Sunday, March 31, 2013

70 : kenangan itu masih melekat kuat

Dahulu saya bersekolah di sekolah yang terletak di kawasan Blok M, tepatnya di Jalan Bulungan, sampingnya GOR Bulungan, kalau dari Lenteng Agung bisa naek bis jurusan Blok M, turun di terminal, lalu jalan kaki. Nah, kalau dari Ciledug bisa naik bis nomor 69 yang jumlahnya lumayan banyak, gak bakal kehabisan, yang letaknya dibelakang Kejaksaan Agung, yang kalo boleh disebut namanya sih SMA Negeri 70 *kenapa gak disebut daritadi sih, ribet!

Oh oke, sebenarnya saya masuk sekolah ini juga dadakan. Betapa saya malah baru tau ada sekolah namanya 70. Tadinya saya mau daftar di SMA 28, namun entah kenapa sembari lewat Blok M, Bapak saya mengajak saya untuk melihat lihat sekolah ini. Ndilalah, berkas saya ditaro Bapak di meja registrasi, katanya nilai saya aman diposisi tengah, saya masuk 70 aja. Jeng jeng.

Dimulailah kehidupan putih abu abu saya, single fighter. Karena saat ini saya satu-satunya murid dari SMP Islam PB Sudirman yang mendaftar dan bersekolah di SMA 70. Bagaimana tidak, lokasi rekan-rekan saya yang kebanyakan area Jakarta Timur sudah pasti mencari SMA yang berada di area tersebut, atau yang mendekati. Entah mengapa saya nyasar ke sini. But, everything has a reason, right. Begitu pula dengan Bapak saya yang kekeuh bener saya sekolah di sini. Katanya, biar saya tahu jalan, jangan di situ-situ aja gaulnya. Biasanya areaCijantung, Jl Raya Bogor, Cibubur, Cimanggis, Ciracas dan sekitarnya, kali ini gaul deh ke bilangan Blok M

Memang dari dulu saya biasa di lepas kayak anak ayam, bahkan pertama kali sekolah pun saya hanya diberitahu sekali saja jalan pulang ke rumah oleh Bapak, tanpa pengulangan, tanpa peta, tanpa ditemenin *untungnya sih dikasih ongkos, hehe. Mulailah saya menjelajah, gapapa gak ada peta, yang penting ada Dora *loh. Tanya sana sini, pdkt sama temen temen yang ke arah terminal supaya bisa bareng, alhasil saya berhasil survive sampai lulus. Setengahnya sih keseringan dianterin sama pacar, eh mantan

Berkesempatan sekolah di lokasi yang agak agak jauh dari rumah membuat saya makin iseng jalan, tahu jalan apalagi bus jurusan Blok M, hehe, dan makin yakin bahwa tujuan Bapak pada saat itu adalah memberikan saya pelajaran hidup, berkembanglah, dan perluas area jajahan. Hingga saat ini, saya pun masih bersyukur pernah menghabiskan masa SMA saya di sana. Such a great moment :) -Noni Halimi

Strawberries

"Apa enaknya sih buah strawberry? Asem iya, manis jarang."
Begitu kira-kira celotehan orang yang agak sensitif sama buah satu ini. Betapa tidak, memang rasanya keseringan kecutnya ketimbang manisnya. Namun entah mengapa saya senang sekali dengan buah satu ini. Bentuknya lucu, begitu pikiran labil saya jaman dulu. Ibarat bentuk love, buah ini melambangkan cinta. Seiring waktu, gak terima dengan alesan sekedar bentuknya yang lucu, saya pun mencoba berfilsuf. Bahwa buah strawberry ini rasanya mengejutkan, kadang asam, kadang manis, membuat penikmatnya penasaran dan merasakan sensasi yang amazing *aselik ini lebay* Begitu pula dengan hidup ini, memberikan kejutan bagi yang menikmati perjalannya. Terkadang manis, terkadang kecut.

Seiring dengan meningkatnya kapasitan otak saya, tetep gak terima dengan alasan filsuf seperti itu saja, mulailah saya berlaga seorang dokter herbal. Bahwa strawberry memiliki banyak khasiat untuk kesehatan, bisa untuk menambah imunitas, mencegah kanker, mencegah hipertensi, melancarkan pencernaan, menguatkan tulang, menyehatkan mata, kulit dan masih banyak lagi. Kalo kurang jelas, coba buka google, pasti lengkap. wkwkwk.

Kerennya, berbagai jenis produk makanan dan minuman hampir selalu ada varian rasa strawberry. Tidak sulit kan menemukannya. Dari eskrim, yoghurt, minuman kaleng, pudding, permen, dan masih banyak lagi. Buah ini pun mudah ditemui di supermarket, tidak terganung musim.

Sampai saat ini pun, saya boleh dibilang pecinta strawberry. Karena setiap melihat strawberry, bawaannya pengen ngambil, apa pun itu bentuknya. Tidak jarang di kamar saja banyak benda benda berbentuk strawberry, yang terkadang sengaja saya hunting. Tidak berbeda dengan barang, buahnya pun saya sangat suka. Di Bandung atau kawasan Puncak pun banyak kebun strawberry yang membolehkan pengunjungnya memetik sendiri strawberry untuk di bawa pulang. Sampai saat ini saya belum kesampaian metik straberry sendirian di kebun strawberry. Agak takut juga sih, takut kalap ngabisin satu kebon stroberi orang, atau takut gak mau pulang gegara udah nyiapin tenda buat kemah di kebon :D Ada yang mau nemenin saya ke kebun strawberry?

25 get 25

Hari itu tepat tanggal 25 Maret 2013, bertepatan dengan hari kelahiran saya, yang sudah 25 tahun membawa keceriaan untuk orang orang disekeliling, yang pada hari itu suhu bumi lebih cerah dari biasanya, yang pada hari itu juga bertepatan dengan tanggal gajian *gak ada hubungannya juga sih, improvisasi biar keliatan makin bahagia aja*

Seperempat abad, kalau dipikir sudah tidak muda lagi (kalau gak mau dibilang tua). Banyak taget yang seharusnya dicapai diumur 25 ini. Banyak juga harapan yang ingin direalisasikan ke depannya. Sungguh usia produktif yang seharusnya bisa membawa hal hal positif untuk banyak orang.

Momen ini membuat saya memutar pikiran dan merenung, lebih asyik sih kalau merenung sambil melahap sepiring gado-gado Bliton Madiun, sama Es Dawet Suranatan *ini merenung apa ngidam*
Saat itu saya berpikir, sudah melakukan hal apa saja selama ini, pencapaian apa yang saya peroleh, seberapa bermanfaatkah saya untuk orang di sekitar saya, sudahkan saya menjadi hamba, anak, kakak, saudara serta pegawai yang baik?

Sudah lewat 2 tahun dari masa bekerja, sudah dapat invest apa untuk masa depan? Sudah menginjak seperempat abad, sudah siapkan untuk melepas masa lajang? Dan pertanyaan pertanyaan iseng yang berloncatan di pikiran saya. Hingga pada akhirnya renungan saya pun ditutup dengan doa dan harapan besar bahwasanya mimpi mimpi saya akan terpenuhi nantinya.

Senantiasa bersyukur atas segala yang saya capai sampai hari ini. Karena sejatinya janji Allah untuk orang yang bersyukur adalah Allah akan menambahkan nikmatNya. Semoga sisa umur ini menjadi sebaik baiknya umur dan sebaik baiknya amalan pada akhirnya.

NB : Terima kasih kepada Allah SWT atas segalanya, kepada keluarga saya, kepada sahabat sahabat yang memberi ucapan, kado serta surprisenya, kepada segenap rekan rekan BNI Syariah Cabang Fatmawati, kepada seluruh follower @nonihalimi dan kepada fans fans setia saya, kalian luar biasa! *berasa menang Panasonic Gobel Award* *nelen mic* -Noni Halimi

Noni Halimi : Sebuah Nama itu Bermula

Noni Halimi, nama yang cukup simpel dan agak aneh dari nama kebanyakan. Hanya terdiri dari dua suku kata, yang membuat saya cukup bersyukur pada saat mengisi lembar SPMB di kolom nama. Kalau saja nama saya panjang, pasti pegel juga ya ngitem-itemin alias ngurek-ngurek buletan LJK, hah!

Noni Halimi, dengan awalan huruf N, membuat saya cukup bersyukur juga pada saat ujian lisan atau disuruh guru maju ke depan kelas jika mengurut abjad dari abjad atas atau dari bawah. Saya bernapas lega karena huruf N ada di tengah. Lain halnya dengan rekan saya Alif, Ahmad, Annisa, Aisyah, yang mungkin lebih duluan dag dig dug dipanggil. Atau Zainal, Zainab, Wawan, Wilda atau nama abjad akhir yang bakal dag dig dug saat guru sedang mood memanggil dari urutan absen paling bawah.

Pernah suatu ketika ujian lisan bahasa, saya tahu guru ini akan memanggil berdasarkan urutan absen. Mulailah beliau berbicara : "Biasanya saya panggil dari absen atas atau bawah, kali ini saya mau panggil berdasarkan tanggal. Hari ini tanggal 27, yak absen 27 Noni Halimi maju ke depan." Jengjeng, apes..ternyata gak aman juga, hehe

Noni Halimi, ketika jaman jahiliyah rekan rekan saya mengejek Noni Hamili siapa. Namun dengan santai saya komentar, "entar aja kalik hamilnya kalo udah nikah."

Noni Halimi ketika saya kala masih kecil berpikir, apa sih artinya nama saya? Kemudian saya pun bertanya kepada rumput yang bergoyang...eh salah, ke orang tua saya maksudnya. Apa sebenarnya arti dari nama saya

Noni Halimi, banyak mengandung sejarahnya, kata Bapak memulai pembicaraan. "Ohyaa?" tanya saya bersemangat menunggu jawaban keren Bapak saya. "Noni itu diambil idenya saat Bapak perjalanan menuju Rumah Sakit saat Noni lahir. Bapak naik sepeda motor dan kebetulan di depan ada truk kecap, iseng Bapak baca, nama kecapnya Cap Noni." Asli saya diem, ngiiikk...dari kecap pak? Noni itu bisa dilihat di Kamus Besar Bahasa Indonesia yang memiliki padanan kata Nona, yang berarti gadis cilik/kecil. Sedangkan Halimi berasal dari Asmaul Husna Al Halim, yang artinya Maha Penyantun. Maka diharapkan suatu saat anak ini jadi gadis kecil yang penyantun, suka menyantuni dan tetap terlihat muda, enerjik, menarik, cantik serta menawan. (kalo yg terakhir ini sih saya tambah-tambahin sendiri)

Noni Halimi, sampai saat ini pun yang bersangkutan belum pernah melihat kecap cap Noni yang merupakan asal usul namanya. Diberi nama kecap tersebut karena kondisi kulit saya pada saat itu dibilang hitam (yang penting manis). Padahal kulit saya gak item-item amat kok *membela diri* Konon katanya kecap cap Noni itu beneran ada, teman saya pernah melihatnya di sekitar Depok. sayangnya saya tidak minta fotonya ya, karena no picture is hoax hehe. Tapi aselik beneran ada.

Noni Halimi yang sampai saat ini masih tetap bangga dengan namanya jika namanya dipanggil, terlebih ketika nanti disebut di akad nikah *ujung-ujungnya

Noni Halimi, litteraly my sweet black soysauce ;)

Motivator handal itu...dirimu!

Paling asyik memang kalau mendengarkan celotehan motivator, sepertinya segala kata yang keluar dari mulutnya selalu menenangkan. Coba tengok salah satu motivator handal seperti Mario Teguh. Hampir semua kalimatnya bisa dijadikan quotes di twitter, hehehe. Coba tengok juga motivator handal lainnya seperti Jamil Azzaini, yang kalimat kalimatnya pun bermakna.

Namun tahukah kamu, kalau kita bisa juga loh jadi motivator dadakan. Setidaknya menjadi motivator untuk teman yang pada saat itu sedang ada masalah. Saat ia menceritakan masalahnya kepada kita, maka mau-tidak-mau kita berlaga seperti motivator. Ya, motivator dadakan seperti yang saya bilang tadi. Saat teman kita bercerita mengenai masalahnya, saat itu kita belajar menjadi pendengar yang baik, memahami apa yang sebenarnya dilanda oleh teman kita. Otak pun berputar mencari solusi untuk masalah tersebut, atau setidaknya hati kita tergugah untuk bersimpati. Ketika itu, munculah petuah petuah hidup dari mulut kita tanpa kita sadari *harusnya besok besok direkam aja*

Pun demikian dengan saya. Beberapa teman saya biasa curhat mengenai masalahnya kepada saya. Terlebih wanita, kalo gak curhat kayaknya gak afdol. Ibarat makan nasi tanpa lauk pauk, tanpa sayur, beuh makan apaan dong itu yak.. Cerita curhatan mereka pun beragam, dari yang sekedar berceloteh sampai yang benar benar membutuhkan solusi dari saya. Jam terbang dapet curhatan dari banyak pihak menambah kosakata saya dalam memotivasi orang lain. Terkadang dari cerita lapak sebelah, terkadang dari buku bacaan yang pernah saya baca, atau yang paling bikin jleb langsung saya carikan ayat Quran yang kira kira pas untuk memotivasi teman saya tersebut. Padahal saya tidak piawai dalam hal motivasi, namun yang saya tanamkan adalah apa yang saya lakukan dapat meringankan beban teman saya, dan hal tersebut sekaligus menjadi motivasi untuk diri saya sendiri.

Pernah teman saya berkata : "Nonce, lo kok kuat banget sih bisa motivasi orang, kayak gak ada masalah aja" (dalam hati saya : gak punya masalah dari hongkong..haha)

Kemudian saya menjawab : "suatu saat apa yang udh gw ucapkan buat memotivasi lo akan berguna kelak untuk gw sendiri, di saat gw juga kena masalah. Atau setidaknya ketika gw curhat sama temen gw yg pernah gw motivasiin, semoga dia masih inget omongan gw dan balik mengingatkan mengenai apa yg dulu pernah gw sampaikan ke dia. Karena pada saat kita memotivasi orang lain, saat itulah kita sedang memotivasi diri sendiri."

Makanya sampai sekarang saya masih menyandang predikat sebagai motivator, ya setidaknya motivator diri sendiri. Karena motivator yang paling handal adalah diri kita sendiri! -Noni Halimi

Proposal Daisakusen : It's all about love, friendship, and painful regret

Kalau ngomongin soal Dorama Jepang, saya memang bukan ahlinya. Soal aktris dan aktor Jepang pun saya tidak begitu hafal. Mengenai dorama yang pernah ditonton pun belum terlalu banyak koleksinya *lah terus mau ngapain dong? hehe. Tenang dulu, saya mau review satu Dorama favorit saya sejak lama. Namanya Proposal Daisakusen - Operation of Love.

Mengapa dinamakan operation of love, karena film ini menceritakan mengenai usaha seorang lelaki yang ingin mengubah perjalanan cintanya di masa lalu. Film ini terdiri dari 10 episode dan 1 episode spesial yang mengharukan *siapin tissue*

Alkisah seorang lelaki bernama Ken Iwase yang memiliki teman sejak kecil bernama Rei Yoshida. Ceritanya Ken naksir lama dengan Rei semenjak Rei yang pada saat itu menjadi murid baru di SD Ken bersekolah. Rei memperkenalkan diri dan duduk di samping pak kusir yang sedang bekerja... eh. maksudnya di samping Ken. Suatu saat Rei membutuhkan penghapus untuk menghapus tulisan di buku, namun celakanya ia tidak membawa (atau tidak punya) penghapus. *lagian kenapa juga Rei gak bawa penghapus, mau sekolah kan harusnya semua alat tulis lengkap! *loh kok jadi emosi.* Ken yang melihat Rei tidak memiliki penghapus, segera memberikan setengah dari penghapusnya untuk Rei. Seketika itu Rei membaca setengah tulisan di penghapus, dan menyebutnya Ken-zou.

Kisah ini diawali dengan seorang pengantin wanita yang bergaun putih, sedang menunggu pengantin pria-nya. Dimana mana yang nonton sih mikirnya yang jadi mempelai pria yaaaa Kenzou lah! Tapi entah mengapa mempelai pria di sini adalah orang lain, dan Kenzou sebagai pihak teman dekat yang turut membantu jalannya pernikahan. Jengjeng.

Ternyata wanita yang ia kasihi menikah dengan pria lain. Ken menyesal luar biasa, acara pernikahan tetap berlangsung, ditampilkan slide foto saat Rei waktu kecil hingga remaja. Video foto tersebut persembahan rekan sepermainan Rei, yakni Eri, Tsuru dan Mikio. Saking menyesalnya Ken, hingga akhirnya ditengah slide muncul seorang peri yg katanya bisa membantu Ken untuk memperbaiki hubungan percintaanya di masa lalu. Foto yang ditampilkan memaparkan wajah sedih Rei yang kala itu tim baseball Ken kalah akibat permainan Ken. Mulailah perjalanan Ken ke masa lalu, mengubah sikap sikapnya dahulu kepada Rei, serta mengubah keputusan yang pernah ia ambil saat itu. Hingga pada saat waktunya ia kembali ke masa saat ini, slide foto Rei tidak lagi muram, namun tersenyum.

Jangan tanya saya dari mana datangnya peri itu, soalnya saya jg gak tahu. Yang pasti Ken bisa kembali ke masa lalu di waktu yang sama pada saat foto itu diambil, ia berusaha mengubah foto tersebut. Bagaimana Ken bisa kembali ke masa saat ini setelah misinya selasai? Yaitu setiap kali blitz kamera menyala, saat itulah ia kembali ke masa sekarang. Foto demi foto ia lalui dengan perjuangan berharap apa yang ia ubah di masa lalu bisa mengubah masa depan.

Film ini penuh keceriaan saat mereka berlima berkumpul dan melakukan hal hal bodoh khas sekolah menengah atas dan masa perkuliahan. Penuh rasa geram saat Rei dan Ken berselisih jalan dan tidak bertemu satu sama lain, kayak sinetron. Penuh rasa gemas saat Ken tidak juga memberanikan diri menyampaikan isi hatinya kepada Rei. Penuh pesan hidup dan makna mendalam.

Bahwasanya hidup yang kita jalani saat ini merupakan hasil yang telah kita lalui di masa lalu, sehingga berbijaklah dalam membuat keputusan. Bahwa masa lalu sampai kapan pun tidak dapat diubah, maka hiduplah di masa sekarang dengan lapang dada, jadikan masa lalu sebagai pelajaran. Bahwasanya keberanian untuk mengungkapkan suatu kejujuran itu sangat penting dan krusial. Dan bahwasanya penyesalan selalu datang terlambat, kawan

Banyak kalimat menarik yang bisa dijadikan pesan motivasi dalam film ini. Adegan demi adegan terasa mengalir dengan natural. Hingga episode SP pun cukup ditunggu tunggu penonton, dikarenakan akhir dari ceritanya gantung gak jelas. Syukurlah episode SP ini menceritakan Ken dan Rei yang bersatu, diakhiri dengan Rei yang berkata ; Yoroshiku Onegaishimasu. Well done, over all dorama yang cukup menyentuh dan cukup saya rekomendasikan untuk ditonton. ;) - Noni Halimi

Memulai (lagi) dari awal


Apa yang kamu pikirkan saat harus memulai kembali sesuatu dari awal? Terlebih untuk sesuatu yang sudah pernah kamu lakukan sebelumnya? Malas. Itulah alasan yang pertama muncul menyeruak ke permukaan

Yaa..begitu pula dengan pembuatan blog ini. Sebelumnya saya sudah pernah membuat blog dengan nama blog yang tidak perlu disebutkan identitasnya. Maklum, masih muda belia, nama blognya pun aneh bin ajaib. Isinya?Jangan ditanya, ababil banget.

Namun agaknya rasa malas ini segera saya tepis, berhubung saya sedang asyik masyuknya nyeloteh, mengekspresikan dengan tulisan. Yaa daripada saya ekspresikan lewat lagu, kasihan yang dengerin. Daripada nge-galau gak jelas mikirin jodoh, mending kita nge-blog #eeeaa curcol. Toh menulis itu aktivitas yang menggembirakan dan mengilmukan. Ali bin Abi Thalib pernah berujar "ikatlah ilmu dengan menuliskannya". Jelaslah salah satu cara untuk menghimpun ilmu adalah dengan menuliskannya atau mencatatnya.

Dengan penuh rasa percaya diri dan kesombongan, saya pun memberanikan diri untuk menulis. Biarlah bakat yang tidak terpendam ini yang berbicara. Walaupun harus memulai lagi dari awal, tak apa. Memulai sesuatu yang baru. Memulai hidup baru. Memulai pencarian jodoh yang baru *lah ujung-ujungnya.

Karena segala sesuatu berawal dari niat,  "innamal a'malu bin niyyat" segala amal hanyalah tergantung pada niatnya. Semoga blog yang agak gak penting ini bisa memberikan manfaat bagi penikmat kata sekalian. Setidaknya bantu bantu ngurangin kuota internet berlangganan.

Awal yang baik belum tentu menghasilkan akhir yang baik, namun hasil akhir yang baik sudah pasti berawal dari yang baik.


Happy reading!