Orang hamil identik dengan mengidam. Tiba-tiba pengen ini lah, pengen itulah. Semua harus tersedia saat itu juga dan harus terpenuhi. Kalau tidak dipenuhi, nanti bayinya ileran. Entah kata siapa, kata orang dulu sih begitu. Mitos. Buat saya yang namanya mengidam mungkin saja terjadi untuk Ibu hamil, wajar saja.
Ibu hamil mengalami perubahan dalam tubuhnya dan harus banyak menyesuaikan diri, sering kali membuat tidak nyaman, terutama dalam hal makanan. Terlebih di trimester pertama nafsu makan Ibu hamil turun drastis, sering pilih-pilih makanan dan sedikit porsi makannya. Ibu hamil juga mengalami perubahan hormon, sehingga terkadang emosional dan baper.
Ada masanya Ibu hamil ingin membuat dirinya nyaman, salah satunya dengan makanan. Rasa ingin makan sesuatu yang menurutnya enak dan membuat nyaman, mungkin itulah yang disebut ngidam. Dan kenapa kalau orang hamil yang sedang ngidam kalau tidak dipenuhi keinginannya bisa ngambek? Ya tadi itu perubahan hormon bikin emosional dan baper. Semua tadi sih analisa sotoy saya berhubung pernah merasakan hamil juga. Kalau mau percaya Alhamdulillah, kalau nggak percaya ya udah. *ceritanya ngambek *baper juga :D
Mengenai ngidam, menurut analisa saya juga yang lagi-lagi sotoy--terkadang ngidam dijadikan kesempatan untuk para Ibu-Ibu hamil untuk mendapatkan perhatian suami. Rekan saya pernah cerita kalau ngidam tuh enak, suami jadi super perhatian dan super berkorban bela-belain demi terpenuhinya ngidam si istri. Walaupun beda tipis sih, bela-belain buat istrinya atau biar anaknya nggak ileran *eeeaa Bapaknya malah percaya mitos.
Nah, untuk Ibu-ibu yang menjadikan ngidam sebagai sarana aji mumpung mending pikir-pikir lagi. Kasian suaminya kalau disuruh nyari yang macem-macem, mending kalau gampang, terkadang ngidamnya suka aneh-aneh bahkan kadang tidak masuk akal. Kalau masih yang masuk akal mungkin istrinya hanya sekedar pengen rujak atau mangga muda. Okelah standar. Yang mulai agak nyusain, istrinya ngidam mangga muda yang dibeli di Pasar Minggu. Oke, butuh perjuangan juga buat yang tinggal agak jauh dari Pasar Minggu.
Yang mulai ngeselin, istrinya minta mangga muda yang nggak muda-muda banget tapi juga nggak tua-tua banget, rasanya nggak asem-asem banget, tapi juga nggak manis-manis banget. Oke, ini mungkin butuh kira-kira yang nyusain. Giliran beli mangga yang asem dibilang keaseman, dibeliin yang manis kemanisan. Serba salah. Tapi semuanya itu masih masuk akal ketimbang ada istri yang ngidam mangga muda....yang ada di rumah Pak Haji samping rumah, diambilnya harus sama suaminya sendiri dan doi harus manjat itu pohon mangganya sendiri. Ya salaaammm..
Pernah juga saya dapat cerita dari rekan kerja saya, kalau ada istri pernah ngidam malam-malam mau talas Bogor, suaminya sampe bela-belain ke Bogor malem-malem buat nyari talas. Rumah mereka ada di daerah Jakarta Selatan. Sampai rumah si suami udah kelelahan dan melihat istrinya sudah tertidur, ia membangunkan istrinya untuk memberikan talas Bogor tersebut. Tapi apa kata istrinya? 'Ditaro aja mas di dapur, tiba-tiba aku nggak pengen talas deh' Diiiihhh bisa dibayangin gimana jengkelnya itu suami ya haha, kesianan jauh-jauh ke Bogor demi talas yang berujung nongkrong di dapur. Puk puk puk.
Ada juga yang lapar mata, pengen beli ini itu, buanyaak banget. Pas sampe depan meja dihidangkan semua, semua dicuil sesendok terus udah. Termangu suaminya memandangi bejibun makanan yang cuma diicip-icip sama istrinya dan ditinggalkan begitu saja.
Soal ngidam ngidam ini, saya nggak begitu mengalaminya. Karena menurut saya ngidam hanya soal mindset dan kepengenan untuk membuat kita nyaman saja. Prinsip saya, kalau pengen sesuatu ya yang masuk akal dan nggak nyusahin orang, kalau memang sudah ada ya dimakan, kalau memang tidak bisa dipenuhi ya sudah bersabar aja bukan malah ngotot.
Kalau pernah ditanya saya pernah ngidam apa, saya jawab pernah, tapi nggak se-ekstrim orang-orang ngidam. Suami saya orang yang cuek dan simpel, bukan tipe orang yang memanjakan istrinya kalau mau ini harus dipenuhi, mau itu harus dipenuhi. Kalau memang ia bisa belikan ya dibeli, kalau tidak ya tunggu waktunya lah. Kalau memang tidak bisa dipenuhi ia akan utarakan alasannya. Pun demikian dengan saya, menyikapi suami saya juga simpel saja, kalau tidak bisa dipenuhi ya sudah, nggak ngeyel. Besok lagi aja minta yah sayang *eh
Kalau saya meminta sesuatu memang tidak langsung dipenuhi, biasanya baru terealisasi beberapa hari ke depan, dan itu tidak masalah bagi saya. Kata suami, belajar sabar. Apa-apa nggak semuanya harus sekarang, nggak semuanya harus dipenuhi. Oke, untuk itu saya setuju. Walaupun sebenarnya ngidam saya juga nggak susah-susah amat macem pengen semangka (di pinggir jalan deket rumah jg buanyak banget), pengen pizza (bisa delivery), pengen pop corn (bisa beli di sevel gintung yang cuma secipritan dari rumah), pengen nutrisari (di indomaret banyak). Kalau dipikir-pikir ga ada ngidam yang berkesan gitu haha. Padahal pengen tuh ngidam yang susah gitu biar suami nyari, tapi apa daya suami bukan tipe yang begitu. Alhasil ngidam dibawa santai saja, kalau tidak terpenuhi ya sudah, belum rezeki.
Pesan saya untuk Ibu-ibu hamil yang ngidam, jangan ngidam yang aneh-aneh, kasian suaminya :D Mending ngidam yang mudah dicari, suami senang, ibu senang, bayi senang, semua senaaaang. *macem di iklan iklan*
Salam,
Noni Halimi
No comments:
Post a Comment