Setelah berjuang selama 9 bulan lebih mengalami fase kehamilan, kemudian dilanjutkan dengan perjuangan melawan rasa sakit melahirkan bayi ke dunia, maka perjuangan seorang Ibu ternyata tidak selesai sampai di situ. Setelah bayi tersebut lahir, maka tugas seorang Ibu adalah kembali berjuang. Iya, berjuang menyusui.
Mengapa saya bilang menyusui adalah sebuah perjuangan? Karena saya menyadari bahwa menyusui tidak semudah yang dibayangkan. Menyusui butuh perjuangan maka tidak heran ganjarannya luar biasa. Susu yang dihasilkan dari Ibu, bermanfaat luar biasa untuk bayi, itulah mengapa Allah memerintahkan para Wanita untuk menyusui anaknya hingga usia 2 tahun.
Ya, menyusui tidak mudah. Seorang Ibu yang baru pertama kali belajar menyusui bisa saja mengalami peradangan PD karena bayinya hanya memasukkan sebagian mulutnya saja untuk menyusu. Bagaimana rasanya? Sudah pasti sakit. Belum lagi jika Ibu merasakan PD bengkak karena stok ASI banyak namun bayi tidak banyak menyusu, sehingga supply melebihi demand. Akibatnya mengalami nyeri dan pembengkakan.
Seorang Ibu yang menyusui anaknya bisa berjaga semalam suntuk demi terpenuhi asupan ASI anaknya. Ia rela begadang demi menyusui, karena bayinya pasti membangunkannya satu sampai dua jam sekali. Terjaga setiap malam. Bagaimana rasanya? Rontok badan. Sudah pasti. Tapi inilah perjuangan.
Untuk Ibu yang bekerja, bukan berarti ia melupakan tugas utama seorang Ibu yakni menyusui anaknya. Seperangkat cooler bag dan pompa susu setiap hari ia panggul. Disela-sela kesibukan dan pusingnya kerjaan di kantor ia harus menyempatkan diri memompa ASI untuk stok buah hatinya di rumah. Rasanya ia tidak mau pulang kalau belum membawa ASI beberapa botol ke rumah. Terkadang ia harus rela memompa ASI ditempat-tempat yang tidak nyaman, karena mungkin kantornya belum menyediakan ruang laktasi. Bahkan sering kali ia memompa ASI di toilet. Miris.
Bagaimana dengan Ibu Rumah Tangga? Apa iya waktunya lebih senggang daripada Ibu Bekerja? Ternyata tidak juga. Ibu Rumah Tangga juga berjuang untuk menyusui, ia memang tidak ada office hour dan pekerjaan kantor, namun percayalah pekerjaannya di rumah jauh lebih banyak daripada pekerjaan kantor. Tugasnya adalah memastikan seisi rumah beserta anggota keluarga terpenuhi kebutuhannya. Ia mulai bekerja dari suami belum bangun tidur sampai suami tertidur. Bagaimana manajemen waktunya, sedangkan ia juga harus menyusui anaknya? Bukankah ini perjuangan yang tidak mudah?
Terlepas dari itu, satu hal yang harus diingat oleh para Ibu, bersyukurlah bahwa kita masih diberikan nikmat bisa memberikan ASI kepada biah hati kita. Bersyukurlah bahwa ASI kita mencukupi kebutuhannya. Karena Allah menciptakan ASI pada setiap diri Ibu, cukup untuk kebutuhan anaknya. Tugas Ibu adalah senantiasa berpikiran positif bahwa ASI Ibu banyak, maka nantinya akan benar-benar banyak. Bersyukur pula para Ibu yang bisa mengkonsumsi makanan bergizi sehingga ASI yang dihasilkan juga berkualitas. Bayangkan para Ibu yang tinggal di daerah bencana atau daerah konflik, kelaparan, tidak ada makanan bergizi dan bercukupan, namun ia tetap berjuang memberi ASI kepada anaknya. Jangankan untuk makan katuk, minum susu, atau konsumsi ASI booster seperti kita, untuk makan hari itu saja mereka kebingungan. Maka bersyukurlah para Ibu.. Kesulitan-kesulitan yang Ibu rasakan tentu jauh lebih ringan ketimbang para Ibu yang berada di daerah tersebut.
Karena menyusui adalah perjuangan. Maka berbesar hatilah para Ibu, karena kita adalah pejuang ASI yang tangguh untuk anak-anak kita. Setiap tetes ASI yang kita berikan kelak akan menjadi amalan untuk kita di akhirat. Karena sungguh, menyusui adalah membangun peradaban manusia. Semoga anak-anak kita senantiasa sehat dan para Ibu diberikan kekuatan dan kesabaran dalam berjuang. Semoga para Ibu yang berada di daerah bencana dan konflik diberikan kemudahan dan rezeki yang berlimpah untuk keluarganya.
Salam Pejuang ASI
Noni Halimi
Setujuu bingiiits..😊😊
ReplyDeleteSetujuu bingiiits..😊😊
ReplyDelete