Setelah menginap semalam di Santika Hotel Bengkulu dengan harga diskon lebaran (Alhamdulillah), kami melanjutkan perjalanan melewati Sungai Penuh, Jambi. Kebetulan hari sudah mulai sore dan hari sudah menjelang maghrib. Berbeda dengan pesisir Bengkulu yang sepi, Sungai Penuh ini walaupun tidak berada di pusat kota Jambi, namun ramai riuh orang-orang yang bersiap buka puasa dan mesjid sudah ramai. Kami melipir ke tempat saudaranya dari rekan Bapak. Ini juga pelajaran hidup buat saya, Bapak saya yang jiwa jurnalis selalu berusaha mengunjungi tempat tempat baru dan singgah di rumah rekannya lah, saudaranya rekan lah, orang tuanya rekanlah. Banyak. Kalau berkunjung ke rumah saudara itu sudah pasti namun jika ke tempatnya saudara atau orangtuanya sahabat-sahabat? Mungkin banyak yang sungkan, apalagi mesti berepot-repot mencari rumahnya yang terpencil di desa.
Namun Bapak memiliki pemikiran berbeda, setiap perjalanan jauh dan melewati lokasi manaaaaa...saja yang kiranya ia pernah mendengar kerabat dari rekannya tinggal di sana, maka akan dikunjungi. Ada salah satu momen yang saya ingat, ketika itu kami sedang bepergian jauh entah di Jawa Timur bagian mana saya lupa yang jelas masih pedesaan sekali. Ketika itu Bapak teringat bahwa salah satu pegawai kantor bagian editor, pernah bercerita bahwa orang tuanya tinggal di daerah yg kami lewati tersebut. Maka dadakan Bapak mengarahkan perjalanan kami untuk ke lokasi tersebut. Dadakan. Ya, di luar dari jadwal seharusnya. Bapak kemudian menelepon rekannya tersebut yang saat itu sedang di kantor. Menanyakan alamatnya dan ancer-ancernya masuk gang sebelah mana, maklum pedesaan dengan kondisi gunung dan bukit. Betapa kaget dan terharunya rekan Bapak tersebut, ia baru menikah beberapa bulan yang lalu dan belum sempat mengunjungi keluarganya di kampung lagi, eh malah Bapak saya yang berkunjung.
Masuk ke area perkampungannya sangat luar biasa, terjal mendaki dan menyenangkan. Hingga sampailah kami di lokasi yang dimaksud. Kami disambut dengan sumringah setengah bingung oleh orang rumahnya. Sesaat sebelumnya rekan bapak langsung menelepon orang rumahnya bahwa kami akan berkunjung. Bapak pun mempekenalkan diri dan bilang ingin silaturahim karena memang lewat daerah sini. Bukan main senangnya keluarga di sana, kami disuguhkan susu sapi murni yang baru saja diperas dari sapi. Susu itu langsung di rebus dalam tungku kayu bakar dan diminum hangat-hangat. Saya pun menengok di belakang rumah ada kandang sapi dan kambing mungil. Bagian depan rumah ada kebun yang berisi sayur-sayuran.
Sembari Bapak saya mengobrol dan menikmati susu hangat dengan Ayah dan Ibu dari rekan bapak saya itu, dengan sigap Bapak langsung mengeluarkan kamera kepada saya, hanya isyarat saya, tapi saya mengerti maksudnya adalah...pasti minta diambilkan foto. Ya ya..Jurnalis. Saya mengambil foto cukup banyak baik orang tua tersebut dan lingkungan rumahnya. Beberapa bulan kemudian, salah satu dari orang tua rekan Bapak saya itu berpulang. Saya agak lupa, entah Ayahnya atau Ibunya. Dan rekan bapak belum sempat menengok. Dan foto yang saya ambil itulah kenangan terakhir dan foto terakhir yang diambil :(
Kembali ke Jambi lagi, atas dasar silaturahim dan hobi Bapak saya yang ketemu banyak orang, maka kami singgah di sebuah rumah makan milik saudara dari rekan Bapak. Memang tinggalnya di Jambi, namun mereka membuka usaha rumah makan padang kecil-kecilan yang sangat ramai peminatnya. Kami memang berencana buka puasa di sana, sembari mengobrol dan menyantap makanan khas padang, terutama dendeng baladonya yang supeerrrr! Rezeki gak kemana, walaupun kami bersikeras untuk membayar makanan kami, namun mereka pun bersikeras untuk menolak, sampai akhirnya ya sudah kami makan ditraktir yang punya warung hehe. Insya Allah akan dibalas dengan kebaikan baik yang berunjung maupun menjamu, aaamiiin.
No comments:
Post a Comment