Kantor saya pernah dipimpin oleh tangan dingin seorang wanita yang bernama Ibu Retno Widiastutiningsih. Beliau adalah Operational Manager kami dari bulan Juni 2011 sampai dengan bulan September 2013. Hanya dalam waktu 2 tahun beliau bisa merapat dengan kami semua, bahkan dekat dengan anak-anak frontliner. Saya pernah beberapa kali bolak balik ke unit layanan-processing karena saat itu unit layanan dan unit processing sedang butuh SDM. Di satu pihak saya dibutuhkan oleh processing, di pihak lain Bu Retno tidak ingin melepas saya dari unit layanan. Bahkan saat saya ditugaskan di KCPS JPU Sudirman dan terjadi migrasi ke Cabang Bendungan Hilir, beliau lah yang bersikeras untuk menarik saya kembali ke Cabang Fatmawati. Akhirnya pegawai KCPS JPU Sudirman migrasi ke Bendungan Hilir, hanya saya seorang diri yang kembali ke Cabang Fatmawati.
Beliau adalah pribadi yang super ceria dan ramah. Jika ngobrol dengan Ibu, maka seperti mengobrol dengan Eyang sendiri (maaf ya bu, mirip banget soalnya, sangat mengayomi dan doyan bercerita). Padahal usia beliau sama dengan Ibu saya, kelahiran tahun 1961, namun berhubung suara beliau lemah lembut, jadi mirip sekali dengan Eyang saya. Banyak hal yang sering kami diskusikan serta bicarakan. Belakangan ada yang kasih selentingan becandaan bahwa saya adalah anak kesayangan Ibu Retno. Saya tidak mengambil pusing, karena menurut saya, Ibu Retno memang baik sekali dengan semua bawahannya. Dan saya sangat menghormati itu.
Ketika kami mendapatkan kabar bahwa Ibu Retno akan dimutasi ke Kantor Pusat, bukan main sedihnya. Kaget, syok dan tidak ingin berpisah dengan Ibu Retno. Saat itu saya sedang ditugaskan di unit Processing, bukan di unit layanan. Kami membuat skenario dan acara pelepasan Ibu Retno. Luar biasa, niat banget. Kami sampai pesan tenda, pesan prasmanan serta soundsystem. Kami akan membuat acara pelepasan Ibu Retno. Dengan waktu yang minim dan dadakan, tentu rundown acara dan MC juga ditunjuk dadakan. Acara akan dilakukan pada hari Jumat malam, dan penunjukan MC baru dilakukan pada Kamis malam (pake banget). Malem banget. Bagaimana tidak, jam 9 malam. Itu pun pake sistem aklamasi, alias yang ditunjuk harus mau.
Pak Yudi, yakni Penyelia Unit Processing sudah sounding selepas Shalat Maghrib, bahwa saya dan Fatih (unit Umum) yang akan menjadi MC acara pelepasan Ibu Retno. Awalnya saya pikir bercanda, jadi saya tanggapi dengan ketawa. Habis shalat Isya kok makin serius, terlebih ketika saya dipanggil ke ruangan Pak Yudi seorang diri, yang artinya Coaching Time. Setiap Pak Yudi memanggil anak buahnya untuk berbicara face to face dengannya itu artinya adalah waktunya coaching. Waktunya diskusi dan obrolan menguras air mata, hehee. Saya pernah dua kali kena coaching seperti ini. Yang pertama saat penunjukan MC Pelepasan Ibu Retno, dan yang kedua adalah ketika saya diumumkan promosi menjadi Penyelia Layanan Cabang. Fiuh penuh motivasi yang menguras air mata.
Okey, saya paham. Dengan dipanggilnya saya ke ruangan dan kena coaching, itu artinya ocehan saya harus jadi MC yang saya pikir becanda, adalah serius. Beliau mengatakan "Oce (panggilan orang kantor untuk saya), Ibu (panggilan untuk Ibu Retno) itu sayang banget lho sama Oce, bukan satu dua orang yang ngomong. Saya juga sering dapet cerita dari Bu Retno tentang Oce. Masa di hari-hari terakhir Ibu tugas di Fatmawati, Oce gak mau memberikan sesuatu yg terbaik? Akan lebih menyentuh kalau Oce yang jadi MC perpisahan" Saya cuma bisa ngangguk pasrah. Brooo...belom bikin skenario acaranya mau ngapain aja, mana katanya mau di bikin panggung. Dan yang bikin saya makin lemes.....ini pertama kalinya saya jadi MC acara lho. Doohh..belum pernah nih sebelumnya men.
Nervous? Jangan ditanyaaaa. Rekan-rekan unit processing sudah cekakakan menggoda saya sejak Jumat pagi. Sengaja hari itu saya tidak diberikan aplikasi Griya untuk di advis. Kata Pak Yudi, bonus buat Oce yang mau jadi MC. Saya dan Fatih latihan di ruang Processing, diiringi dengan gelak tawa cemong-cemong yang nonton. Kurang aseeem. Tak lupa saya juga membuat contekan untuk saya bawa ke atas panggung. Ya maklum MC amatir laaahh.
Sebenarnya bukan saya takut nervous di atas panggung karena jadi MC. Saya lebih takut kalau nanti saya nangis di atas panggung saking sedihnya pisah sama Bu Retno. Kan nggak lucu MC-nya nangis sampe nggak bisa ngomong. Tapi kata teman-teman saya, "justru itu kakak oce, jadi makin sedih acaranya kaaan". Baiklah, saya beranikan diri.
Acara demi acara saya dan Fatih buka dengan lancar, sampai ke puncak acara yakni ucapan perpisahan dari Bu Retno. Bukan main, saya rasanya pengen ke kamar mandi aja buat nangis. Hampir seluruh pegawai menangis malam itu merasakan kehilangan Bu Retno. Bahkan, Pak Yudi yang coaching saya juga nangis, cemong-cemong yang mukanya sangar gitu pada nangis. Sungguh inilah sosok pemimpin yang dicintai bawahannya. Dalam pidato perpisahannya, Bu Retno menyampaikan, "Saya sudah puluhan tahun bekerja di BNI dan BNI Syariah, saya sudah mutasi berkali-kali. Tetapi baru kali ini saya merasakan ikatan yang sangat kuat, sampai saya merasa seperti memiliki keluarga di sini. Cuma di Fatmawati saja." Spontan kami makin berurai air mata.
Lepas acara, lanjut adegan salam-salaman dengan Bu Retno. Tadinya saya sudah menahan tangis sekuat tenaga, saat bersalaman dan berpelukan dengan Ibu, maka tidak bisa terbendung lagi, saya nangis sejadi-jadinya. Pesan Ibu saat itu ketika memeluk saya adalah "Noni, yang kuat ya, kamu pasti bisa lebih berkembang lagi di Fatmawati" Entah apa itu maksudnya. Belakangan saya tahu bahwa Bu Retno adalah salah satu pengusung promosi saya menjadi Penyelia Layanan Cabang. Mungkin Ibu ingin memberikan petuah sebelum saya melewati hari-hari berat selanjutnya. Supaya saya tetap kuat.
Yang membuat kami kangen dengan celotehnya Bu Retno adalah gaya khas beliau bercerita yang ekspresif, serta ritual untuk foto bersama selepas Morning Briefing. Ketika Morning Briefing usai, segala hal-hal terkait unit sudah disampaikan, kemudian dilanjutkan pembacaan visi misi, budaya kerja, doa dan yel-yel. Maka selanjutnya kami beratur di banking hall untuk bersiap foto. Entah sudah berapa banyak foto yang kami hasilkan setiap usai morning briefing. Heheehee
Tidak terasa sudah lewat beberapa bulan setelah perpisahan Bu Retno. Pada bulan Juni 2014 lalu, Bu Retno dinyatakan pensiun dan bebas tugas. Lepas dari tugasnya, beliau tetap main ke Fatmawati dan mengirimkan dua box besar tahu isi dan pastel untuk anak-anak Cabang. Ini cemilan khas Bu Retno yang selalu saya rindukan. Beberapa hari ketika Ibu mutasi ke Kantor Pusat, beliau membawakan cemilan tersebut untuk Cabang Fatmawati. Pun demikian saat beliau dinyatakan pensiun, beliau juga mengirimkan cemilan ini. Bahkan orang kantor pusat saja tidak pernah dibawakan tahu isi super dan pastel yummy ini, eheehehe.
Teriakan kami menyambut Ibu Retno datang ke Cabang berhamburan, senang rasanya bisa ketemu Bu Retno lagi. Kali ini tidak dengan seragam batik atau baju dinas lainnya, namun gamis ungu polos Ibu Retno dan seuntai senyum khas beliau. Tak lupa kami melaksanakan ritual foto bersamaaaaa. Yeaay. Selamat bebas tugas Ibu, semoga sehat selalu, makin berkah dan Hasanah kehidupannya. Terima kasih atas segalanya. Love you.
Beliau adalah pribadi yang super ceria dan ramah. Jika ngobrol dengan Ibu, maka seperti mengobrol dengan Eyang sendiri (maaf ya bu, mirip banget soalnya, sangat mengayomi dan doyan bercerita). Padahal usia beliau sama dengan Ibu saya, kelahiran tahun 1961, namun berhubung suara beliau lemah lembut, jadi mirip sekali dengan Eyang saya. Banyak hal yang sering kami diskusikan serta bicarakan. Belakangan ada yang kasih selentingan becandaan bahwa saya adalah anak kesayangan Ibu Retno. Saya tidak mengambil pusing, karena menurut saya, Ibu Retno memang baik sekali dengan semua bawahannya. Dan saya sangat menghormati itu.
Ketika kami mendapatkan kabar bahwa Ibu Retno akan dimutasi ke Kantor Pusat, bukan main sedihnya. Kaget, syok dan tidak ingin berpisah dengan Ibu Retno. Saat itu saya sedang ditugaskan di unit Processing, bukan di unit layanan. Kami membuat skenario dan acara pelepasan Ibu Retno. Luar biasa, niat banget. Kami sampai pesan tenda, pesan prasmanan serta soundsystem. Kami akan membuat acara pelepasan Ibu Retno. Dengan waktu yang minim dan dadakan, tentu rundown acara dan MC juga ditunjuk dadakan. Acara akan dilakukan pada hari Jumat malam, dan penunjukan MC baru dilakukan pada Kamis malam (pake banget). Malem banget. Bagaimana tidak, jam 9 malam. Itu pun pake sistem aklamasi, alias yang ditunjuk harus mau.
Pak Yudi, yakni Penyelia Unit Processing sudah sounding selepas Shalat Maghrib, bahwa saya dan Fatih (unit Umum) yang akan menjadi MC acara pelepasan Ibu Retno. Awalnya saya pikir bercanda, jadi saya tanggapi dengan ketawa. Habis shalat Isya kok makin serius, terlebih ketika saya dipanggil ke ruangan Pak Yudi seorang diri, yang artinya Coaching Time. Setiap Pak Yudi memanggil anak buahnya untuk berbicara face to face dengannya itu artinya adalah waktunya coaching. Waktunya diskusi dan obrolan menguras air mata, hehee. Saya pernah dua kali kena coaching seperti ini. Yang pertama saat penunjukan MC Pelepasan Ibu Retno, dan yang kedua adalah ketika saya diumumkan promosi menjadi Penyelia Layanan Cabang. Fiuh penuh motivasi yang menguras air mata.
Okey, saya paham. Dengan dipanggilnya saya ke ruangan dan kena coaching, itu artinya ocehan saya harus jadi MC yang saya pikir becanda, adalah serius. Beliau mengatakan "Oce (panggilan orang kantor untuk saya), Ibu (panggilan untuk Ibu Retno) itu sayang banget lho sama Oce, bukan satu dua orang yang ngomong. Saya juga sering dapet cerita dari Bu Retno tentang Oce. Masa di hari-hari terakhir Ibu tugas di Fatmawati, Oce gak mau memberikan sesuatu yg terbaik? Akan lebih menyentuh kalau Oce yang jadi MC perpisahan" Saya cuma bisa ngangguk pasrah. Brooo...belom bikin skenario acaranya mau ngapain aja, mana katanya mau di bikin panggung. Dan yang bikin saya makin lemes.....ini pertama kalinya saya jadi MC acara lho. Doohh..belum pernah nih sebelumnya men.
Nervous? Jangan ditanyaaaa. Rekan-rekan unit processing sudah cekakakan menggoda saya sejak Jumat pagi. Sengaja hari itu saya tidak diberikan aplikasi Griya untuk di advis. Kata Pak Yudi, bonus buat Oce yang mau jadi MC. Saya dan Fatih latihan di ruang Processing, diiringi dengan gelak tawa cemong-cemong yang nonton. Kurang aseeem. Tak lupa saya juga membuat contekan untuk saya bawa ke atas panggung. Ya maklum MC amatir laaahh.
Sebenarnya bukan saya takut nervous di atas panggung karena jadi MC. Saya lebih takut kalau nanti saya nangis di atas panggung saking sedihnya pisah sama Bu Retno. Kan nggak lucu MC-nya nangis sampe nggak bisa ngomong. Tapi kata teman-teman saya, "justru itu kakak oce, jadi makin sedih acaranya kaaan". Baiklah, saya beranikan diri.
Acara demi acara saya dan Fatih buka dengan lancar, sampai ke puncak acara yakni ucapan perpisahan dari Bu Retno. Bukan main, saya rasanya pengen ke kamar mandi aja buat nangis. Hampir seluruh pegawai menangis malam itu merasakan kehilangan Bu Retno. Bahkan, Pak Yudi yang coaching saya juga nangis, cemong-cemong yang mukanya sangar gitu pada nangis. Sungguh inilah sosok pemimpin yang dicintai bawahannya. Dalam pidato perpisahannya, Bu Retno menyampaikan, "Saya sudah puluhan tahun bekerja di BNI dan BNI Syariah, saya sudah mutasi berkali-kali. Tetapi baru kali ini saya merasakan ikatan yang sangat kuat, sampai saya merasa seperti memiliki keluarga di sini. Cuma di Fatmawati saja." Spontan kami makin berurai air mata.
Lepas acara, lanjut adegan salam-salaman dengan Bu Retno. Tadinya saya sudah menahan tangis sekuat tenaga, saat bersalaman dan berpelukan dengan Ibu, maka tidak bisa terbendung lagi, saya nangis sejadi-jadinya. Pesan Ibu saat itu ketika memeluk saya adalah "Noni, yang kuat ya, kamu pasti bisa lebih berkembang lagi di Fatmawati" Entah apa itu maksudnya. Belakangan saya tahu bahwa Bu Retno adalah salah satu pengusung promosi saya menjadi Penyelia Layanan Cabang. Mungkin Ibu ingin memberikan petuah sebelum saya melewati hari-hari berat selanjutnya. Supaya saya tetap kuat.
Yang membuat kami kangen dengan celotehnya Bu Retno adalah gaya khas beliau bercerita yang ekspresif, serta ritual untuk foto bersama selepas Morning Briefing. Ketika Morning Briefing usai, segala hal-hal terkait unit sudah disampaikan, kemudian dilanjutkan pembacaan visi misi, budaya kerja, doa dan yel-yel. Maka selanjutnya kami beratur di banking hall untuk bersiap foto. Entah sudah berapa banyak foto yang kami hasilkan setiap usai morning briefing. Heheehee
Tidak terasa sudah lewat beberapa bulan setelah perpisahan Bu Retno. Pada bulan Juni 2014 lalu, Bu Retno dinyatakan pensiun dan bebas tugas. Lepas dari tugasnya, beliau tetap main ke Fatmawati dan mengirimkan dua box besar tahu isi dan pastel untuk anak-anak Cabang. Ini cemilan khas Bu Retno yang selalu saya rindukan. Beberapa hari ketika Ibu mutasi ke Kantor Pusat, beliau membawakan cemilan tersebut untuk Cabang Fatmawati. Pun demikian saat beliau dinyatakan pensiun, beliau juga mengirimkan cemilan ini. Bahkan orang kantor pusat saja tidak pernah dibawakan tahu isi super dan pastel yummy ini, eheehehe.
Teriakan kami menyambut Ibu Retno datang ke Cabang berhamburan, senang rasanya bisa ketemu Bu Retno lagi. Kali ini tidak dengan seragam batik atau baju dinas lainnya, namun gamis ungu polos Ibu Retno dan seuntai senyum khas beliau. Tak lupa kami melaksanakan ritual foto bersamaaaaa. Yeaay. Selamat bebas tugas Ibu, semoga sehat selalu, makin berkah dan Hasanah kehidupannya. Terima kasih atas segalanya. Love you.
No comments:
Post a Comment