Wat
Arun atau Temple of The Dawn juga merupakan salah satu tempat menarik yang
terkenal di kota Bangkok. Wat Arun adalah kuil yang menjulang seperti menara
yang berlokasi dekat dari sungai Chao Phraya. Untuk mencapai ke Wat Arun, kamu
harus menyebrang dengan perahu. Lokasi untuk menaiki perahu ada di district
Thonburi, tepat di seberang Grand Palace dan Wat Po.
Pertama
kami saya menaiki boat melintas Chao Phraya membuat saya sangat excited dan
kegirangan. Tatkala mesin perahu boat dinyalakan dan menunggu penumpang yang
naik, saya tak lepas dari jeprat sana sini untuk mengabadikan foto. Bangkok
memang salah satu kota yang mengandalkan transportasi air, dikarenakan
banyaknya sungai yang melintasi kota-kota di Bangkok. Bedanya dengan Indonesia,
jika di Bangkok sangat terurus dan justru memanfaatkan adanya sungai untuk
kepentingan masyarakat banyak dan wisatawan asing, sedangkan Indonesia
dibiarkan begitu saja. Dari Sungai Ciliwung warnya masih agak bening (kata
orang jaman dulu) sampai sekarang warnanya cokelat tua mendekati hitam tua, tak
kunjung juga dimanfaatkan oleh pemerintah.
Tak
lama menunggu penumpang, supir Chao Phraya Boat pun menjalankan mesin untuk
menuju ke distri seberang. Saya pikir akan memutar-mutar dulu, ternyata
langsung menyebrang. Berhubung lokasi Wat Arun persis di seberang distrik
Thonburi tadi, jadi sensasi naik Chao Phraya Boat hanya sebentar saja *penonton
kecewaaaaa* nanti kita naik lagi untuk ke Asiatique deh.
Panas Bingits |
Wat Arun |
Thiv dan Kk Sinta |
Menjelang berangkat |
Siang
hari agaknya bukan waktu yang tepat untuk berkunjung ke Wat Arun, karena
letaknya di pinggir sungai membuat situasi semakin panas dan silau (apa
hubungannya). Intinya waktu yang cucok untuk ke Wat Arun adalah pagi hari
ketika matahari belum terik atau senja ketika matahari terbenam. Konon sebutan
Temple of The Dawn didapat ketika Raja Taksim berlayar mengarungi sungai Chao
Phraya dan perahunya harus merapa ketika shubuh. Pemandangan di sana sangat
indah, dan Raja Taksim ingin membangun kuil di tempat tersebut. Setelah kuil
tersebut selesai di bangun, raja Taksim menamakannya kuil fajar. Lah tadi kan
lagi bahas senja matahari terbenam kenapa jadi fajar ya. Intinya sih bagus lah
kalo dalam keadaan remang-remang dan banyak cahaya dari sekitar kuil. Kuil
tersebut jadi terlihat bersinar di antara sungai Chao Phraya yang eksotis.
Salam
Fajar Menyingsing,
Noni
Halimi
No comments:
Post a Comment