Sunday, August 3, 2014

Ifthar Massal di Masjid Besi, Selangor

Hari ketiga kami di Kuala Lumpur, kami berencana untuk tarawih di Masjid Tuanku Mizan Zainal Abidin Putrajaya atau lebih dikenal dengan Masjid Besi. Memang tujuan utama kami ke Kuala Lumpur saat puasa adalah menikmati tarawih di Masjid-Masjid besar Kuala Lumpur. Putrajaya memang banyak sekali Masjid besar. Maklum ini adalah area pusat pemerintahan Kuala Lumpur, banyak sekali gedung pemerintahan, istana perdana menteri dan perumahan kawasan menteri dan pegawai negeri. Sepanjang area Putrajaya dipasang cctv bahkan sampai ke jalan raya dan area perumahan. Kebiasaan orang Malaysia adalah tertib rambu lalu lintas, sehingga apabila ada lampu merah di area tersebut, padahal jalanan kosoooong melompong, tetap saja kendaraan berhenti dan menunggu lampu hijau. Coba kalau di Indonesia.....eemmmm

Masjid Besi
Jalanan Masuk Masjid
Sekitar Luar
Kami sampai di Masjid Tuanku Mizan Zainal Abidin pukul 17.00 atau masih 2.5 jam lagi buka puasa. Di Kuala Lumpur buka puasa pukul 19.30, mulai tarawih pukul 20.30 dengan 23 rakaat bacaan puanjang-puanjang maka praktis kami selesai tarawih pukul 23.00. Weeew. Kata Bapak, nanti ada saatnya kalau ada rejeki, insya Allah kami umroh bertujuh. Berhubung belum waktunya, maka ke Kuala Lumpur dulu dan merasakan nikmatnya puasa di negeri---yang sama-sama mayoritas Islam layaknya Indonesia, namun sangat berbeda suasananya.

Bagian luar Masjid ternyata dibangun tenda-tenda putih bazar Ramadhan yang menjual makanan, minuman, pakaian dan segala macam yang bisa dijual. Dari ketinggian Masjid kami melihat bazar tenda putih seperti tenda di Padang Arafah. Ramai manusia lalu lalang. Namun sayang sekali harganya mahal ketimbang di Indonesia. Saya cek harga jilbab di Malaysia sekitar 125 RM atau senilai 475.000 IDR. Mahal bangeeeet. Liat baju-baju gamis di sana juga mahal, padahal modelnya standar saja, sekitar 125 RM - 175 RM. Rasanya pengen ke Tanah Abang terus buka lapak di sini haha. Dari segi model ala-ala Hijab memang Indonesia lebih kreatif dan cantik.

Hampir setiap Masjid di sini menyelenggarakan tarawih 23 rakaat. Imam dari lokal atau timur tengah pasti membacakan surat puanjang puanjang yang suaranya super bagus (kata Bapak sama Ibu, ini mirip kayak di Masjidil Haram, saya cuma ngangguk-ngangguk aja berhubung belom pernah). Kebiasaan di Masjid Putrajaya ini jg mengadakan buka puasa massal secara gratis selama sebulan penuh. Stock buka puasa sampai 2500 orang dan dibiayai oleh Negara, bukan dari sumbangan donatur-donatur. Negara memiliki alokasi dana sendiri untuk kegiatan seperti ini. Hal ini tidak ditemui di Indonesia.
Bazar ala Mina
Awalnya saya pikir hanya takjil biasa, mungkin kurma dan makan ringan yang dibungkus. Namun pada saat saya sampai di kanopi dalam Masjid, terlihat karpet panjaaaaaang yang berjajar 8 baris. Di atas karpet diletakkan takjil dan orange jus. Di setiap pilar Masjid terdapat juga meja berisi tumpukan takjil berupa kurma + pastel dan tong orange jus super gede yang bisa kita refil seenak jidat. Pengambilan takjil juga tidak dibatasi, maka bisa dibawa pulang jika berminat. Di selasar Masjid didirikan tenda dan meja-meja, serta meja prasmanan untuk makan malam. Jadi lepas buka puasa dengan takjil, kemudian lanjut sholat Maghrib. Setelah itu kami beratur (berbaris) di meja-meja prasmanan untuk mengambil makan malam seenak jidat juga (ada nasi, lauk pauk ayam, telur, dan banyak lagi). Sumpah saya berasa lagi di kawinan orang. Pemerintahan Malaysia banyak duit banget ya. Momen ini banyak diikuti oleh masyarakat Putrajaya, Kuala Lumpur, warna negara Malaysia lainnya bahkan turis dari berbagai negara.

Setelah santap makan malam, piring diletakan di sisi meja kemudian diangkut dan dibereskan oleh petugas Masjid yang berpakaian putih. Dalam waktu singkat, selasar Masjid sudah kembali rapi dan kami bersiap untuk sholat Isya dilanjutkan tarawih. Pemandangan suasana Masjid yang indah dan semangat orang-orang yang luar biasa mencari pahala kebaikan.

Bagian belakang Masjid dekat terdapat rak yang berisi air mineral botol 350 ml, dan kotak amal di sampingnya. Jamaah bisa mengambil air secara gratis dan jika ingin beramal bisa memasukkan uang ke dalam kotak tersebut. Bukan hanya Masjid ini saja yang menyediakan minum gratis, pun demikian di Masjid Pink Putrajaya. Saat saya ke Masjid Putrajaya ada pula rak macam ini, bahkan ada dispenser air yang bisa kami isi ke dalam botol minum pribadi sepuasnya. Dingin, hehehe.

Lepas shalat saya melihat-lihat pemandangan luar, terlihat dari jauh jembatan Seri Wawasan. Hall utama untuk shalat berjamaah ada di lantai 2. Ada arsitektur menakjubkan mengenai Masjid ini. Ketika saya berjalan ke pinggir Masjid, terdapat kolam yang cukup luas. Saat malam gelap dan lampu hias Jembatan Seri Wawasan menyala dari kejauhan, ternyata saya menyadari bahwa kolam tersebut dibuat dengan sudut pandang sejajar dengan Jembatan Seri Wawasan. Maka ketika kita duduk di depan kolam, dan memandang ke luar, maka kita seperti duduk di lautan kolam hingga ada Jembatan di tengah kolam. Padahal jarak jembatannya jauuuh dan dibawah sana, tapi entah kenapa rasanya seperti dekat karena susunan arsitektur Masjid yang luar biasa ini.

Kira-kira seperti itulah pengalaman shalat tarawih saya di Masjid Tuanku Mizan Zainal Abidin, Selangor Malaysia. Usai shalat, makin ramai dengan panggung nasyid dan masih ramai orang yang berkunjung bersiap i'tikaf.

Area Tempat Berkumpul
Dewan Peradilan
Add caption

No comments:

Post a Comment