Monday, December 14, 2015

Idul Adha 1436 H

Hampir tiap bulan saya bolak balik ke luar kota, padahal dalam kondisi hamil. Ya kondangan, ya jalan-jalan, demikian juga dengan Idul Adha tahun ini. Sudah 7 tahun belakangan, keluarga klan Sajjad (dari Bapak saya) selalu mengadakan Qurban Patungan. Jadi beberapa anggota keluarga yang mau patungan untuk membeli sapi qurban dikumpulkan, lalu dibeli sapi qurban dan dipotong di Madiun. Alhamdulillah setiap tahunnya berhasil memotong dua sapi untuk dibagikan ke warga sekitar. 

Rumah saya di Madiun berada persis di pinggir jalan, yakni Jl Trunojoyo, samping Pasar Sleko. Alhasil kegiatan pemotongan sapi ini dilakukan di depan rumah alias pinggir jalan bangeeeet. Tujuan utama pemotongan sapi di pinggir jalan ini bukanlah untuk riya (pamer) dan menyombongkan diri, bukan pula untuk mencari sensasi atau membuat kegaduhan dan keramaian. Keluarga saya terpaksa memotong di pinggir jalan karena keterbatasan tempat. Selain itu tujuannya adalah untuk syiar Islam. Ingatkah alasan mengapa pemotongan sapi dilakukan di lapangan atau tempat terbuka? Ya, itulah syiar Islam. Untuk membumikan dan menyiarkan Islam untuk perintah memotong hewan qurban bagi yang mampu. Semoga dengan adanya syiar ini banyak kalangan yang mulai berqurban dan menyadari keutamaan menyembelih hewan qurban bagi yang menjalankan.

Tapi yang namanya dilakukan di pinggir jalan, sudah pasti akan menarik perhatian. Benar saja, biasanya tiap pemotongan dilakukan banyak pengendara yang memperlambat jalannya kendaraan untuk melihat prosesnya. Namun hal tersebut tidak membuat kemacetan. Bekas darah cipratan dan kotorannya pun langsung masuk ke saluran pembuangan, jadi sama sekali tidak mengotori jalan dan fasilitas umum. 

Kegiatan rutin keluarga kami biasa ditunggu-tunggu oleh warga sekitar, terlebih kalangan yang kurang mampu seperti bapak penarik becak, kuli panggul di pasar, dan lain sebagainya yabg sebagian besar juga mengenal keluarga kami. Biasanya sistem kupon tetap diberikan untuk pengambilan daging qurban. Ini harus tetap dijalankan supaya tertib dan tidak menimbulkan iri dengki dan keributan. 

Alhamdulillah, bisa menikmati qurban di kampung halaman walaupun dengan patungan. Karena berqurban memang untuk yang mampu. Dan kita pasti ingin tergolong orang yang mampu bukan? Untuk beli gadget jutaan saja bisa, masa berqurban tidak bisa? Kalau masih berat qurban dengan mengeluarkan jutaan rupiah dalam sekali waktu, maka kamu bisa menyiasatinya dengan mencicil tiap bulan. Misalnya kamu mau membeli kambing seharga 2.5juta, maka kamu bisa menyisihkan 200ribu setiap bulan selama setahun. Mudah bukan?

By the way, ini perayaan qurban pertama dengan suami lhoooo haha *penting banget* dan suami saya kali pertama berkunjung ke kampung halaman Bapak saya di Madiun. Dulu pernah sih maen ke Madiun tapi nggak sempet muter-muter. Kali ini beruntung ia bisa kulineran di Madiun :D 


Salam, 
Noni Halimi


No comments:

Post a Comment