Thursday, July 9, 2015

Dua Kakak Tidak Sedarah

Namanya Kakak Fani

Di kantor saya memiliki beberapa rekan kerja yang cukup dekat, salah satunya Kakak Fani dan Mbak Jingga. Saya biasa memanggil Kakak Fani dengan sebutan Kakak atau Marican. Saya dipertemukan sewaktu saya bertugas menjadi Customer Service di KCP Jakarta Pusat dan ia menjadi Tellernya. Awalnya kami memang tidak dekat, dan setahu saya kakak Fani memang jarang punya teman dekat di kantor. Saya hanya tahu satu orang yang dekat dengannya yakni Mbak Jingga. Karakter kakak Fani keras dan tidak mau kalah, supel tapi jutek banget kalau sama cowok ahaha. Nggak heran memang parasnya juga cantik ya wajar kalo banyak cowo yang ngejar-ngejar. Pertama kami berpartner dengannya rekan saya yang lain mengingatkan, kalau Kakak Fani orangnya agak kaku dan kemungkinan sya tidak akan bisa dekat. Namun ternyata dugaan mereka salah lho.

Lama kelamaan saya cuci otaknya kakak Fani sedikit demi sedikit, hanya dengan obrolan-obrolan dan ekspresi muka yang aneh saja. Saya yang menularkan komik dan tontonan humor kepadanya. Ia kayaknya satu diantara kaum minoritas lain yang kalau nonton film kartun lucu tapi nggak bisa tertawa. Aneh kan. Ia bercerita, katanya adiknya menonton kartun sampai terbahak-bahak sedangkan ia bengong saja tidak merasa lucu dan heran lucunya disebelah mana? Tapi lama kelamaan karena saya racunin terus eh dia malah keseringan ketawa, malah ketawa terus. Kadang saya cuma melakukan sesuatu yang tidak penting eehh diketawain, katanya mukanya lucu.

Tiada Hari Tanpa Tertawa


Kami juga biasa menghabiskan waktu saat banking hall sepi dengan menonton televisi berbau humor. Sudah makan siang sehari-hari kami ada jadwal maraton tontonan kocak. Dulu ada acara televisi di Trans TV siang hari tentang Sulap-Sulapan bodoh yang dimainkan oleh Kumar. Itu kocak parah triknya konyol dan bikin ngakak. Dan yang lebih lucu lagi, tokoh pesulap Kumar itu mirip dengan mantan saya (sekarang sudah jadi suami saya). Sehabis itu dilanjutkan dengan acara lipsync video klip kocak. Jadi acara tersebut menampilkan video klip musik yang sedang hits, namun adegan di klip tersebut serta lirik lagunya diganti dengan hal-hal yang lucu. Tak pelak kami lanjutkan tertawanya. Sehabis itu diteruskan tontonan Sketsa, yang menampilkan adegan-adegan tidak masuk akal namun masuk ke syaraf tertawa kami. Saking seringnya kami tertawa, suka kelepasan ditegur satpam BNI hahaha maaf loooh...

Rutinitas Rebutan

Pagi hari kami biasa menghabiskan waktu dari mulai pukul 6 pagi di kantor. Rumah kakak Fani berada di Bekasi dan untuk menuju ke Sudirman yang jauhnya luar biasa, pasti harus berangkat pagi, alhasil sampai kantor pun juga pagi. Biasanya pukul 6 lewat sudah sampai. Pun demikian dengan saya, rumah saya ke Sudirman menggunakan moda transportasi kereta api commuter line, yang mengharuskan saya berangkat dari rumah pukul 5.20, kalau lewat dari jam tersebut pasti sudah jadi pepes alias penuuuuh. Alhasil saya biasa sampai kantor pukul 6 pagi. Terkadang kami berpapasan di kantin Amigos depan BNI, kalau sedang tidak puasa kami biasa beli sarapan bersama dan masuk kantor bersama. Kelihatannya akur banget yaa kakak adik ini. Weits jangan salah, kami sering berantem dan rebutan terus. Walaupun hanya bercanda, tapi adaaaaa saja yang bikin kami ribut. Sampai pegawai kantor yang lihat selalu komen “ini bocah berdua berantem mulu sih, ribut banget”. Tapi yaa ini lah kami, kalau nggak berantem sehari rasanya ada yang kurang.

Setelah sampai kantor yang masih sepi pengunjung dan hanya terdengar derung vacum cleaner, kami masuk ruangan dan melanjutkan dengan sarapan pagi. Biasa, kami rebutan sarapan. Padahal sudah punya sarapan masing-masing tapi masih rebutan minta. Bukan hanya sarapan, tapi juga makan siang. Kalau saya bawa bekal, dia selalu menganggap bekal tersebut sudah dipersiapkan Ibu saya untuknya. Pun demikian dengan saya, saya juga menganggap bekal makanan miliknya juga dipersiapkan untuk saya. “Enak banget, ini emak (Ibunya Kakak Fani) pasti udah nyiapin buat Adek nih, tau aja emak (Ibunya Kakak Fani) kesukaan Adek” Pun demikian dengannya “Duh emak (Ibu saya) tau banget sih Kakak suka makanan ini, sampe dibikinin lagi” Itu kata-kata kami yang biasa kami ucapkan, menganggap Ibu kami ada 2, dan kami saling sharing bekal. Kebiasaan kami juga ketika makan adalah luar biasa cepat, rasanya kayak balapan makan sama dia. Jadi kami berdua berasa makan nggak pake kunyah. Kenyang sarapan apakah sudah akur? Beluum. Masih lanjut lari-lari rebutan wastafel untuk sikat gigi dan ambil air wudhu untuk Dhuha. Padahal wastafel ada 3 biji, tapi seneng banget saling ganggu. Termasuk rebutan kaca saat touch up dan memakai jilbab serta seragam.

Saking nggak pentingnya kami berantem rebutan apa pun, pernah kami pulang bareng sore hari. Saat di parkiran keluar kantor ada mobil mungil kece warna hijau, kakak Fani bilang “Mobilnya lucu ya” Saya langsung nyeletuk “Eh tau aja Adek udah mau pulang, itu mobil Adek jemput” sambil menunjuk ke mobil kece tersebut. Tidak terima saya mengaku itu mobil saya, dia pun protes “Dih enak aja, kan Kakak duluan yang lihat, berarti mobil Kakak lah” Saya pun membalas “Tapi kan Adek duluan yang bilang itu mobil Adek, berarti punya Adek lah” Lanjut terus sampai ke ujung kantin Amigos nggak ada yang mau ngalah, kemudian saya nyeletuk “Ngapain kita rebutan mobil orang sih ya, orang yang punya mobil ijo itu aja santai, malah heran ngapain mobil punya dia diributin sama kita” Spontan kami tertawa, iya juga, yang punya aja nyantai, ngapain kita rebutan.

Walaupun tingkahnya kadang egois kayak anak-anak, tapi ia bisa bersikap jauh lebih dewasa dari usianya (bisa dibilang tua lah) *kalo sampe dibaca sama doi abis lah gue* Ia juga jadi pendengar dan motivator yang baik ketika saya saat itu memang dengan kondisi down dan butuh hiburan. Kami menghabiskan waktu bersama hingga akhirnya mutasi yang memisahkan kami. Ia dipindahkan ke Cabang lain, alhasil kami beda kantor sekarang. Walaupun demikian, ia tetap suka iseng mengganggu baik melalui telepon dan chat nggak penting. What a memorable moment yaa. Saat ini Kakak Fani sedang mempersiapkan pernikahannya yang insya Allah akan dilangsungkan pada akhir tahun, semoga diberikan kelancaran, Aamiin Yaa Robbal'alamiin.

Bebeb Jingga Namanya

Kakak kedua saya adalah Mbak Jingga, usianya setahun di atas kakak Fani, sehingga posisi saya juga tetap Adek bontot lah. Ia senang memanggil saya dengan sebutan bebeb pun sebaliknya dengan saya, jadi kami saling ber-bebeb ria *apaaaaalah ini. Bebeb Jingga dan Kakak Fani berteman dekat juga dari awal sebelum saya datang menjadi anak baru di kantor. Hubungan mereka makin dekat karena kakak Fanidikenalkan oleh seorang lelaki yang merupakan sahabat Bebeb Jingga dan pacarnya. Jadilah kalau mereka jalan berempat berasa double date kaaaan, uhuy. Nah, sifat saya dan Bebeb juga sebelas dua belas. Bebeb orang yang tegas, cerdas, tidak mau kalah, punya prinsip dan berani untuk mengungkapkan hal-hal yang menurutnya benar. Ia paling tidak suka dengan ketidakadilan, orangnya super dan ceria. Hampir tidak pernah terlihat murung. Ia supeeeeeer suka dengan yang namanya Korea, dari mulai ngomong Korea, negaranya, tradisinya dan terutama Suju dengan personil favoritnya Sung Min. Rasanya dia benar-benar penggemar Suju sejati. Ia tidak pernah melewatkan konser Suju yang bisa ia datangi. Ia pernah bela-belain ke Singapura untuk menonton Konser Suju. Salah satu impiannya adalah ke Korea dan Alhamdulillah sudah terwujud saat ia hamil 6 bulan musim Salju tahun 2014 silam. Sebelas dua belas dengan saya yang cinta banget sama Jepang dan Alhamdulillah juga berangkat di musim gugur tahun 2014 silam.

Saya dan Bebeb juga suka traveling loh (walaupun cuma yang dekat-dekat aja). Kami berdua bukan orang yang punya kelebihan uang dimana-mana, tapi selalu berusaha menyisihkan untuk traveling. Kami suka sharing lokasi traveling yang pernah kami kunjungi terutama waktu di KL dan Singapura. Bahkan untuk mencapai negara impian kami juga punya proses panjang, Beberapa kali maskapai Air Asia mengadakan promo tiket murah untuk ke Jepang dan Korea namun kami belum mengambilnya juga. Sampai akhirnya saya nekat memberanikan diri untuk memesan tiket ke Jepang dengan harga cukup murah. Saat itu Bebeb belum pesan tiket Korea, beberapa bulan setelahnya ada tawaran ke Korea dari family Bebeb di Kuala Lumpur, ia pun bingung untuk berangkat. Gambling dan ikutan mupeng pengen beli tiket karena melihat saya sudah mengantongi tiket ke Jepang. Karena sudah bertekad dan mimpinya untuk pergi ke sana, maka dibeli lah tiket tersebut, dengan keberangkatan dari KL. Jadi Bebeb harus membeli tiket Jakarta-KL terpisah.
 
Agaknya itu bukan halangan untuknya, bahkan ketika tanggal keberangkatannya bertepatan dengan kehamilan usia kandungan 6 bulan ia tetap optimis untuk berangkat. Saya pun beri dukungan penuh. Bahkan ketika banyak pihak melarangnya untuk pergi karena kondisi kehamilan saat itu kurang baik, saya tetap kasih semangat insya Allah bisa pergi, karena setahu saya, yang namanya orang punya mimpi ada tekad dan keinginan yang kuat, serta adanya kegembiraan dalam pelaksanaannya, insya Allah akan ada jalan. Saya yakin ketika nanti Bebeb berangkat ke Korea pasti akan have fun dan sehat wal'afiat insya Allah. Dan benar saja, memang Bebeb jadi berangkat ke Korea waktu perutnya sedang buncit-buncit 6 bulan :D

Partner Hunting Tiket

Kami juga sering hunting tiket pesawat bareng. Jadi tiap ada promo kami saling memberi tahu, sampai ada saatnya tiket promo bulan Agustus untuk keberangkatan tahun 2015. Kami semangat bukan main untuk cari tiket ke Singapura bersama pasangan kami. Well, tunggu dulu saat itu kondisinya Bebeb Jingga sedang hamil 3 bulanan dan saya belum menikah. Jadi kami menghitung hitung kapan kiranya waktu yang tepat untuk pergi bersama pasangan masing-masing. Bebeb menghitung bulan dimana kira-kira anaknya sudah berusia 6 bulanan sehingga bisa diajak pergi bersama dia dan Suami. Akhirnya ia memutuskan membeli untuk keberangkatan bulan September 2015 dengan estimasi anaknya sudah berusia 6 bulan. Sedangkan saya menghitung kapan kiranya saya sudah menikah. Karena saya akan pesan tiket pesawat bersama dengan pasangan yang saat itu kami belum menikah. Kalau sampai hari H keberangkatan kami belum menikah, hanguslah sudaaaah. Saya pun memperkirakan keberangkatan bulan Maret 2015.

Lucunya kami panik dengan ocehan “Beb, kira-kira anak gw September udh bisa diajak belom ya?? Kira-kira udah lahir dan umurnya 6 bulan, udah bisa diajak kan ya??” Saya pun menjawab iya untuk meyakinkan. “Beb, gw berangkat kapan nih, kira-kira Maret gw udah kawin belom ya?” Ia pun mengiyakan. “Tapi gw lamaran aja belom, apalagi nentuin tanggal kawinan beeeebbb” Saya agak ragu. Kemudian ia bilang “Gapapa beb, insya Allah udah kawin sebelum lo berangkat ke Singapur ini, sekalian jadiin motivasi buat segera kawin beb” Mendengar jawaban tersebut, dengan mengucap Bismillah, kami proses pemesanan tiket. Dalam ruangan tersebut, rekan-rekan kami komen semua melihat kelakuan kami, dua bocah berhasrat beli tiket murah. Gambling tapi Alhamdulillah sesuai rencana. Insya Allah Bebeb juga akan berangkat bulan September mendatang, sedangkan saya Alhamdulillah sudah berhasil honeymoon ala-ala bulan Maret lalu, tentunya sudah menikah juga. :D

Bebeb adalah orang yang cukup berpengaruh dalam kehidupan saya, terutama saat saat berat saya menghadapi kerjaan kantor, melalui bebeb saya bisa terus semangat dan termotivasi. Kami saling menguatkan dan sharing banyak hal, karena sifat kami mirip, tidak sulit untuk nyambung dan dekat dengannya. Sama halnya dengan kakak fani, saya juga menganggap Ibunya Bebeb sebagai Ibu saya juga, Bebeb pun demikian menganggap Ibu saya sebagai Ibunya. Kami bertiga biasa saling memanggil dengan sebutan Emak. Sama halnya dengan kakak Fani, kami suka sharing bekal. Tapi bedanya saya dan Bebeb jarang sekali berantem dan rebutan. Malah biasanya kami yang saling menawarkan.

Banyak hal yang kami lalui bersama di kantor dari mulai jadi partner Customer Service dengannya, kami berasa duet maut CS di Cabang kami, karena saya dan Bebeb kaalu bicara agak lantang, kalau ada nasabah yang sedang kami jelaskan, seperti sahut menyahut antara meja kami berdua :D Saat ini Mbak Jingga sudah melahirkan putrinya yang super lucu namanya Jira, dan salah satu namanya diberikan unsur Korea karena cintanya sama Korea, ia memberikan nama tengah “Seoulina” yang diambil dari kata Seoul, Ibu kota Korea Selatan. Luar biasa ya :D

-Noni Halimi 

Bebeb Jingga dan Kakak Fani

No comments:

Post a Comment