The most blessed Nikkah (wedding) is the one with the least expenses. (Rasulullah SAW)
Pernikahan yang paling berkah adalah pernikahan dengan biaya yang sedikit. Kurang lebih seperti itulah artinya. Apa maknanya? Bahwa Rasulullah menganjurkan untuk meminimalisir biaya pernikahan, bahkan semakin sedikit semakin baik. Hal ini tentu agak bertentangan dengan fenomena yang terjadi di masyarakat sekarang ini. Kalau jaman sekarang untuk menikah harus punya modal dulu, minimal sekian ratus juta-lah. Harus punya ini dulu, punya itu dulu, mapan dan sebagainya. Padahal menyelenggarakan pernikahan tidak melulu soal uang dan pengeluaran yang besar.
Yuk kita lihat lagi esensi pernikahan itu seperti apa? Tujuan kita menikah tentunya untuk menyempurnakan separuh agama, ingin beribadah, ingin menjalankan sunah Rasulullah, dan tentu ingin mengharap ridho Allah. Untuk nikah sendiri sebenarnya simpel, asal terpenuhi rukun nikah, kelar urusan. Ada pun rukun nikahnya adalah : Adanya mempelai laki-laki, mempelai wanita, wali nikah, dua orang saksi nikah, Ijab qabul. Nah kalau sudah terpenuhi semua plus mahar, ya sudah sah menikah. Namun apa yang jadi masalah rempong biayanya?
Ternyata yang jadi masalah adalah biaya resepsi. Untuk sekedar menikah saja baik di rumah atau di KUA tentu hanya memerlukan biaya yang sedikit. Bahkan kalau menikah di KUA pada hari kerja tidak dipungut biaya sama sekali dan untuk hari libur sebesar 600.000 saja. Tapi bagaimana jika mengadakan resepsi? Nah ini dia yang bikin biaya membludak. Mari kita kembali lagi mencari esensi dari diadakannya acara resepsi. Sebenarnya resepsi tidak wajib dilakukan, namun bisa saja dilakukan sebagai bentuk tasyakur, rasa syukur mempelai beserta keluarga atas terjadinya pernikahan tersebut. Selain itu untuk mengumumkan kepada khalayak bahwa kedua mempelai telah menikah, sehingga apabila mereka berjalan berdua tidak menimbulkan fitnah. Orang-orang juga tahu mereka suami istri. Simpelnya begitu. Nah sekarang apa yang bikin resepsi melenceng dari esensi awal?
Awalnya tujuan resepsi sangat mulia. Namun jika kemudian mementingkan ego, harga diri, prestige, dan show up, akan beda lagi ceritanya. Mungkin biaya nikah yang tadinya hanya puluhan juta bisa menjadi ratusan juta. Saya tidak bisa memungkiri kalau biaya resepsi memang butuh dana cukup besar, terlebih jaman sekarang untuk sewa gedung, catering, souvenir, undangan dan lain sebagainya tidak bisa juga dibilang murah. Namun yang saya ingin ingatkan di sini, jangan berlebihan. Menjamu tamu yang datang dengan baik memang dianjurkan, tapi buat untuk sekedar gengsi tentu akan jadi tidak baik.
Bagaimana agar resepsi tidak berlebihan? Yang bisa menilai berlebihan atau tidak ya calon mempelai sendiri. Sesuaikan dengan budget yang dimiliki, kalau tidak mampu mewah maka jangan memaksakan diri. Buang hal-hal yang kiranya akan jadi mubazir. Misalnya saja dari segi tempat/gedung, cari yang sesuai budget. Nggak perlu cari gedung yang hits seantero Ibu Kota biar kece nanti di Undangan. Helooo...kawinan cuma sehari lho, bahkan cuma 2 jam. Sayang sekali rasanya kalau uang simpanan dihambur-hamburkan demi kawinan terlihat kece. Padahal ketika sudah menikah baru akan dimulai kehidupan yang sebenarnya, butuh biaya hidup dan sebagainya.
Kemudian dari segi catering, pilih yang sesuai budget dan baik, nggak perlu karena gengsi harus milih catering yang bonafit lah. Sebenarnya banyak juga kok catering yang kualitasnya bagus tapi harganya masih terjangkau. Undangan tidak perlu yang super bagus dan mahal. Pilihlah yang bisa terbaca, simpel dan murah. Karena esensi undangan adalah menyampaikan informasi mengenai waktu dan tempat pernikahan. Selebihnya akan berakhir di tong sampah. Sayang-sayang kalau bikin mahal-mahal. Apalagi mencetak dalam jumlah ratusan. Bayangkan kalau harga 1 undangan adalah 7000-10.000 dikalikan 500 undangan udah berapa juta.
Souvenir juga pilih yang terjangkau, nggak perlu lah nyari yang muahal demi keliatan 'wah'. Esensi souvenir adalah sebagai cinderamata dan ucapan terima kasih untuk tamu, yang artinya pilihlah souvenir yang mendatangkan manfaat, bukan sekedar lucu-lucuan. Mending kalau mahal tapi manfaat, nah kalo mahal tapi cuma buat lucu-lucuan kan mubazir. Selain itu minimalisir biaya-biaya lainnya seperti seserahan. Terkadang momen seserahan jadi momen aji mumpung. Yaa kapan lagi, dibeliin banyak barang sama calon suami? Tapi ingatlah, calon suami itu nantinya akan jadi suami kamu, nggak pengen kan doi bangkrut mendadak karena permintaan seserahan kamu yang luar biasa banyak dan mahal-mahal. Minta seserahan seperlunya yang kiranya bermanfaat dan tidak memberatkan calon kita.
Jadi, pikirkan baik-baik biaya pernikahan secara seksama dan matang, buang hal-hal yang tidak perlu dan hanya akan mubazir dan banyak mudharat. Pilih vendor yang sesuai dengan budget, jangan memaksakan diri. Dan yang paling penting, luruskan niat untuk melakukan pernikahan dan resepsi. Apa esensinya? Insya Allah tidak akan berlebih-lebihan dan mendatangkan berkah untuk kedua mempelai. Semoga Allah mempermudah jalan hamba-Nya yang berniat menikah, Aamiin Yaa Robbal'alamiin.
Salam,
Noni Halimi
No comments:
Post a Comment