Siang itu rencananya saya dan keluarga belanja ke Central Market dan Petaling Street. Lokasinya cukup mudah ditempuh, naik saja LRT sampai Stesen Pasar Seni, kemudian berjalanlah ke arah pintu keluar. Di sana sudah terlihat bangunan Central Market berwarna biru langit. Tak jauh dari Central Market, berjalanlah ke arah China Town, di sana terdapat tempat berbelanja bernama Petaling Street. Banyak barang murah yang bisa kamu beli di sana. Jangan lupa ya, pakai prinsip menawar dan senyum :D
Pulang dari belanja kilat ala Bapak saya di Central Market dan Petaling Street, kami berniat ke Masjid Jamek untuk menunaikan Shalat Jumat. Saya dan keluarga bergegas berjalan ke arah Masjid Jamek dari Petaling Street yang bisa ditempuh dengan berjalan kaki saja. Ramai lalu lalang orang yang ingin menunaikan Shalat Jumat ditemani langit yang mendung dan sedikit gerimis romantis
Sampai di Masjid Jamek yang didominasi warna putih dan strip hitam itu, rupanya sudah banyak sekali para laki-laki yang bergegas ke dalam. Bapak dan Adik laki-laki saya pun masuk ke dalam, sedangkan kami yang perempuan menunggu di luar karena area Masjid, karena Masjid pada Jumat siang itu steril dari perempuan, hanya laki-laki yang diperbolehkan masuk. Hujan makin turun lebat, alhasil kami berlarian ke Stesen Masjid Jamek yang lokasinya persis bersebelahan dengan Masjid Jamek.
Pulang dari belanja kilat ala Bapak saya di Central Market dan Petaling Street, kami berniat ke Masjid Jamek untuk menunaikan Shalat Jumat. Saya dan keluarga bergegas berjalan ke arah Masjid Jamek dari Petaling Street yang bisa ditempuh dengan berjalan kaki saja. Ramai lalu lalang orang yang ingin menunaikan Shalat Jumat ditemani langit yang mendung dan sedikit gerimis romantis
Sampai di Masjid Jamek yang didominasi warna putih dan strip hitam itu, rupanya sudah banyak sekali para laki-laki yang bergegas ke dalam. Bapak dan Adik laki-laki saya pun masuk ke dalam, sedangkan kami yang perempuan menunggu di luar karena area Masjid, karena Masjid pada Jumat siang itu steril dari perempuan, hanya laki-laki yang diperbolehkan masuk. Hujan makin turun lebat, alhasil kami berlarian ke Stesen Masjid Jamek yang lokasinya persis bersebelahan dengan Masjid Jamek.
Suasana Jumatan di Stesen Masjid Jamek |
Suasana Petaling Street |
Di area stasiun rupanya tidak ada bangku untuk menunggu atau waiting area, sehingga kami yang cukup kelelahan jalan kaki puasa-puasa, menemukan ide untuk duduk-duduk di pojok dekat mesin otomatis pembelian token tiket LRT. Awalnya mungkin banyak yang heran kami duduk-duduk di sana, namun lama kelamaan malah ibu-ibu dan mbak-mbak banyak yang mengikuti untuk duduk di sebelah kami. Mungkin mereka juga menunggu hujan reda dan menunggu Shalat Jumat usai.
Saat khutbah Jumat disiarkan sayup-sayup terdengar dari stesen, dengan bahasa Malaysia yang khas. Saya tidak begitu fokus mendengarkan, karena lebih memilih bersandar, membuka smartphone dan mulai mengaji meneruskan tadarus saya. Hujan makin deras dan stesen makin ramai. Entah bagaimana dan siapa yang memulai, di depan saya ternyata sudah banyak Bapak-bapak yang menggelar koran dan sajadah untuk sholat Jumat di pelataran stesen. Awalnya tidak teratur, namun lama-kelamaan berbentuk shaf rapi, sampai akhirnya mereka mulai ikut Shalat Jumat berjamaah dari stesen.
Pemandangan cukup unik yang saya temui, karena stesen tempat lalu lalang orang tapi dipergunakan untuk shalat. Bukan hanya itu, Malaysia terkenal dengan kehidupan berbagai macam ras menjadi satu, sehingga dalam Shalat Jumat pun saya menemui bermacam ras berdiri bersampingan untuk Shalat. Melayu, India, Timur Tengah, Western. Budaya saling menghormati pun sangat kental. Orang yang lewat beratur melalui samping jalan tanpa mengganggu Muslim yang sedang menunaikan Shalat. Saat-saat rush hour, hujan dan banyak tantangan lainnya, Muslim yang taat memang tetap harus menjalankan kewajibannya.
Sungguh bersyukur bisa mendapatkan pengalaman melihat Shalat Jumat di pelataran Stesen Masjid Jamek, hehe. Alhamdulillah
Saat khutbah Jumat disiarkan sayup-sayup terdengar dari stesen, dengan bahasa Malaysia yang khas. Saya tidak begitu fokus mendengarkan, karena lebih memilih bersandar, membuka smartphone dan mulai mengaji meneruskan tadarus saya. Hujan makin deras dan stesen makin ramai. Entah bagaimana dan siapa yang memulai, di depan saya ternyata sudah banyak Bapak-bapak yang menggelar koran dan sajadah untuk sholat Jumat di pelataran stesen. Awalnya tidak teratur, namun lama-kelamaan berbentuk shaf rapi, sampai akhirnya mereka mulai ikut Shalat Jumat berjamaah dari stesen.
Pemandangan cukup unik yang saya temui, karena stesen tempat lalu lalang orang tapi dipergunakan untuk shalat. Bukan hanya itu, Malaysia terkenal dengan kehidupan berbagai macam ras menjadi satu, sehingga dalam Shalat Jumat pun saya menemui bermacam ras berdiri bersampingan untuk Shalat. Melayu, India, Timur Tengah, Western. Budaya saling menghormati pun sangat kental. Orang yang lewat beratur melalui samping jalan tanpa mengganggu Muslim yang sedang menunaikan Shalat. Saat-saat rush hour, hujan dan banyak tantangan lainnya, Muslim yang taat memang tetap harus menjalankan kewajibannya.
Sungguh bersyukur bisa mendapatkan pengalaman melihat Shalat Jumat di pelataran Stesen Masjid Jamek, hehe. Alhamdulillah
No comments:
Post a Comment