Berawal dari keisengan dari rekan-rekan saya di kantor yang ingin melepas penat ke luar kota, akhirnya mereka membuat ide untuk jalan-jalan ke Cianjur dengan lokasi Situs Megalitikum Gunung Padang. Mendengar hal tersebut saya langsung excited dan googling, seperti apa sih situs peninggalan sejarah megalitikum Gunung Padang? *maklum bukan anak gunung, gak biasa manjat gunung, kalau manjat pohon sih boleh lah.
Situs Gunungpadang merupakan situs prasejarah peninggalan kebudayaan Megalitikum di Jawa Barat. Tepatnya berada di perbatasan Dusun Gunungpadang dan Panggulan, Desa Karyamukti, KecamatanCampaka, Kabupaten Cianjur.Lokasi dapat dicapai 20 kilometer dari persimpangan kota kecamatan WarungKondang, dijalan antara Kota Kabupaten Cianjur dan Sukabumi. Luas kompleks "bangunan" kurang lebih 900 m², terletak pada ketinggian 885 m dpl, dan areal situs ini sekitar 3 ha, menjadikannya sebagai kompleks punden berundak terbesar di Asia Tenggara. >> ini hasil copas dari Wikipedia, hahaha
Setelah googling saya rasa cukup menarik, dan bikin saya makin penasaran, maka saya putuskan untuk ikut rombongan.*padahal juga kalo gak googling disuruh ngikut sih. Okelah awalnya hanya beberapa orang yang ikut, namun setelah di-list, malah terkumpul banyak orang. Akhirnya Operational Manager kami, berkoordinasi dengan Unit General Affair di kantor dan diizinkanlah menggunakan mobil operasional kantor. Horeeyyyy!! Ada pun untuk bayar ini itu akan disubsidi setengah dari kantor setengah lagi bayar sendiri. Itu aja udah bikin saya jejingkrakan. Kapan lagi wisata mureh rame-rame kan. Maka berangkatlah kami dengan 8 iring-iringan mobil. Yeaaahhhh ramai!
Kami berangkat dari kantor pukul 8 malam, dan sampai di tempat penginapan di Cianjur pada pukul 11 malam. Udara sudah mulai menusuk dan super dingin. Sampai di sana, sudah disediakan wedang jahe, jagung bakar, pop mie dan berbagai cemilan pelepas lapar. Penginapannya pun cukup memuaskan. Rencananya kami akan bermalam di sini baru siang hari kami akan berangkat ke Gunung Padang.
Tidak terasa hari sudah pagi (ceritanya di skip biar cepet :p). Kami memulai aktivitas dengan jalan pagi di sekitar kebun teh dengan guide orang sekitar sana. Kami diajak untuk berkeliling area perkebunan. Bapak tour guide menjelaskan mengenai macam-macam daun teh. Ternyata walaupun sama hijaunya, jenis pohon teh yang ditanam di sana berbeda-beda. Ada jenis teh putih namanya, itu teh yang mahal karena hanya diambil satu lembar saya di pucuk paling atas tanaman teh. Untuk pengambilan teh pun berbagai macam cara, ada yang menggunakan mesin, ada pula yang menggunakan manual tangan oleh pekerja teh. Ada pun hasil yang lebih baik adalah memetik dengan tangan.
Saat berjalan-jalan di kebun teh saya banyak menemukan ulat teh yang berkeliaran dan belalang yang gundut-gundut. Maka tidak saya sia-siakan kesempatan itu untuk mengambil dan saya kasih untuk bocah-bocah anaknya pegawai di kantor yang ikut serta. Awalnya mereka jijik melihat ulat teh, namun lama kelamaan malah dipegang-pegang. Dasar bociiii :D
Setelah puas berkeliling yang cukup menguras keringat juga, karena jalurnya yang naik turun dan puanjang. Kami melanjutkan untuk melihat pabrik pembuatan sutera. Baru kali itu saya melihat mesin tenun untuk membuat kain sutera. Semuanya masih sangat tradisional, masih terbuat dari kayu. Di sana juga ada benang-benang sutera yang sudah jadi dan siap untuk dicelup warna dan ditenun. Mirip rambut nenek itu lho, makanan anak jaman dulu ehehehhe. Sayangnya saya tidak melihat ulat2 suteranya. Fiuh.
Saya juga ke tempat ternak kelinci yang super gundut banget, besarnya sih kayak kucing deh. Bulunya juga lebat dan mukanya sungguh menggemaskan. Kalau bisa dibawa pulang pasti sudah saya bawa pulang deh buat mainan di rumah.
Saat berjalan-jalan di sana, terhampar ladang petani-petani yang isinya tanaman sayur mayur yang segar. Kami diberitahu, bahwa satu paket sayur mayur yang berisi wortel, kol, tomat, daun bawang, kentang, dan beberapa sayur lain seharga Rp. 30.000. Berapa banyak? Dapet sekarung! Ya, bener-bener sekarung. Akhirnya saya membeli berdua dengan Ulil untuk satu paket. Karena kita bingung bagaimana cara membawanya kalau beli satu paket seorang diri.
Puas berjalan-jalan dengan bocah-bocah, maka kami melanjutkan perjalanan ke tujuan utama, yakni situs Gunung Padang. Perjalanan ditempuh cukup jauh dengan kondisi jalanan yang cukup berliku dan rusak. Kami beriringan kembali dengan mobil dan beberapa rekan kami yang menaiki motor untuk membuka jalan. Seru sekali.
Setelah 2 jam perjalanan yang cukup berliku, plang wisata "Selamat Datang di Situs Gunung Padang" yang menipu, karena berkali-kali kami melihat plang tersebut tapi tidak sampai-sampai juga. Akhirnya kami menyerah dan tidak percaya dengan plang yang kami lihat hehehe. Dari yang awalnya nggak sabar dengan kata-kata "Horeeeee sampe!" eh ternyata belum. lagi-lagi seperti itu. Setelah tidak tergoda dengan plang palsu selamat datang itu, tiba-tiba mobil kami berhenti dan sampailah kami di lokasi. :D
Perjalanan dibuka dengan berkumpul di bawah situs tersebut, dijelaskan oleh pemandu wisata di sana. Bahwa situ ini sudah lama sekali ada dan menjadi situs punden berundak terbesar se-Asia Tenggara. Kami dihimbau untuk tidak mengotori ketika kami sampai di atas puncak sana. Jangan bercanda berlebihan dan tidak diperkenankan untuk duduk-duduk di punden berundak. Mungkin karena itu situs bersejarah, makanya harus dijaga jangan sampai dirusak.
Jalan menuju puncak Gunung Padang terbagi menjadi dua, yakni sebelah kiri dan kanan. Jalur kiri adalah jalur asli menuju puncak Gunung Padang, yakni tangga curam dengan kemiringan hampir 20 derajat, sehingga untuk mencapai ke sana, butuh ekstra tenaga, terlebih anak tangga punded berundaknya sangat licin dan tidak rata. Sedangkan jalur kanan adalah jalur buatan yang dibuat oleh pengelola Gunung Padang dengan anak tangga yang rapi, tidak curam untuk pendakian namun jarak tempuh yang sedikit lebih jauh. Jalur kanan banyak dipilih untuk pegawai yang membawa serta anak serta istrinya, sedangkan jalur kiri ditempuh oleh orang-orang yang penasaran akan bagaimana serunya mendaki jalur alami Gunung Padang, contohnya saya.
Saya nggak sabar untuk mencapai puncak bukit Gunung Padang, maka saya melesat di urutan pertama untuk menjadi orang pertama yang tiba di atas dan merasakan sensasi di atas sana, lebih dulu dari rekan-rekan yang lain. Ternyata cukup melelahkan juga berhubung anak tangga yang besar-besar dan curam, namun terbayar sudah ketika saya melihat area Gunung Padang di atas. Wuiihhh.. Benar-benar Situs Megalitikum, isinya punden berundak batu-batu. Seperti zaman flinstone.
Sekitar 1 jam kami menikmati pemandangan di atas sana, berfoto ria dan merasakan udara dingin yang menyegarkan. Menjelang Maghrib kami turun kembali ke bawah, menuruni bukit Gunung Padang. Sesaat sebelum maghrib, dimana hari sudah menjelang gelap, tiba-tiba rekan saya ada yang bilang "Eh, bau kemenyan ya." Ujarnya saat kami melintas di dekat pohon. Awalnya saya tidak ngeh, lama-lama, santer sekali baunya, menyengat. Kami langsung mempercepat jalan kami menuju tangga. Saya memilih lewat jalur buatan yang tidak alami, untuk merasakan sensasi yang berbeda *berhubung capek juga sih. Jadi saya merasakan dua jalur tersebut (jalur alami dan jalur buatan) :D Kami membahas lagi soal bau tadi, ternyata memang di area sana digunakan juga untuk orang yang ingin bertapa atau apalah namanya, dan kemenyan menjadi hal lumrah. Hiiii. Sesampainya di Jakarta, kami melihat-lihat lagi foto kami, dan Iput (rekan saya) menemukan penampakan-penampakan makhluk lain saat kita berada di atas puncak Gunung Padang, haisshh.
Kira-kira begitulah perjalanan rekan-rekan saya di Cabang ke Gunung Padang, kalau ada waktu lagi mungkin kami bisa berkesempatan ke daerah lainnya :D
Petani kebun teh yang sedang memetik teh |
Suasana hamparan perkebunan teh |
Entah kenapa setiap lihat ini, kami selalu teriak "pucuk..pucuk..pucuk!!" |
Benang sutera yang sudah diolah |
Di peternakan kelinci, ini kelinci yang kita ambil yang agak kecil ukurannya |
Jalur kiri masih alami, jalur kanan sengaja dibuat. |
Anak tangga menuju puncak Gunung Padang |
Punden berundak di Gunung Padang |
Okeh, yang ini sih abaikan saja |
halo mbak noni,
ReplyDeletesaya mau tanya akses jalan ke gunung padang itu serusak apa ya?
saya mau mengajak istri & anak2 saya kesana menggunakan kendaraan pribadi apakah memungkinkan?
terima kasih
Salam.
ReplyDeleteJalanannya cukup banyak rusaknya, banyak tanjakan turunan khas perjalanan ke gunung, tapi masih sangat memungkinkan untuk membawa kendaraan pribadi. Lbh baik tdk menggunakan sedan, selevel avanza dkk sangat ok. Kmrn pun saya pergi dgn avanza.
Halo Mbak Noni,
ReplyDeleteTerima kasih banyak informasinya.
Semoga sukses selalu.
Halo Mbak kl boleh tahu bermalam di hotel mana di Cianjurnya?
ReplyDeletemba, yang foto pabrik sutra itu dmana ya tepatnya, st interest kalo boleh contactnya
ReplyDeletemakasih