Wednesday, December 3, 2014

Wisata Singkat Wat Arun

Wat Arun atau Temple of The Dawn juga merupakan salah satu tempat menarik yang terkenal di kota Bangkok. Wat Arun adalah kuil yang menjulang seperti menara yang berlokasi dekat dari sungai Chao Phraya. Untuk mencapai ke Wat Arun, kamu harus menyebrang dengan perahu. Lokasi untuk menaiki perahu ada di district Thonburi, tepat di seberang Grand Palace dan Wat Po.

Pertama kami saya menaiki boat melintas Chao Phraya membuat saya sangat excited dan kegirangan. Tatkala mesin perahu boat dinyalakan dan menunggu penumpang yang naik, saya tak lepas dari jeprat sana sini untuk mengabadikan foto. Bangkok memang salah satu kota yang mengandalkan transportasi air, dikarenakan banyaknya sungai yang melintasi kota-kota di Bangkok. Bedanya dengan Indonesia, jika di Bangkok sangat terurus dan justru memanfaatkan adanya sungai untuk kepentingan masyarakat banyak dan wisatawan asing, sedangkan Indonesia dibiarkan begitu saja. Dari Sungai Ciliwung warnya masih agak bening (kata orang jaman dulu) sampai sekarang warnanya cokelat tua mendekati hitam tua, tak kunjung juga dimanfaatkan oleh pemerintah.

Tak lama menunggu penumpang, supir Chao Phraya Boat pun menjalankan mesin untuk menuju ke distri seberang. Saya pikir akan memutar-mutar dulu, ternyata langsung menyebrang. Berhubung lokasi Wat Arun persis di seberang distrik Thonburi tadi, jadi sensasi naik Chao Phraya Boat hanya sebentar saja *penonton kecewaaaaa* nanti kita naik lagi untuk ke Asiatique deh.

Panas Bingits
Wat Arun
Thiv dan Kk Sinta
Menjelang berangkat
Siang hari agaknya bukan waktu yang tepat untuk berkunjung ke Wat Arun, karena letaknya di pinggir sungai membuat situasi semakin panas dan silau (apa hubungannya). Intinya waktu yang cucok untuk ke Wat Arun adalah pagi hari ketika matahari belum terik atau senja ketika matahari terbenam. Konon sebutan Temple of The Dawn didapat ketika Raja Taksim berlayar mengarungi sungai Chao Phraya dan perahunya harus merapa ketika shubuh. Pemandangan di sana sangat indah, dan Raja Taksim ingin membangun kuil di tempat tersebut. Setelah kuil tersebut selesai di bangun, raja Taksim menamakannya kuil fajar. Lah tadi kan lagi bahas senja matahari terbenam kenapa jadi fajar ya. Intinya sih bagus lah kalo dalam keadaan remang-remang dan banyak cahaya dari sekitar kuil. Kuil tersebut jadi terlihat bersinar di antara sungai Chao Phraya yang eksotis.

Salam Fajar Menyingsing,
Noni Halimi


No comments:

Post a Comment