Visa sudah
approval, langkah selanjutnya adalah membuat itinerary sungguhan. Jujur saja
baru kali ini saya dadakan membuat itinerary. Setiap saya bepergian biasanya
itinerary atau jadwal perjalanan sudah saya buat jauh-jauh hari. Berbeda dengan
perjalanan saya kali ini, saya merasa persiapannya sangat minim dan serba
mepet. Padahal destinasi saya adalah ke negara Jepang. Saya sudah googling sana
sini, makin banyak baca makin puyeng dan makin deg-degan. Fiiuuhh. Masalahnya
semua masih di dalam otak dan belum dituangkan dalam excel.
Alhasil mendekati hari H keberangkatan saya memutuskan untuk membuat itinerary bersama dengan Febi, travelmate saya yang nantinya akan berangkat bersama. Sebelumnya kami sudah membuat gambaran kasar di masing-masing draft kami, ketika nanti menginap baru kami akan menggabungkan semuanya. Ada pun draft tersebut saya buat di kantor saat sedang puyeng ngurusin Teller dan CS saya, sedangkan Febi pun dikerjakan di kantornya hehehe. Kami membagi tugas dengan cara Febi membuat itinerary Tokyo sedangkan saya membuat itinerary Kyoto dan Osaka. Kami saling balas-balasan revisi itinerary. Entah sudah part berapa itu draft.
Sungguh malam itu akan menjadi malam panjang karena kami harus berpikir keras bagaimana agar wisata kami ke Jepang berjalan dengan sukses. Rencananya kami akan bepergian ke 3 kota besar di Jepang yakni Tokyo, Kyoto dan Osaka. Berpindah dari satu kota ke kota lain dengan membawa barang bawaan besar tentu bukan perkara mudah, terutama dalam hal transportasi dan akomodasi. Yosshh... kami berencana menyelesaikan semuanya pada malam tersebut.
Sampai di rumah Febi, saya dan Febi langsung mengeluarkan alat pertempuran kami yak tidak lain adalah cemilan *looohh. Ini merupakan bagian penting dalam perintisan itinerary, rasanya kami tidak bisa berpikir kalau tidak ngemil *alasaaan. Saya membawa beberapa referensi buku yang membahas mengenai perjalanan ke Jepang serta tips-tips yang penting untuk diketahui. Saya dan Febi juga sudah print beberapa artikel yang berkaitan dengan destinasi wisata kami untuk memudahkan mengatur jadwal perjalanan.
Hostel yang akan kami tempati di 3 kota di Jepang sudah kami booking melalui booking.com, Alhamdulillah. Setidaknya penginapan sudah aman. Kenapa harus melalui booking.com? Karena pemesanan melalui booking.com tidak dikenakan biaya sepeser pun. Pembayaran dilakukan dengan uang cash ketika kami sudah sampai di lokasi tempat menginap. Lebih terjamin bukan? Apalagi kalau khawatir akan cancel mendadak, uang tidak akan hangus karena kami belum membayar apa-apa.
Destinasi wisata yang akan kami kunjungi juga sudah kami persiapkan, kami hanya mengatur waktu agar semuanya dirasa enak dan tidak terlalu melelahkan. Kami sudah membuat bucking list mengenai hal-hal apa saja yang harus saya lakukan di Jepang, terutama menaiki Shinkansen, itu wajib hukumnya. Kami berencana menaiki Shinkansen dari Kyoto menuju Osaka dengan perhitungan budget yang memadai karena harganya masih terjangkau. Walaupun konsekuensinya perjalanan dengan kereta peluru untuk ukuran jarak Kyoto dan Osaka sangat dekat dan hanya sebentar saja. Namun kami tidak masalah naik Shinkasen hanya hitungan menit, yang penting kami merasakan sensasinya kan?
Selanjutnya yang jadi permasalahan hidup kami adalah transportasi dari Tokyo menuju Kyoto. Ada banyak pilihan mengenai akses dari Tokyo ke Kyoto, diantaranya menggunakan jalur kereta Shinkansen, namun pastinya harganya mahal. Atau dengan menggunakan bus malam Willer Express dengan harga yang cukup terjangkau. Bus ini berangkat malam hari dari Tokyo dan akan tiba di Kyoto pada pagi hari. Pilihan yang tepat untuk menghemat penginapan kan? Namun sayang disayaaaanggg....kami cek website Willer Express ternyata tulisan kanji semua dan kami tidak berhasil memesan tiket tersebut.
Pusing pala berbi. Saya dan Febi pontang panting cari cara, termasuk tanya sana sini ke teman yang punya akses di Jepang. Alhamdulillah ada teman dari teman kami (panjang kan urutannya), yang tinggal di Jepang, kami komunikasi melalui WhatsApp untuk meminta bantuan pemesanan bus. Dengan baik hati ia langsung reservasi bus untuk saya, Febi dan Adik saya melalui situs www.j-bus.co.jp dengan tujuan Tokyo – Kyoto. Mengapa kami tidak bisa memesan sendiri? Ini pertanyaan cerdas. Coba saja buka link tadi, dijamin siwer matanya melihat huruf kanji Jepang yang berserakan. Google translate sana sini namun tidak berhasil juga. Alhamdulillah ada yang membantu memesankan untuk kami.
Tiket bus untuk ke Gunung Fuji belum kami pesan karena rencananya kami akan membeli langsung di kounter tiket yang berada di terminal Shinjuku. Harganya kami sudah perkirakan sekitar 1700 Yen. Cukup mahal yaa.. Namun apa daya, kami wajib melihat Gunung Fuji, udah jauh-jauh ke Jepang masa nggak lihat Gunung Fuji kaaaaan..
Dalam satu malam akhirnya itinerary rampung diselesaikan, ini merupakan pencapaian yang cukup luar biasa bagi kami bedua. Ngebut fiksasi itinerary ditemani minyak kayu putih, coffee latte dan cemilan MSG. Terima kasih telah menemani kami semalaman :)
Salam,
Noni Halimi
No comments:
Post a Comment