau, carikan lagi hotel sekitar sana yang terjangkau, jangan ditinggal. Setelah mengucapkan terimakasih dan sampai jumpa ke Bapak itu, kami masuk taxi. Teman saya jadi gak enak awalnya kesel sama Bapak itu, padahal baik orangnya :D

Sampai di hotel Ramayana, kami cek avalaible kamar untuk 3 orang, ternyata kamar normal dengan harga Rp.200.000/malam habis di booking. Adanya Deluxe Room dengan harga Rp.250.000/malam. Kami pun memutuskan untuk memesan kamar tersebut tanpa pikir panjang. Hotelnya cukup namun lumayan lah dengan harga segitu dapat kamar yang luas. Sampai di kamar, kami kelelahan dan kelaperan yang pasti. Segera kami telepon layanan makanan dan pesan 3 porsi nasi goreng spesial dengan harga Rp.18.000/porsi. Cukup murah untuk makanan hotel sih. Dan lebih tercengang lagi ketika lihat nasi gorengnya, nasi goreng dgn campuran sosis, baso, 1 telur mata sapi dan 1 potong ayam goreng. Wow. Ini sih worth it banget! Tanpa komando lagi, kami langsung menghajar nasi goreng tersebut tanpa ampun :D

Kami rehat sejenak dan mandi sore, usai Maghrib kami baru jalan lagi ke arah Mall Nagoya Hill untuk melihat lihat. Tadinya saya penasaran untuk ke Lucky Plaza yang terkenal dengan barang elektroniknya. Namun karena lokasinya cukup jauh dari hotel Ramayana, akhirnya kami mengurungkan niat kami, males naik taxi-nya hahaha. Sesampainya di Nagoya Hill kami berkeliling, ternyata luas juga ini Mall. Kami juga mampir ke hypermart untuk membeli cemilan. Rasanya pengen beli chiki dan minuman kemasan, secara mahal di Singapura :))

Keesokan harinya, Bapak sms saya untuk mampir ke Martabak Har. Kata Bapak lokasinya tidak begitu jauh dari Hotel Ramayana. Kami pun menuju Martabak Har makan di sana dan sempat memesan untuk take away. Martabak Har adalah martabak asal Palembang yang terbuat dari telur bebek. Kami pesan roti canai untuk dimakan di tempat serta teh tarik. Sedapnyaaaa. Harga roti canai cukup murah hanya Rp.7000 sedangkan harga martabak Har adalah Rp.15.000. Setelah kenyang, kami mampir ke toko yang menjual grosir makanan ringan dan palstik kemasan yang bertali. Memang plastik itu hanya dijual di Batam, dan Ibu saya sudah wanti-wanti agar saya tidak lupa beli plastik tersebut.

Setelah beli makanan ringan, kami menuju Nagoya Hill Mall untuk terakhir kalinya, karena rekan saya Febi ingin menukar tas yang dibelinya kemarin. Waktu yang cukup mepet, pukul 12.15 kami check out dari hotel menuju Bandara Hang Nadim. Pesawat kami berangkat pukul 14.00 dan saat itu sudah menunjukkan pukul 12.30. AARGHH!! mulai stress ketika macet dan hujan turun tiba-tiba. Setiap pulang dan perginya perjalanan kami ada hujan. Saat tiba di Singapura hujan, pulang dari Singapura gerimis. Sampai Batam hujan, saat meninggalkan Batam pun diiringi rintik hujan.

Sampai di Bandara pukul 13.30 safe, kami masih bisa check in dan langsunh menuju di waitinh room. Sambil fokus sama gadget masing-masing. Betapa kagetnya saya ketika membaca timeline twitter. Astaghfirullah, Mall Nagoya Hill yang baru saja kami datangi tadi terjadi ledakan dan kebakaran. Kami tercenung dan lemes seketika. Kami baru saja dari sana sebelum check out. Sambil bersyukur lepas dari musibah, kami mendoakan pengunjung dan pemilik toko yg terkena musibah tersebut. Alhamdulillah kami masih diselamatkan dari kejadian tersebut.

Pesawat kami take off dan landing dengan mulus, Alhamdulillah kami sampai Bandara Internasional Soekarno Hatta dengan selamat. Akhir perjalanan kami ditutup dengan banyak pengalaman menarik :D - Noni Halimi

Singapore Trip 3 (25 April 2013)

Hari ini itinerary kami full tracking, penuh penyisiran dan yang jelas bakal penuh keringet. Setelah sarapan kami bergegas berangkat ke MRT Bugis menuju MRT City Hall. Saya sengaja mempercepat pemberangkatan perjalanan kami supaya tidak terlalu panas saat nanti di Merlion Park. Setelah sarapan super kenyang di hostel dan tak lupa membawa bekal minuman. Kami berangkat dari hostel pukul 8, saat itu kami keluar jalanan berbarengan dengan pegawai-pegawai kantoran yang bersiap bekerja. Beda banget sama Indonesia, mereka sih masuknya jam 9 dan gak ada yang namanya macet. MRT memang agak penuh, tapi gak ada tuh sampai sepenuh Commuterline yang sampai berdesakan dorong-dorongan. Kami turun di MRT City Hall dengan udara pagi yang masih agak segar.
 Oh iya, ada hal yang lupa saya sampaikan. Di Singapura eskalatornya jauh berbeda dengan Indonesia, kecepatannya lebih tinggi. Jika disamakan dengan kecepatan berjalannya orang Singapura ya memang pas. Orang Singapura berjalan dengan cepat, bahkan untuk mengejar MRT pun kayaknya buru-buru banget. Padahal jarak MRT satu dengan yang belakangnya lagi gak sampe 5 menit. Untungnya saya kebiasa jalan sendirian yang menyebabkan kecepatan berjalan saya memang cepat :D

Apabila kamu naik eskalator jika tidak dalam keadaan terburu-buru, maka gunakan sisi sebelah kiri, karena sisi sebelah kanan khusus untuk orang yang ingin mendahului. Apabila kamu berdiri di seblah kanan dan berhenti, siap-siap akan ditegur dengan sinis oleh orang yang mau berjalan mendahului, atau minimal kena muka asem orang belakang hehe. Apabila kamu membawa barang banyak seperti koper, pergunakanlah lift sehingga tidak mengganggu orang lain. Di Singapura sangat tertib dan teratur, jarang terjad kekacauan dalam antrian atau tempat umum. Sepertinya memang sudah mental tertib terbangun. Salah satu penyebab warga negaranya bisa terbit juga karena Singapura dikenal dengan Fine City, banyak aturan-aturan yang apabila di langgar bener-bener didenda dengan jumlah denda yang tidak sedikit. Singapura sangat menghormati pejalan kaki, bahkan angkutan umum akan berhenti dan mempersilakan pejalan kaki untuk menyebrang apabila di area pedestrian walk yang tidak ada traffic light. Selain itu Singapura juga sangat menghormati dan memfasilitasi bagi penyandang cacat. Luar biasa yah.

National Library Building
Balik lagi ke trip kami, tujuan pertama tracking kami adalah National Library Building yang lokasinya tidak jauh dari MRT City Hall tapi lebih dekat lagi kalau dari MRT Bras Basah. National Library Building baru beroperasi pukul 10.00 sedangkan saat itu baru pukul 09.00 hehe, daripada keriput buang waktu, kami hanya sekedar tahu saya bagian depat perpustakaan itu. Setidaknya saya tahu lokasi perpustakaannya hehe. Setelah itu kami menuju Singapore Art Museum yang berada di Bras Basah Road dengan berjalan lagi. Memang sangat dekat lokasinya dengan MRT Bras Basah. Kemudian kami melanjutkan perjalanan ke Asian Civilizations Museum / Museum Peranakan yang berlokasi di Armenian Street dekat Fort Canning Ris. Di dekat sana juga ada Singapore Philatelic Museum.

Singapore Art Museum
Singapore 
Museum Peranakan, Singapore
Kami melanjutkan perjalanan menuju Rafless Standing Statue. Diluar dugaan saya ga kebayang itu raffless ada dimana gara2 ada proyek pembangunan museum baru di sekitar Fullerton Road. Saya memandangi museum yang masih dalam tahap pembangunan pilarnya. Luar biasa tinggi bener itu pilar, segede gambreng. Memang Singapura gak pernah tanggung-tanggung kalau bangun sesuatu, terlebih lagi Museum yang mengandung nilai seni. Nantinya akan dibangun Museum lukisan. Kebayang gimana serunya.
Raffles Standing Statue
Setelah ngaso-ngaso sejenak nyari Raffles Standing Statue kami lanjut jalan lagi. Berbekal nanya ke orang pinggir jalan, katanya Raffles Statue ada 2 buah, yang satu berwarna hitam, yang satu lagi berwarna putih dan letaknya saling berseberangan. Kami tidak berpikir lagi mau pilih statue hitam atau putih "seketemunya ajalah" hahahhaa. ternyata begitu sampai, kami menemukan Raffles Standing Statue berwarna putih. Senangnya :D

Kami lihat ada seorang pria dan wanita berjilbab sedang foto di Raffles Standing Statue. Saya menebak sih kayaknya itu orang Indonesia. Saat saya mencuri dengar si mbaknya ngomong "Mas, minta fotoin sama mbak-mbak itu aja" sambil menunjuk ke arah kami. Makin yakinlah saya, ya ini orang Indonesia. Si mas-nya menghampiri saya dan berkata "excuse me, can you help us to take a picture?" Cengengesan saya menjawab "boleh mas." Eh mas-nya bilang "Owalaaah, orang Indonesia juga tho" Akhirnya kami mengobrol sebentar tanya2 asal dan mau melanjutkan perjalanan ke mana lagi. Ternyata pasangan suami istri itu dari Semarang. Tak lupa gantian, minta tolong fotoin juga hahaha.

Ada satu hal unik orang Indonesia, kalau menyebut perempuan atau wanita yang tidak dikenal baik di jalanan atau di tempat perbelanjaan dengan panggilan "mbak-mbak" Seperti yang saya alami tadi, si wanita berkata "minta tolong aja fotoin ke mbak-mbak itu" Lucunya soal sebutan ini, pernah saya menyaksikan di Bugis Street ada seorang Ibu yang ingin bertanya atau membeli barang dan memanggil penjaga toko seorang wanita. Ibu itu memanggil dengan sebutan "mbak" hahahahhaa :)) emang bakal ngerti ya kalo penjaga tokonya itu dipanggil dengan panggilan "mbak-mbak" akakakkaka.

Ohya ada satu hal menarik lagi, dua kali saya ke Singapura dan jika berpapasan dengan backpacker lain di hostel dan berkenalan, selalu saja mereka bisa mengetahui bahwa saya dan rekan-rekan berasal dari Indonesia. Kebetulan di dua hostel yang berbeda saya yang kena. Seperti di Fernloft Hostel, seorang pria backpacker etnis Timur Tengah menyapa saya di koridor "Are you come from Indonesia?". Pun demikian dengan di ABC Backpackers Hostel saat di dapur saya berpapasan dengan seorang pria dengan dengan mata sipit dan menyapa saya yg sedang asik ngaduk-ngaduk teh "Do you come from Indonesia?" Dengan bangga dan senyum lebar saya menjawab "Ya!" "Where are you come from anyway?" kemudian ia menjawab "Taiwan" Setelah mengobrol sebentar, saya pun minta ijin (emangnya di ruang kelas sekolah) untuk keluar dan sarapan di tenda luar "Nice to meet you Sir, have a nice day".

Memang wajah Indonesia mudah untuk dikenali ya, beberapa kali ditanya apakah kami dari Indonesia, dan belum pernah saya kena sangkaan orang Malaysia, padahal jenis muka-nya kan mirip-mirip. Kebiasaan lagi orang Indonesia adalah ramah, hingga tiap papasan dengan orang yang kami anggap itu orang Indonesia, refleks kami lempar senyum. Seperti yang terjadi di MRT Bugis kami papasan dengan mbak-mbak berjlbab berjalan sndirian dengan bukunya, spontan kami lempar senyum dan mbak itu pun juga sama-sama senyum. Sepakat kami berpendapat kalau mbak itu berasal dari Indonesia, muka Indonesia mudah utuk dikenali ya, hahahhaa. Tetapi anehnya di Raffless Standing Statue mas2 yang minta foto itu malah gak bisa mengenali kami sesama orang Indonesia juga, bener-bener deh -___-

Perjalanan kami lanjutkan menyusuri Boat Quay menuju Merlion Park. Kami sempat membeli Uncle Icecream seharga $1 yang mejeng di sekitar Boat Quay. Kebetulan memang hari panas banget. Disebut dengan Uncle Ice Cream karena penjualnya biasanya sudah agak tua. Yang dijual adalah Eskrim potong dengan ukuran cukup besar ya kira-kira sekotak paddle pop lah dengan berbagai rasa. Untuk penyajiannya bisa dalam cup, wafer atau roti. Harganya sama semua yakni $1. Uncle juga menjual minuman kaleng dengan harga $1 - $1.5. Setelah melepas dahaga, kami melanjutkan perjalanan. Kami melewati Fullerton Road dan menyebrang melalui jembatan penyebrangan. Namun jembatan penyeberangannya berada di dalam perkantoran sehingga kami harus masuk dahulu ke dalam. Kami pun sampai ke Merlion Park dengan sukses hahahaha.
Marina Bay

Hari itu superrrrrr panas banget, saya sudah pasrah sajalah pasti akan belang ini pulang dari Singapur. Sampai di Merlion Park tak buang waktu kami langsung foto-foto di depan patung Merlion dan Landmark Esplanade. November lalu saat saya ke Merlion Park kondisinya hujan dan sudah malam, banyak atraksi lampu di Marina Bay, sangat cantik :D Kali ini saya berpanas-panasan. Pengalaman yang berbeda. Setelah puas foto-foto kami melanjutkan perjalanan menuju MRT Raffles Place karena tujuan kami selanjutnya adalahr Sentosa Island. Here we go! Pemberhentian akhir MRT kami adalah MRT Harbourfront

Setelah sampai di MRT Harbourfront, kami langsung menuju Vivo City. Dari Vivo City untuk menuju ke Express Monorail Sentosa Island, gunakan eskalator ke lantai 3. Di sana ada counter untuk pembelian tiket masuk ke Sentosa Island. Harga tiket masuk sebesar $3.5 atau bisa gunakan Ez Link Card. Kami langsung masuk ke kereta express dgn excited wlpn cuma mau foto-foto aja dan sekedar tahu Sentosa Island. November lalu saya ke Sentosa Island untuk ke Universal Studios Singapore, namun kali ini, kami tidak ke sana, mahal bok.

Dari Vivo City ke Universal Studios Singapore hanya melewati 1 stasiun, yakni langsung turun di stasiun Waterfront.  Rasanya baru sedetik duduk, eh udah harus turun. Sampai di sana, kami berkeliling, namun tidak terlalu menghabiskan waktu, berhubung hari sudah mendung dan kami khawatir hujan, jemuran belum diangkat *loh*

Ada satu hal menarik yg menjadi perhatian kami di stasiun monorail express sentosa island, ada standar layanan crew sentosa island. Saat kereta berjalan meninggalkan stasiun mereka akan melambaikan tangannya ke arah penumpang di dalam kereta, hahaha. Seru kalau liat muka-mukanya yang kecapean lambai-lambai tangan.

Setelah pulang dari Sentosa Island, kami pun menuju Chinatown dengan pemberhentian di MRT Chinatown. Ternyata letak China Town persis di seberang MRT,tinggal naik penyebrangan dan sampailah di Chinatown. Suasana Chinatown ditandai dengan banyaknya lampion dan ornamen China. Mungkin kalau kami datang malam hari pasti akan lebih cantik ya penuh dengan lampu-lampu. Di China Town mirip dengan Bugis Street, banyak menjual pernak pernik untuk souvenir. Berhubung banyak sekali barang souvenir made in China, cucok bgt kl di Chinatown semuaaaaaa deh ada di sana.

Tujuan kami ke sana selain berkeliling adalah mencari Masjid di area Chinatown. Setelah muter-muter gak jelas, sampailah kami ke Chulia Mosque. Luqr biasa terpana saya melihatnya, tempat wudhu, toilet, restroom, semua tertata rapi plus banyak cctv. Saat kami sampai di Chulia Mosque, entah mengapa seperti menemukan rumah kedua, nyaman dan bahagia rasanya. Maklum agak sulit mencari Musholla di tempat tempat umum di Singapura, jadi harus mencari Masjid. Masjid ini dikelola oleh komunitas Muslim di Singapura dengan berbagai kajian yang diadakan rutin tiap minggunya. Iseng saya berkeliling dan membaca tulisan-tulisan di papan pengumuman, banyak hal-hal menarik. Terlebih jadwal Shalat, karena perbedaan waktu terasa aneh ketika Ashar baru berkumandang pukul 16.30 dan maghrib pukul 19.00.
Masjid Chulia
Kami melepaskan lelah dan rehat di Chulia Mosque, setelah siap berjalan kembali, kami pun melanjutkan perjalanan pulang. Kami melewati kembali Temple Sri Mariaman yang menjulang tinggi, saya penasaran isinya, namun sayang tidak sempat masuk. Setelah lelah seharian berjalan, kami pun kembali ke hostel. What a tired tracking all day long. Fiuh.

Sri Mariaman Temple at China Town

Singapore Trip 2 (24 April 2013)

Pagi itu saya dibangunkan oleh dinginnya AC kamar hostel. Awalnya saat siang itu kami datang, saya mencak-mencak gegara AC kamar gak dingin membuat lembab semakin menjadi, namun kebalikannya dengan malam hari, superb dingin banget sampe nyaris beku! *okay ini lebay* Saya pun membangunkan Ampi dan Febi untuk Sholat Shubuh. Setelah Shalat kami pun bersiap untuk perjalanan hari ini. Kamar mandinya memang sharing, namun termasuk bersih dan tersedia air hangat apabila ingin menyalakan heaternya. Sebelum keluar hostel, kami menuju dapur untuk membuat sarapan. Memang hostel ini menyediakan fasilitas seterika, sarapan, ambil minum sepuasnya, bebas titip makanan di kulkas.

Di ABC Backpackers Hostel menyediakan roti, mentega, gula, krimer, selai strawberry, dan dua toast maker untuk membuat roti panggang. Berhubung saya tidak terlalu suka toast bread krn rotinya jadi agak keras, saya pun tidak menggunakan toast maker. Saya makan roti seperti biasanya sesekali dicelup ke cangkir teh. Setelah kenyang mengisi amunisi tak lupa mengisi penuh botol minuman kami masing-masing, kami pun bergegas keluar hostel. Untuk traveller, ada barang-barang yang wajib dibawa saat bepergian : paspor (ini wajib, kalo kata Bapak saya, paspor ini ibaratnya adalah nyawa kita di negeri orang), botol minuman (krn air mineral kemasan mahal, dan pastinya kita akan banyak minum berhubung perjalanannya panjang), payung (krn cuaca tidak menentu bisa panas banget bisa tiba-tiba hujan), tissue kering maupun tissue basah, alat sholat, alat komunikasi, kamera dan yang pasti adalah uang hehehehe.

First destination kami hari itu adalah menuju MRT Orchard untuk ke Singapore Botanic Garden. Sebelum ke MRT Bugis, kami berhenti di 7eleven dekat hostel lagi dan membeli EZ Link Card. Kali pertama saya ke Singapura saya banyak menggunakan taxi, dan tidak membeli EZ Link Card, sehingga apabila naik MRT kami harus membeli tiket MRT di mesin tiket dengan uang cash. Kali ini saya mau menggunakan fasilitas EZ Link Card, karena saya akan banyak mengeksplor MRT (balas dendam kemaren2 ke sini tapi gak terlalu eksplore MRT hehehehe). EZ Link Card adalah kartu yang berfungsi sebagai alat pembayaran alat transportasi di Singapura. Kartu ini sakti dan wajib dimiliki kalau gak mau ribet ngeluarin recehan untuk beli tiket MRT atau tiket Bis.Cara pemakaiannya mudah sekali, untuk di MRT hanya tinggal letakan di tempat pendeteksi lokasi pintu masuk MRT. Saat kita meletakan EZ Link Card, saat itu lokasi kita terdetect otomatis. Apabila sudah sampai di tempat tujuan, kita akan meletakan EZ Link Card lagi di pintu keluar. Saat itulah lokasi akan terdetect bersamaan dengan otomatis pemotongan uang kita di EZ Link Card. Harga EZ Link Card adalah $10 dengan isi di dalam kartu sebesar $5. Saya memutuskan untuk langsung top up sebesar $10, sehingga total uang kami di EZ Link Card adalah $15, saya pikir cukup lah untuk 3 hari di Singapura. Ohya, apabila ingin top up isi EZ Link Card, tinggal ke 7eleven atau ke mesin pembelian tiket MRT, dan pilih top up dan masukan uang top up, minimum top up adalah $10.

Orchard Road
Back to our journey, kami akan menuju Orchard Road (MRT Orchard) melalui MRT Bugis. Kami naik MRT Bugis arah Joo Koon dan berhenti untuk transit di MRT City Hall. dari City Hall kami menuju MRT Orchard (arah MRT Jurong East). sampai di Orchard baru pukul 09.30, masih sepi sekali area di sini. Orchard Road adalah kawasan hang out dengan jejeran Mall besar dengan brand brand ternama yang mahalnya gilak banget, gak sanggup lah kalo belanja di sana, hahaha. Kami menghabiskan waktu sesaat untuk sekedar foto-foto di depan Orchard Road. Setelah puas foto, kami melanjutkan perjalanan menuju Singapore Botanic Garden. Ini kali pertama saya ke SBG. Sebenarnya bisa saja kami ke Singapore Botanic Garden dengan MRT Circle Line, langsung turun di depan Singapore Botanic Garden. Namun saya ingin mengajak rekan saya berputar dan berjalan seputar Orchard Road, karena apabila tidak disempatkan pagi itu ke sana, maka tidak ada waktu lagi yang pas dan rute yang pas.

Orchard Road
Kami berjalan panjang dan saat melalui Naseem Road yang super sepi, saya menyadari bahwa perjalanan masih sangat panjang di depan. Itu di peta jalanan masih luruuuuuuus panjang hahahahhaha! Kecapean jalan, akhirnya kami istirahat dulu sebentar di pinggir jalan. Tiba2 melintaslah taxi ala-ala taxi Malaysia dengan supir melayu, tebakan saya sih dari Malaysia. Supir tsb memperhatikan kami yang berjalan kaki. Kesian bener kali ya keliatannya sampe duduk2 cekikikan di pinggir jalan hahhahah (apa jangan2 dikira TKW, siaal..)

Kami melanjutkan perjalanan kembali, berjalan. Namun taxi tersebut mengikuti kami, dan saya menyadarinya. Supir tsb menawarkan taxinya, awalnya kami tidak mau. Namun supir tsb kekeuh menawari taxinya. Febi dan Ampi masih pikir-pikir. Tiba-tiba entah kenapa, saya merasa harus naik taxi, karena berhubung saya tahu lokasinya masih lumayan jauh, dan feeling saya kalau supir taxi ini orang baik. Awalnya taxi itu akan memutar balik, namun saya perhatikan taxi itu tidak puter balik, justru malah mengikuti kami. Bismillah. "Ayo kita naik taxi." ujar saya sambil menyebrang jalan ke arah taxi tsb tanpa kompromi dulu dengan dua rekan saya, keputusan sepihak dan tiba-tiba memang haha, entah mengapa saya yakin bahwa kami harus naik taxi. Febi sempat bilang "emang uang kita cukup?" taxi memang agak mahal di Singapura, dan kondisinya memang saat itu lagi kere-kerenya, tanggal 25 gajian masih esok pagi kalau mau ambil uang di ATM :P Saya bilang "Gapapa, ada kok, naik aja." saya meyakinkan Febi. Padahal saya gak menengok ke dompet sama sekali untuk cek apa bener masih ada hahahha. Karena saya yakin Allah pasti menolong perjalanan kami.

Bapak tsb menanyakan kami ingin kemana? Kompak kami bilang akan ke Singapore Botanic Garden. "Jalan darimana?" tanya Bapaknya lagi. Saya pun menjawab "Orchard Road" tak pelak kagetnya Bapak itu "Masya Allah, jauhnya kalian jalan. Jauh kali itu sampai ke Singapore Botanic Garden". Saya hanya cengar cengir. dari Orchard Road menuju Naseem Road sih tidak terlalu jauh buat saya, namun menyusuri Naseem Roadnya yang gilak banget, mana gak ada pemandangan asik kecuali jalanan luruss dan pohon-pohon pinggir jalan. Kami pun mengobrol dengan Bapak itu, lagi asik-asiknya ngobrol kami pun baru sadar, kok argonya tidak dinyalakan. Febi pun bertanya "Pak, Argonya kok tidak dinyalakan?" Dengan santainya Bapak itu menjawab "Tak perlu lah, Abang antar kalian sampai Singapore Botanic, tak perlu lah membayar, mau tolong." Hampir keselek saya dan rekan-rekan saya, serius nih gak usah bayar?? dan benar saja, saat sampai di SBG, kami benar benar ditolak pembayaran, kami pun menutup pertemuan kami dengan doa kepada Bapak supir taxi tsb semoga amalan mulianya diterima Allah dan makin luas rejekinya, aamiin.

Sekalinya naik taxi dadakan, eh gratis. Kali kedua saya ditolong orang Malaysia. Yang pertama saat di Bandara Kuala Lumpur, di bagian Imigrasi dan pengecekan muatan. Saat itu memang muatan kami berlebih seharusnya masuk ke dalam bagasi. Namun kami sudah selesai berurusan dengan bagasi, dan niatnya sisanya akan dimasukkan ke kabin. Tadinya memang kami diminta untuk meletakkannya di bagasi dan membeli bagasi tambahan. Namun berkat mas-mas Malaysia yang baik hati, akhirnya kami diizinkan untuk meletakkan sisa koper kami di kabin, yeaaay Alhamdulillah. Pertolongan Allah itu dekat, saya yakin sekali dengan ayat tsb setiap saya melakukan perjalanan di mana pun.

Sampai di Singapore Botanic Garden melalui pintu belakang (di luar dugaan saya, hehehhe) karena saya tidak melalui main gate dari MRT Botanic Garden. Sesampainya di SBG, kami berkeliling sembari menuju MRT Botanic Garden. Masuk Singapore Botanic Garden tidak dipungut biaya sepeser pun kecuali jika ke Orchard Garden. Singapore Botanic Garden buka dari pukul 10.00. Di tengah perjalanan kami bertemu dengan segerombolan Kindergarden School, bocah-bocah dengan berbagai etnis berjalan beriringan dan tas ransel imut dan muka-muka imut mereka. Dengan ilmu sotoy yang saya miliki, saya menebak bahwa krucil-krucil tsb akan ke Jacob Ballas Childrens Garden. Lokasinya Jacob Garden memang searah dengan tujuan kami yakni MRT Botanic Garden. Karenanya kami berjalanlah di belakang mereka, sambil mengendap-endap layaknya pencuri anak (hehehe ya nggak lah. tp pengennya sih bawa pulang 1, lucu bener abisnya *tetep)

Singapore Botanic Garden, Singapore
Ternyata jauh juga lho dari pintu Selatan ke MRT Singapore Botanic Garden, ciyus deh! Hingga pada saat kami menemukan main gate seperti pernah saya googling di internet, saya pun terhuraaaaaa sekali *lap sapu tangan *seka ingus. Tidak kami sia-siakan momen mengharukan itu dengan foto-foto di depan tulisan Singapore Botanic Garden haha. Kami langsung menuju MRT Singapore Botanic Garden menuju Chinese Garden. Dari MRT Circle line Singapore Botanic Garden kami transit di MRT Buona Vista untuk melanjutkan ke MRT Chinese Garden. Sesampainya di Chinese Garden yang saya juga baru pertama kali ke sini hahaha, dengan ilmu sotoy bersama kami pun keluar MRT dan ambil langkah ke arah Pagoda menjulang yang tadi di atas MRT terlihat sekilas. Itu pasti Chinese Garden! pikir kami, hehe. Dan memang benar, di sanalah Chinese Garden. Hanya berjalan lurussss saja dari MRT Chinese Garden.
Pagoda di Chinese Garden

Chinese Garden, Singapore
Japanese Garden, Singapore
Sampai di lokasi, terlihat jembatan merah yang membelah sungai yang cukup lebar. Tak lupa kami mengabadikannya dengan foto, setelah itu baru masuk ke pintu utama. Kami berjalan cukup ragu, karena saya baca di google, bahwa masuk Chinese Garden itu ada biaya-nya. Namun mata saya berkeliling mencari counter tiket, tapi tidak ada penjaganya. Ya sudahlah, mungkin emang kita gak perlu bayar hahahaha. Akhirnya dengan pede aja kami masuk. Ternyata garden ini tidak hanya Chinese Garden, namun ada pula Japanese Garden. Kami memutuskan untuk menuju ke Japanese Garden dan berfoto-foto di sana. Saat itu aselik panassss banget! Japanese garden ditanda dengan landmark Jembatan putih besar dan kokoh yang melintang. Dibaliknya ada taman-taman Jepang dengan pohon bonsai khas Jepang. Kelar berkeliling dan foto, kami beristirahat di saung. Eh bukan saung sih, lebih mirip kelenteng. Tapi anggep aja saung lah, soalnya kita mau sholat. hehehe. Tanpa ragu-ragu, kami menggelar sajadah yg disponsori oleh BNI Syariah (tetep yaa, goodie bag BNI Syariah juga saya bawa-bawa mau kemana pun, kebiasaan ajang publikasi banget hahaha), dan mengeluarkan mukena untuk Shalat. Usai shalat, kami ngaso-ngaso sebentar sambil ketiduran gegara anginnya enak banget dan kondisinya memang panas.

Next Destination kami adalah IKEA Alexandra Road. IKEA merupakan perusahaan Swedia yang mendunia karena produk-produk rumah tangga (homeware) yang lucu dan unik. Di Singapura sendiri ada 2 buah IKEA yakni di depan Anchor Point, Alexandra Road dan di Tampines. Saya memutuskan untuk ke IKEA Alexandra Road yakni turun di MRT Queenstown, keluar melalui exit A ke arah kiri dan menyambung dengan SBS No.195. Uniknya di IKEA ini ada showroomnya, dibangun kubikel2 showroom ruangan-ruangan di rumah dari living room, family room, dining room, bed room dan bath room. Semuanya lucu-lucu dan menginspirasi untuk rumah yang minimalis dan banyak memanfaatkan tempat. Kreatif!
Showroom IKEA, Singapore
Usai dari IKEA kami pulang menuju Bugis, dan mampir di Bugis Street untuk belanja secukupnya. Bugis Street merupakan salah satu destinasi belanja yang bisa saya rekomendasikan karena banyak menjual souvenir dan barang-barang lucu, hehe. untuk souvenir biasanya dibandrol borongan, misalnya $10 untuk 3 item souvenir, salah satunya paket key chain (gantungan kunci). Kalau pinter mencari, kamu bisa dapatkan gantungan kunci dengan $10 dapat 18-24 buah. Lumayan untuk dibagi-bagi. Namun apabila ingin key chain yang kualitasnya bagus dan gambarnya unik bisa cari yang harganya $10 dapat 6pc keychain dengan packaging satu-satu, tidak rombongan. kalau ingin mencari kaos pun bisa di sini, dengan harga $10 kamu bisa dapat 3-4 kaos, tergantung kualitasnya. Saya menemukan kaos yang samaaaa persis dengan yang dijual di Mustafa Center. Saya ingat harganya $11 di Mustafa. Iseng saya tanya di Bugis Street, ternyata harganya $13, wow lumayan juga. Ternyata ada juga yang lbh mahal di Bugis Street.

Usai belanja, kami pun pulang dengan suksesnya ngurut kaki. Pegel juga garden-gardenan hari itu :D Pelajaran yang bisa saya ambil untuk hari itu adalah pertolongan Allah memang benar dekat adanya jika kita percaya.

Singapore Trip 1 (23 April 2013)

Alarm HP berbunyi dan kami bertiga masih belum ada yang beranjak dari tempat tidur. Hari itu adalah hari pertama kami akan memulai our wonderful journey. Saya serta dua orang rekan dekat saya yakni Ampi dan Febi akan menggembel di Singapura dan Batam selama beberapa hari. Ide awalnya adalah ketika mereka ingin mencari tiket murah ke luar negeri, kemudian meminta saya untuk mencarikan. Awalnya kami berencana ingin ke Bangkok, namun apa daya tiket murahnya kehabisan terus di Air Asia, kemudian ke Singapura juga kehabisan. Tak habis akal, kebetulan ada promo Citilink untuk penerbangan domestik. Mata kami tertuju pada tujuan Jakarta-Batam-Jakarta, maka dipilihlah rute tersebut dengan harga tiket 420rb PP.

Saya sempat berpikir ulang untuk membelinya. Untuk tiket seharga sekian dengan Air Asia promo seharusnya bisa dapat rute Jakarta-Singapore-Jakarta. Kalau melalui Batam, akan mengeluarkan cost ferry untuk menyeberang dari Batam ke Singapura, tentunya memakan budget yang lebih mahal. Namun hal tsb tidak saya indahkan, dengan pikiran saya kali kedua ke Singapura kenapa tidak  mencoba rute yang berbeda, saya ingin mencoba ke Singapura melalui jalur air. Kalo kata Bapak, menambah ilmu. Sebelumnya saya memang sudah pernah ke Singapura yang saat itu kali pertama saya travelling ke luar negeri. Saya mengambil rute Jakarta menuju Kuala Lumpur, kemudian ke Singapura melalui jalan darat dengan bus SBS Transit Johor Bahru – Singapore.

Kembali lagi ke suara alarm yang sanggat mengganggu. Rasanya baru sedetik saya memejamkan mata. Maklum, saya dan Febi baru tiba di rumah Ampi yanng berada di bilangan Ciledug pada pukul 11 malam, dan kami baru memejamkan mata pukul 2 pagi. Saat ini pukul setengah 4 pagi alarm sudah berisik membangunkan kami. Namun demi perjalanan yang berilmu ini, kami harus semangat. Air dan udara dingin pun tidak membuat semangat kami layu. Kami berangkat menuju Bandara Internasional Soekarno Hatta dan berhenti di terminal 1C untuk keberangkatan pesawat Citilink menuju Batam. Sesampainya di bandara tepat pukul setengah 5 pagi, kami pun menunaikan Shalat Shubuh terlebih dahulu. Pesawat kami take off pukul 6.15, sehingga setidaknya kami sudah harus check in pukul 5 pagi. Lumayan pagi bener yeeeee....

Dalam perjalanan kami nanti, saya bertindak sebagai navigator perjalanan. Bisa-bisanya mereka mempercayakan tugas ini ke saya, hahaha! Tapi, jujur, saya dari dulu memang senang menjadi navigator disetiap perjalanan, baik ke tempat yang sudah pernah dikunjungi maupun yang belum pernah dikunjungi. Entah mengapa, mungkin jiwa sotoy saya yang mendarah daging, saya percaya gak ada yang namanya nyasar. Nyasar itu hanyalah memutar perjalanan lebih jauh untuk mendapatkan ilmu yang baru, hehehhee. ada hikmah di setiap perjalanan yang telah saya lalui. Demi mengemban tugas yang mengasyikan itu sebelum perjalanan saya membuat itinerary perjalanan, membuka lebar-lebar peta Singapura dan calculating budget.

Dalam perjalanan pertama kali ke Singapura bulan November lalu, yang bertindak sebagai navigator utama adalah rekan saya, sedangkan saya sebagai navigator tambahan dan bendahara. Selama perjalanan, saya berusaha merekam penjuru tempat dan lokasi Singapura dalam satu kali waktu. Ini adalah ajaran Bapak saya. Ketika kamu melakukan sebuah perjalanan, pergunakan mata, telinga, mulut dan memori dengan sebaik-baiknya, rekam semuanya dalam otak. Sehingga ketika kali kedua kamu menuju tempat tersebut kamu masih ingat. and it works for me. Saya biasanya paham ke lokasi yg sudah pernah saya kunjungi sebelumnya walaupun hanya pernah satu kali ke sana.Tugas Bendahara dan Akuntan perjalanan diserahkan kepada Febi karena dia sangat teliti dan mudah sekali menghafal pengeluaran yang dipakai. Sedangkan tugasnya Ampi adalah sebagai time keeper yang mengingatkan kita untuk strict to the rundown.

Pesawat kami pun melaju dan dengan gagahnya mendarat mulus di bandara Internasional Hang Nadim Batam. Saat itu menunjukkan pukul 09.15, kami tidak langsung naik taxi ke pelabuhan karena saya berniat untuk membeli tiket ferry di bandara Internasional Hang Nadim, katanya sih ada diskon kalo beli di sana. Dan benar, kami mendapatkan tiket PP via Batam Center/Sekupang dengan harga $30 ($17 untuk harga tiket PP, $7 untuk port tax di Pelabuhan Batam Center/Sekupang dan $6 port tax di Harbourfront yang di bayar pada saat akan berangkat naik ferry). Ferry yang kami tumpangi adalah Batam Fast. setelah membeli tiket seharga $17 x 3  = $51 kami pun mencari taxi di depan bandara. Pembayaran tiket ferry tadi bisa dengan rupiah atau dengan dollar Singapura loh (red. penulisan $ maksudnya mata uang dollar Singapura yang kita kenal dengan SGD).

Tiket Batam Fast via Batam Center / Sekupang
Saya memilih pelabuhan Batam Center untuk perjalanan kami ke Singapura karena waktu tempuh dari Bandara Internasional Hang Nadim ke Batam Center lebih dekat ketimbang pelabuhan Sekupang. Sebelum memesan taxi, kami sempat mengobrol dulu dengan Bapak separuh baya petugas Bandara yang baik hati. Saya lupa nama Bapaknya yang pasti asalnya dari Jawa Tengah. Kata Bapak yang saya lupa namanya itu, harga taxi dari bandara menuju Batam Center adalah Rp.70.000-Rp.80.000. Memang lucunya di Batam ini rata-rata taxi tidak menggunakan argo, namun langsung tembak harga. Begitu pesan taxi, kami langsung ditawarkan harga Rp.70.000, tanpa tawar menawar harga lagi, karena kami sudah diberitahu range harga taxinya oleh Bapak yang saya lupa namanya tadi di Bandara.

Sampai di Pelabuhan Batam Center pukul 10.30, hanya setengah jam perjalanan kami. Sebelum check in, kami sempatkan untuk membeli roti untuk pengganjal perut, karena bisa dipastikan kami di Singapur nanti akan kelaparan siang-siang dan cacing-cacing sudah pada protes. Setelah itu kami check in di counter Batam Fast yang berada di lantai 2, bersamaan dengan membayar port tax. Beruntung kami check in untuk keberangkatan ferry pukul 11.00, tepat 10 menit lagi berangkat :D Ohya, ada yang menarik di Batam, karena memang benar-benar berseberangan dengan Singapura terlebih di pelabuhan, banyak toko makanan dan minuman yang menjual dengan mata uang dollar Singapura. Contohnya teh tarik $1 atau nasi lemak $3 dan sebagainya.

Kami menuju bagian imigrasi dan dengan cepat dan segera kami merapat ke ferry Batam Fast yang tak lama lagi akan berangkat. Tak lama menunggu, ferry pun melaju dengan cepat. Waktu tempuh ferry dari Batam Center menuju Harbourfront adalah 60 menit. Di tengah perjalanan, ferry kami berhenti, sambil bercanda saya bilang ini ferry lagi mau ngisi bensin, hahaha. Ternyata berhentinya ferry tersebut karena sudah berada di luar laut Indonesia, di sinilah  batas teritoral laut Indonesia dan Singapura. Di area perbatasan ini sudah dijaga oleh polisi perbatasan. Memang tiap negara yang titik terluarnya bersinggunggan dengan negara lain, terutama di laut terdapat penetapan garis batas laut, untuk mempermudah aparat keamanan dalam melaksanakan tugas keselamatan pelayaran, karena terdapat kepastian hukum mengenai batas kedaulatan kedua negara (tetiba teringat mata kuliah Hukum Maritim, huek).

Police Coast Guard di laut perbatasan Singapura
Saya melongok keluar dan tertuju pada sebuah kapal yang berada di sebelah ferry yang kami tumpangi. Kapal bertuliskan Police Coast Guard berisikan polisi-polisi perbatasan Singapura lengkap dengan atribut dan persenjataannya. Beberapa petugas kemudian masuk ke ferry kami dan berkeliling memastikan ferry tidak membawa barang mencurigakan atau berpenumpang mencurigakan. Selayaknya petugas imigrasi yang gak murah senyum apalagi ini polisi perbatasan lebih-lebih lagi gak ada senyumnya hehe. Lepas memeriksa, kemudian ferry kami diizinkan untuk melanjutkan perjalanan. Kami sudah memasuki wilayah Singapura, dan seketika roaming pun dimulai hahahhaa, begitu sampai wajib cari kartu dulu ini sih.

Ferry kami merapat pukul 13.00 waktu Singapura, kalau di Jakarta sih baru pukul 12.00 WIB. Kami sampai di Harbourfront dan akan melanjutkan ke Sentosa Island, namun ditengah jalan saya menuju Vivo City, ternyata sudah mendung. Saya sih berharap hujan salju, tapi apa daya yang turun hujan air juga (ya iyalaaaahhh). Segera saya puter otak untuk ganti itinerary. Ya beginilah kalau jalan-jalan, kalau kondisi tidak memungkinkan segera ganti ke Plan B, rombak itinerary dadakan. Kami tidak melanjutkan ke Sentosa, namun langsung ke Bugis yakni ke ABC Backpackers Hostel. Kami naik MRT dari Harbourfront (MRT arah Punggol) transit di Outram Park dan melanjutkan ke Bugis (MRT arah Pasir Ris). Sesampainya di Bugis, ternyata saya baru menyadari MRT Bugis tepat di depan Bugis + dan Bugis Street, hahahha! Waktu saya pertama kali berjalan kaki nyasar di Singapura oleh rekan saya agak muter-muter sampe gak kebayang itu dimana. Namun kali kedua saya ke sana, saya langsung teringat tempat tersebut. Kebetulan peta Singapura sudah sedikit saya hafalkan, untungnya negaranya kecil dan sangat banyak petunjuk di setiap sudut, “gak mungkin nyasar” pikir saya.

Kami berjalan mencari Jalan Kubor lokasinya ABC Backpacker Hostel, di tengah perjalanan kami melihat Mesjid Sultan. wah gak jauh dari sini nih lokasinya ABC Hostel, setelah memang benar, tak jauh dari sana kami menemukan Jl Kubor dan ABC Backpacker Hostel, yatta!! Sampai di sana saya bilang kalau sudah membooking 1 private room for 3 paks via email (tak lupa saya print bukti pemesanan dan reply2an email saya dengan pegawai ABC Hostel), kemudian pegawai ABC Backpackers pun menyebutkan nama saya, dan nama saya sudah ada di daftar pemesan. Memang saya memesan kamar dengan nama saya. Harga private room 3 orang untuk 4 hari 3 malam seharga $255 ($85 per malam). Pembayaran dilakukan 2 kali. Pembayaran pertama di lakukan 1x24 jam setelah booking online. Saya membayar Rp.1.020.000 ke rekening BCA milik crew ABC Hostel (mereka punya rekening BCA Indonesia untuk memudahkan orang Indonesia yang ingin menginap). Memang sepengetahuan saya, hostel ini memang banyak dikunjungi dan direkomendasikan oleh backpackers asal Indonesia. Nah, sisanya $127.5 di bayar on the spot pada saat kami tiba di lokasi hostel. Oh ya, tak lupa kami memberikan deposit sebesar masing-masing $10 untuk handuk, kunci dan welcoming drink di ABC Backpackers Hostel, yang akan dikembalikan pada saat kami check out. Saat saya menginap di Singapura kali pertama November silam, saya menginap di Fernloft Hostel di Jalan Besar, Little India. Harganya cukup lumayan, tempatnya bersih namun lokasinya kurang strategis. Kali ini pilihan saya sangat tepat, lokasi ABC Backpackers Hostel ini sangat strategis dan dekat dengan MRT Bugis.

Masjid Sultan di Area Arab Street
Kami melepas lelah sejenak, Shalat Dzuhur dan Ashar di jama', minum, dan merapihkan sedikit kamar. Rundown kami selanjutnya adalah ke Mustafa Center yang berada di bilangan Little India. Tadinya saya ingin menyusuri dan memutar area Little India dengan melalui Sungei Road, lewat Masjid Abdul Gafoor, Dunlop Street, Serangoon Road dan berakhir di Mustafa Center. Namun apa daya, lumayan jauh juga kalau memutar, akhirnya kami memilih jalur tercepat dan hanya melewati Ronchor Canal Road dan menyusuri Syed Alwi Road, tinggal luruuuuuuus aja :D Akhirnya sampailah kami di Mustafa Center. Sejujurnya saya masih trauma dengan Mustafa Center dengan aroma khas rempah India yang bikin mual. Namun demi memperkenalkan Mustafa Center kepada dua rekan saya ini, saya pun memasukkan Mustafa Center ke itinerary. Sebelum berangkat ke Mustafa Center, kami sempatkan untuk ke 7Eleven dekat hostel untuk membeli Sing-Tel, simcard yang akan kami pakai selama kami tinggal di Singapur. Harga kartu perdana tersebut adalah $10 dengan balance due sebesar $7. Untuk paket Blackberry selama 5 hari menghabiskan $5, masih ada sisa $2 untuk sms ke Indonesia hehehe. Belajar dari pengalaman sebelumnya, rekan saya pernah hilang di Mustafa Center dan paket Blackberry kami mati semua, belum beli simcard Singapura. Mateeekkk lah!

Mustafa Center adalah Supermarket besar 24 jam yang isi pegawainya etnis India semua hehehehe. Mustafa Center menjual seabrek produk yang rasanya sih ini supermarket one stop shopping. Mulai dari elektronik, souvenir, parfum, alat kosmetik, makanan, minuman, cokelat, obat-obatan, aaah pusing kalo disebutin satu-satu, buanyak bener pokoknya, sampe lupa deh jualan apa aja di sana *loh* Karena familiar dengan produk dan dijual di sana, sering kali kami iseng untuk menconvert harga ke dalam rupiah dan membandingkan dengan harga di Indonesia. dan wow banyak produk yang harganya jauh lebih mahal ketimbang di Indonesia. Namun kami menemukan juga harga-harga yang memang sama bahkan lebih murah, yakni produk susu dan cokelat.

Mustafa Center ini punya banyak pintu masuk/keluar, dan terdiri dari dua gedung yang saling berhubungan satu sama lain. Aselik bakal nyasar dan muter-muter kalo gak segera mengingat ingat jalan keluar atau arah yang dilalui di dalam Mustafa Center. Berhubungan saya pernah muter-muter di Mustafa Center saat November lalu, kala itu rekan saya tiba-tiba menghilang dan positif saya dan rekan saya yg satu lalu muteeeeeeerin isi Mustafa Center berkali-kali, mana belum beli simcard, gak ada alat komunikasi satu pun. Pelajaran hidup ya, hikmahnya saya jadi cukup hafal dengan isi Mustafa Center yang njelimet itu :D

Setelah belanja secukupnya, kami keluar dari Mustafa Center dan ternyata sudah gelap. Sesaat kami keluar tetiba sadar, loh kami belum beli universal stop kontak dengan 3 colokan. Berbeda di Indonesia yang kebanyakan stop kontak 2, kalau di Singapura dan Malaysia siap-siap dengan colokan 3. Di rumah saya gak ada dan memang saya merencanakan untuk membelinya di Mustafa Center. Karena pentingnya stop kontak tersebut, saya dan Ampi bergegas masuk lagi ke Mustafa Center dan bergegas cepat, setelah menemukan stop kontak seharga $4.2 kami langsung keluar Mustafa Center dan menyusul Febi.

Tak terasa perut kami keroncongan, bok belom makan siang. Kami pun merapat di Restoran Arab di depan Mustafa, yakni Raj Restaurant. Kami memesan Nasi Briyani dan Nasi Goreng Ayam serta 2 Teh O dah Teh O Mocca. Pesan untuk budget traveller jika makan di suatu tempat, pesanlah dulu 1 jenis makanan untuk di makan bersama-sama. Mengapa seperti itu? Karena kita tidak tahu rasa dan porsi makanan tersebut, ingatlah ini di negara orang, belum tentu seleranya sama dengan lidah kita. Setahu saya memang porsi Nasi Briyani rata-rata jumbo. Kami melahap 1 porsi briyani bertiga, kemudian kami pesan lagi nasi goreng dan kami habiskan bersama. Total makan kami hari itu $15.

Setelah kenyang dengan makanan tadi, kami pulang menuju Hostel. Jalanan sudah agak gelap, saya mengerahkan ingatan saya untuk kembali ke jalan Syed Alwi Road. Lokasi Raj Restaurant kebetulan tidak dekat dengan pintu masuk pertama kami datang tadi sore. Pulangnya kami melewati seberang Jalan Kubor, sudah sepi. Saat melewati seberang Jalan Kubor yang sepi dan banyak pohon besar gelap, tetiba saya teringat dengan pool bis kuning di dekat menara air UI. Persis banget, seremnya, gelapnya dan suasananya. Namun berhubungan rame-rame, jadi obrolan serem-serem malah jadi becandaan. Sampai di Hostel kami berisirahat sambil urut-urut kaki, mempersiapkan energi untuk tracking esok pagi yang lebih bersemangat.

Thursday, May 9, 2013

Earth Day : Cuti yang tidak cuti

Hari ini bertepatan dengan Hari Bumi sedunia. Ya, tanggal 22 April. Beberapa hari sebelumnya diumumkan bahwa pada hari tersebut seluruh jajaran direksi serta pegawai BNI Syariah menggunakan moda transportasi umum. Biasanya berangkat kerja pake mobil atau motor, hari itu ditinggalkan dan beralih ke bus kota, transjakarta, commuterline, ojeg, angkot but no taxi. Hari itu juga seluruh cabang mengekspresikan kekompakan mereka dalam menyambut hari bumi dan hari kartini. Seru sekali pembahasannya, tapi apa daya saya manyun gegara diledekin operational manager saya krn hari itu hari pertama cuti panjang saya.

Tibalah hari pertama cuti saya, segarnya bangun pagi. Biasanya bergegas untuk bekerja, hari itu tidak. Bisa santai-santai. Tapi agenda saya hari itu adalah pergi ke JPU Sudirman untuk mengantarkan kado untuk kakak marican. Sebuah boneka guguk segede gambreng yang cukup besar untuk guguk seumuran itu.

Saya berangkat naik kereta dari stasiun UP sekitar jam 9 pagi. Pagi itu cukup mendung dan selama perjalanan saya cek twitter dan banyak update status bahwa area Sudirman dan sekitarnya hujan deras. Haummmm.. bawa boneka segede gambreng dan bawa2 payung unyuk juha kali ye. Tiba di stasiun Sudirman, benar kata temen temen saya bahwa di Sudirman dan sekitarnya hujan salju..eh hujan!

Setelah memberikan karcis kepada petugas kereta, saya bergegas ke luar stasiun. Melongok sebentar, ya memang sedang hujan lumayan lebat. Tapi malas juga kalau menunggu sambil makan baso di stasiun bawa boneka segede gambreng, mana sendirian. Enaknya sih kalo ada yang nemenin #eeaaaa

Saya pun lari lari cantik dari stasiun menuju JPU. Di sambut oleh security2 BNI yang masih inget saja dengan muka saya, sampai terharu waktu disambut dan ditanya-tanya kabar. Terlebih mas Ade security BNI Emerald yg biasa keberisikan oleh cekikikan saya dan partner saya, yakni kakak Marican. Senangnya temu kangen dengan security2 usil dan ramah seperti mereka.

Tiba di lantai 2, layanan BNI Syariah JPU, ternyata kedatangan saya mengejutkan kakak marican, pak faisal dan risna. Hahahaha. Langsung saya disambit dengan pelukan serta cubitan dari kakak marican, hmpft.
Banyak hal yang kangenin dari JPU ini, ruangannya, brangkasnya, orang2 BNI-nya, nasabah BNI Syariah yg rata rata pegawai semua, divisi Teknologi yang kalo dateng ke JPU selalu rombongan sekompi, haha. Saya juga kangen dengan toilet JPU, tempat wudhu dan wastafel yg biasa saya pakai buat ritual sikat gigi, hehe. Dan yang paling bikin kangen itu tentunya siomay Amigos yang gak ada duanya. Saya sampe bela-belain pulang menjelang sore demi menunggu abang yang jual siomay Amigos itu buka lapak. Sorenya saya benar benar berhasil beli siomay Amigos lho! *terharuuu

Well, satu hari memang bukan waktu yang cukup untuk melepaskan kerinduan tentang JPU. Tapi seplastik siomay Amigos sepertinya cukup untuk mewakilinya :')

NB : lagi asik asiknya makan siomay Amigos di pinggiran stasiun, eh keretanya dateng, baru juga makan dua suap *keselek*

BNI Syariah JPU, Sudirman

Puding Kenangan

Puding Cokelat. Siapa sih yang tidak suka puding cokelat? Jawabannya adalah mantan saya. Padahal hampir semua orang suka dengan puding cokelat, termasuk saya. Mungkin ini salah satu perbedaan kami yg tidak bisa dipersatukan lagi, halah drama! :))

Diantara berjuta puding cokelat yg ada di dunia akhirat, ada satu puding yang cukup spesial buat saya. Puding cokelat lengkap dengan saus vla  seharga 9000 yang dijual di Indomaret Stasiun Kereta Sudirman. Apa spesialnya? Karena ini puding yang menemani saat saat terakhir saya di BNI Syariah Sudirman,hiks! *peres kanebo*

Hari hari terakhir di Sudirman, kebetulan stasiun kereta tsb memperluas area bisnisnya, mengingat superb banyak fans setia yg antri naik kereta dari stasiun Sudirman. Muncul lah seonggok *halah seonggok* supermarket yg bernama Indomaret di lantai 2 stasiun Sudirman. Ketika baru buka, iseng saya masuk untuk melihat lihat. Saya perhatikan dereta cemilan snacks masih banyak yang kosong, pun demikian dengan rak permen, coklat serta lemari es minuman. Yaa maklum, baru di buka, banyak produk yang belum ready.

Stamp harga pun banyak yang kosong, sehingga saya tidak tau harganya berapa. Daripada udah sampe kasir gak bisa bayar gegara mahal, akhirnya saya mengurungkan niat untuk membeli *bilang aja gak punya duit
Mata saya berkeliling, dan memicingkan mata ke arah freezer makanan cepat saji. Mirip 7eleven, ada makanan instant yang bisa langsung dihangatkan di microwave. Ada juga coffee maker dan minuman lain yang penyajiannya tinggal pencet saja kerannya. Diantara deretan makanan cepat saji yg dingin, beku dan memilukan, ternyata ada puding cokelat berjejer di sampingnya.

Puding itu terlihat menggiurkan dan manggil-manggil saya supaya saya mengangkat dia dan memakannya. Akhirnya karena saya gak tega melihat situasi yang menyedihkan ini, saya pun mengambil puding dan berniat membeli *bilang aja emang pengen* Tak lupa saya melirik harganya, 9000 rupiah. Bisa buat beli tiket commuterline sekali jalan, kembali seribu perak. Gapapa lah, saya udah beli tiket ini. Masih ada kok 10.000 di kantong. *tinggal selembar

Akhirnya saya mendatangi kasir yaitu seorang mas-mas. Saya pun langsung minta nomer hp mas-nya, ehh! langsung bayar maksudnya! Inilah adegan yang sangat mengharukan dan menyedihkan, saat mengeluarkan selembar uang 10-ribuan terakhir milik saya untuk puding cokelat ini. *peres keset. Setelah menerima kembalian dari mas-mas yang nomer hp-nya gak jadi saya minta itu, saya pun keluar menggendong puding cokelat tadi.

"Commuterline tujuan Depok, saat ini berada di stasiun Tanah Abang dan menunggu keberangkatan." begitu kira kira notifier dari mbak2 yang biasa memberikan info pergerakan commuterline. Ah masih nunggu berangkat dari stasiun Tanah Abang, itu sih bisa 5 menit lagi baru sampe Sudirman. Akhirnya saya memutuskan untuk menghajar puding cokelat ini di bangku tunggu dekat eskalator.

Pelan-pelan saya buka tutupnya, dan wow saus vla-nya luber, nyaam. Langsung tanpa banyak cincong, saya tuang ke puding dan saya lahap suapan pertama. Rasanya enak. Entah enak atau entah ini pembalasan dendam saya krn gak kebagian Siomay Amigos yang udah habis tadi pas saya mau beli. Saya lanjutkan suapan kedua dan seterusnya sampai habis. Semoga pudingnya diterima disisiNya. Aaamiin.

Keesokan harinya, saya beli siomay Amigos dan beruntung masih lengkap. Saya pun membeli siomay lengkap dengan temen-temennya seperri kol, telor, kentang dan tahu. Seneng karena dapet siomay, si puding cokelat stasiun Sudirman pun terlupakan. Masih dalam minggu yg sama, saat hari itu merupakan hari terakhir saya di Sudirman, saya memang pulang telat. Menikmati hari terakhir di Sudirman :)

Selepas Maghrib saya baru pulang. Biasanya saya berjalan dengan kecepatan 20km/jam. Kali ini saya berjalan layaknya bis 63 Blok M - Depok yang sedang ngetem nyari penumpang. Melihat sekeliling jalanan Sudirman, sungai yang membelah jalan Sudirman, dan tentunya stasiun yang akan sangat saya rindukan *tsaaahhh

Tetiba saya teringat puding cokelat yang lagi ngehits kemarin-kemarin. Saya pun membeli untuk terakhir kalinya *seka air mata*

Saya pun pindah kantor lagi ke cabang Fatmawati. Lama sudah tak berjumpa dengan puding cokelat dingin dan menggiurkan itu. Dicari kemana-mana gak ada yang mereknya begitu. Sampai pada suatu ketika saya temu kangen dengan rekan saya di Grand Indonesia. Pulangnya naik kereta dari stasiun Sudirman. Tetiba saya teringat ouding cokelat yang penuh kenangan itu. Saya berlari ke lantai 2 menuju indomaret. Hmm..sekarang sudah jauh lebih penuh isi produknya ketimbang dulu waktu baru buka. Saya segera menuju freezer makanan dan voilaaaa....puding cokelatnya ada! Gak ragu-ragu lagi, langsung saya ambil 2 buah dengan terharu :p

Setelah 7 bulan tak bersua, akhirnya saya ketemu puding ini lagi. Puding cokelat dingin yang penuh kenangan. Cocoknya saya kasih nama puding ini puding kenangan :)

Pudding Stasiun Sudirman