Kami menaiki kereta menuju Asakusa Station dengan kartu pass Tokyo Subway Ticket. Kartu ini free dipergunakan untuk berapa kali pemaiakan selama masa kartunya masih aktif selama 3 hari sesuai yang kami pesan. Jadi kami tidak perlu khawatir dan ribet meyiapkan uang untuk membeli tiket setiap kali akan menaiki kereta. Kami cukup tap kartu pass kami di pintu masuk, selayaknya tap EZLink Card di Singapura. Perjalanan dari Bandara Tokyo Haneda 2F yakni menaiki Keikyu Line menuju Asakusa Station cukup singkat. Berhubung masih pagi hari, pemandangan masih sejuk dan situasi penumpang terlihat sibuk. Memang benar apa yang dikatakan oleh banyak orang, bahwa penduduk Jepang kalau berjalan memang terlihat terburu-buru. Entah seperti mengejar sesuatu. Bahkan untuk mengejar kereta sampai berlarian ke sana kemari, padahal jarak kereta satu dengan di belakangnya kurang dari 5 menit dan kedatangan kereta sangat on time alias tepat waktu tanpa kurang satu menit pun. Mereka berhitung dengan detik.
Kereta yang saya naiki agak mirip dengan kereta commuter line yang ada di Jakarta. Memang benar mirip, karena kereta commuter yang ada di Jakarta kabarnya memang hasil kereta limpahan dari Jepang. Bentuk dan isinya sama persis. Pagi itu sudah banyak terlihat penumpang yang akan berangkat kerja dan anak sekolah dengan seragam khas Jepang yang akan berangkat sekolah. Ada pun saya perhatikan selama di dalam kereta, mereka lebih banyak diam dan tidak mengobrol di kereta, Suatu hal yang memalukan dan dianggap mengganggu kepentingan umum jika berbicara terlalu keras di dalam kereta. Tatapan kosong, melihat gadget yang mereka bawa, serta membaca buku. Hampir tidak ada yang tidur di kereta, padahal pagi hari biasanya orang cenderung mengantuk.
Warna pakaian yang dikenakan oleh orang kantoran di Jepang hampir sama antara satu dengan yang lainnya. Mereka mengenakan coat berwarna gelap baik hitam, cokelat tua, maupun biru gelap polos tanpa ada motif macam-macam. Demikian halnya dengan anak sekolah yang mengenakan jas berwarna biru gelap atau hitam, untuk anak wanita mengenakan rok kotak-kotak hitam atau biru gelap, mereka juga membawa tas tenteng atau tas ransel kaku khas pelajar Jepang. Pemandangan unik yang selalu saya impikan untuk dilihat :D
Tidak lama, akhirnya kami sampai di stasiun Asakusa. Begitu keluar dari stasiun, kami langsung menggigil, padahal kami sudah mengenakan jaket tebal berlapis. Namun agaknya badan kami belum menyesuaikan diri. Jalanan pagi itu masih sepi dan kami menebak-nebak dengan peta kira-kira ke mana arah Khaosan Guest House tempat kami menginap. Biasanya kami menggunakan google maps untuk mencari lokasi dimana pun kami berada. Namun apa daya saat itu memang kami tidak punya akses internet sama sekali sehingga kami hanya mengandalkan bertanya kepada orang yang lewat serta insting kesotoyan kami yang sangat kami harapkan.
Warna pakaian yang dikenakan oleh orang kantoran di Jepang hampir sama antara satu dengan yang lainnya. Mereka mengenakan coat berwarna gelap baik hitam, cokelat tua, maupun biru gelap polos tanpa ada motif macam-macam. Demikian halnya dengan anak sekolah yang mengenakan jas berwarna biru gelap atau hitam, untuk anak wanita mengenakan rok kotak-kotak hitam atau biru gelap, mereka juga membawa tas tenteng atau tas ransel kaku khas pelajar Jepang. Pemandangan unik yang selalu saya impikan untuk dilihat :D
Tidak lama, akhirnya kami sampai di stasiun Asakusa. Begitu keluar dari stasiun, kami langsung menggigil, padahal kami sudah mengenakan jaket tebal berlapis. Namun agaknya badan kami belum menyesuaikan diri. Jalanan pagi itu masih sepi dan kami menebak-nebak dengan peta kira-kira ke mana arah Khaosan Guest House tempat kami menginap. Biasanya kami menggunakan google maps untuk mencari lokasi dimana pun kami berada. Namun apa daya saat itu memang kami tidak punya akses internet sama sekali sehingga kami hanya mengandalkan bertanya kepada orang yang lewat serta insting kesotoyan kami yang sangat kami harapkan.
Saat masuk dengan menekan bel, ternyata pengurus guest house atau penginapan tersebut seorang perempuan,. Ia bernama Chieko-san. Kami bertiga dipersilahkan masuk dan kami memberitahu keperluan kami untuk check in. Dengan sangat ramah ia memperkenalkan diri dan menanyakan nama saya. Ia fasih berbahasa Inggris walaupun terkadang ia menggunakan bahasa Jepang. Untuk check in kami diharuskan untuk menyerahkan seluruh passpor kami untuk di copy oleh Chieko-san sebagai data. Setelah itu kami membayar biasa sewa untuk 3 hari 2 malam di Tokyo. Kebetulan saya dan Febi memesan kamar woman dormitory sehingga harus berbaur dengan traveler yang lain, sedangkan adik saya memesan private room.
Ketika saya sedang mengobrol, ternyataaa...Febi bertemu dengan salah satu rekan kantornya yang kebetulan juga menginap di Khaosan Original. What a coinsidence. Teman kantor Febi tersebut merupakan teman kuliah dari teman kerja saya di kantor. Rasanya dunia sempit ya, sesempit daun kelor. Sampai di penginapan rasanya saya mau sujud syukur, sangat dimudahkan sekali pencariannya, tidak sampai muter-muter bahkan nyasar. Alhamdulillaaaaahh. Tidak sabar rasanya untuk destinasi pertama di Tokyo :D
Salam,
Noni Halimi
No comments:
Post a Comment