Oh iya, ada hal yang lupa saya sampaikan. Di Singapura eskalatornya jauh berbeda dengan Indonesia, kecepatannya lebih tinggi. Jika disamakan dengan kecepatan berjalannya orang Singapura ya memang pas. Orang Singapura berjalan dengan cepat, bahkan untuk mengejar MRT pun kayaknya buru-buru banget. Padahal jarak MRT satu dengan yang belakangnya lagi gak sampe 5 menit. Untungnya saya kebiasa jalan sendirian yang menyebabkan kecepatan berjalan saya memang cepat :D
Apabila kamu naik eskalator jika tidak dalam keadaan terburu-buru, maka gunakan sisi sebelah kiri, karena sisi sebelah kanan khusus untuk orang yang ingin mendahului. Apabila kamu berdiri di seblah kanan dan berhenti, siap-siap akan ditegur dengan sinis oleh orang yang mau berjalan mendahului, atau minimal kena muka asem orang belakang hehe. Apabila kamu membawa barang banyak seperti koper, pergunakanlah lift sehingga tidak mengganggu orang lain. Di Singapura sangat tertib dan teratur, jarang terjad kekacauan dalam antrian atau tempat umum. Sepertinya memang sudah mental tertib terbangun. Salah satu penyebab warga negaranya bisa terbit juga karena Singapura dikenal dengan Fine City, banyak aturan-aturan yang apabila di langgar bener-bener didenda dengan jumlah denda yang tidak sedikit. Singapura sangat menghormati pejalan kaki, bahkan angkutan umum akan berhenti dan mempersilakan pejalan kaki untuk menyebrang apabila di area pedestrian walk yang tidak ada traffic light. Selain itu Singapura juga sangat menghormati dan memfasilitasi bagi penyandang cacat. Luar biasa yah.
National Library Building |
Balik lagi ke trip kami, tujuan pertama tracking kami adalah National Library Building yang lokasinya tidak jauh dari MRT City Hall tapi lebih dekat lagi kalau dari MRT Bras Basah. National Library Building baru beroperasi pukul 10.00 sedangkan saat itu baru pukul 09.00 hehe, daripada keriput buang waktu, kami hanya sekedar tahu saya bagian depat perpustakaan itu. Setidaknya saya tahu lokasi perpustakaannya hehe. Setelah itu kami menuju Singapore Art Museum yang berada di Bras Basah Road dengan berjalan lagi. Memang sangat dekat lokasinya dengan MRT Bras Basah. Kemudian kami melanjutkan perjalanan ke Asian Civilizations Museum / Museum Peranakan yang berlokasi di Armenian Street dekat Fort Canning Ris. Di dekat sana juga ada Singapore Philatelic Museum.
Singapore Art Museum |
Singapore |
Museum Peranakan, Singapore |
Kami melanjutkan perjalanan menuju Rafless Standing Statue. Diluar dugaan saya ga kebayang itu raffless ada dimana gara2 ada proyek pembangunan museum baru di sekitar Fullerton Road. Saya memandangi museum yang masih dalam tahap pembangunan pilarnya. Luar biasa tinggi bener itu pilar, segede gambreng. Memang Singapura gak pernah tanggung-tanggung kalau bangun sesuatu, terlebih lagi Museum yang mengandung nilai seni. Nantinya akan dibangun Museum lukisan. Kebayang gimana serunya.
Raffles Standing Statue |
Setelah ngaso-ngaso sejenak nyari Raffles Standing Statue kami lanjut jalan lagi. Berbekal nanya ke orang pinggir jalan, katanya Raffles Statue ada 2 buah, yang satu berwarna hitam, yang satu lagi berwarna putih dan letaknya saling berseberangan. Kami tidak berpikir lagi mau pilih statue hitam atau putih "seketemunya ajalah" hahahhaa. ternyata begitu sampai, kami menemukan Raffles Standing Statue berwarna putih. Senangnya :D
Kami lihat ada seorang pria dan wanita berjilbab sedang foto di Raffles Standing Statue. Saya menebak sih kayaknya itu orang Indonesia. Saat saya mencuri dengar si mbaknya ngomong "Mas, minta fotoin sama mbak-mbak itu aja" sambil menunjuk ke arah kami. Makin yakinlah saya, ya ini orang Indonesia. Si mas-nya menghampiri saya dan berkata "excuse me, can you help us to take a picture?" Cengengesan saya menjawab "boleh mas." Eh mas-nya bilang "Owalaaah, orang Indonesia juga tho" Akhirnya kami mengobrol sebentar tanya2 asal dan mau melanjutkan perjalanan ke mana lagi. Ternyata pasangan suami istri itu dari Semarang. Tak lupa gantian, minta tolong fotoin juga hahaha.
Ada satu hal unik orang Indonesia, kalau menyebut perempuan atau wanita yang tidak dikenal baik di jalanan atau di tempat perbelanjaan dengan panggilan "mbak-mbak" Seperti yang saya alami tadi, si wanita berkata "minta tolong aja fotoin ke mbak-mbak itu" Lucunya soal sebutan ini, pernah saya menyaksikan di Bugis Street ada seorang Ibu yang ingin bertanya atau membeli barang dan memanggil penjaga toko seorang wanita. Ibu itu memanggil dengan sebutan "mbak" hahahahhaa :)) emang bakal ngerti ya kalo penjaga tokonya itu dipanggil dengan panggilan "mbak-mbak" akakakkaka.
Ohya ada satu hal menarik lagi, dua kali saya ke Singapura dan jika berpapasan dengan backpacker lain di hostel dan berkenalan, selalu saja mereka bisa mengetahui bahwa saya dan rekan-rekan berasal dari Indonesia. Kebetulan di dua hostel yang berbeda saya yang kena. Seperti di Fernloft Hostel, seorang pria backpacker etnis Timur Tengah menyapa saya di koridor "Are you come from Indonesia?". Pun demikian dengan di ABC Backpackers Hostel saat di dapur saya berpapasan dengan seorang pria dengan dengan mata sipit dan menyapa saya yg sedang asik ngaduk-ngaduk teh "Do you come from Indonesia?" Dengan bangga dan senyum lebar saya menjawab "Ya!" "Where are you come from anyway?" kemudian ia menjawab "Taiwan" Setelah mengobrol sebentar, saya pun minta ijin (emangnya di ruang kelas sekolah) untuk keluar dan sarapan di tenda luar "Nice to meet you Sir, have a nice day".
Memang wajah Indonesia mudah untuk dikenali ya, beberapa kali ditanya apakah kami dari Indonesia, dan belum pernah saya kena sangkaan orang Malaysia, padahal jenis muka-nya kan mirip-mirip. Kebiasaan lagi orang Indonesia adalah ramah, hingga tiap papasan dengan orang yang kami anggap itu orang Indonesia, refleks kami lempar senyum. Seperti yang terjadi di MRT Bugis kami papasan dengan mbak-mbak berjlbab berjalan sndirian dengan bukunya, spontan kami lempar senyum dan mbak itu pun juga sama-sama senyum. Sepakat kami berpendapat kalau mbak itu berasal dari Indonesia, muka Indonesia mudah utuk dikenali ya, hahahhaa. Tetapi anehnya di Raffless Standing Statue mas2 yang minta foto itu malah gak bisa mengenali kami sesama orang Indonesia juga, bener-bener deh -___-
Perjalanan kami lanjutkan menyusuri Boat Quay menuju Merlion Park. Kami sempat membeli Uncle Icecream seharga $1 yang mejeng di sekitar Boat Quay. Kebetulan memang hari panas banget. Disebut dengan Uncle Ice Cream karena penjualnya biasanya sudah agak tua. Yang dijual adalah Eskrim potong dengan ukuran cukup besar ya kira-kira sekotak paddle pop lah dengan berbagai rasa. Untuk penyajiannya bisa dalam cup, wafer atau roti. Harganya sama semua yakni $1. Uncle juga menjual minuman kaleng dengan harga $1 - $1.5. Setelah melepas dahaga, kami melanjutkan perjalanan. Kami melewati Fullerton Road dan menyebrang melalui jembatan penyebrangan. Namun jembatan penyeberangannya berada di dalam perkantoran sehingga kami harus masuk dahulu ke dalam. Kami pun sampai ke Merlion Park dengan sukses hahahaha.
Marina Bay |
Hari itu superrrrrr panas banget, saya sudah pasrah sajalah pasti akan belang ini pulang dari Singapur. Sampai di Merlion Park tak buang waktu kami langsung foto-foto di depan patung Merlion dan Landmark Esplanade. November lalu saat saya ke Merlion Park kondisinya hujan dan sudah malam, banyak atraksi lampu di Marina Bay, sangat cantik :D Kali ini saya berpanas-panasan. Pengalaman yang berbeda. Setelah puas foto-foto kami melanjutkan perjalanan menuju MRT Raffles Place karena tujuan kami selanjutnya adalahr Sentosa Island. Here we go! Pemberhentian akhir MRT kami adalah MRT Harbourfront
Setelah sampai di MRT Harbourfront, kami langsung menuju Vivo City. Dari Vivo City untuk menuju ke Express Monorail Sentosa Island, gunakan eskalator ke lantai 3. Di sana ada counter untuk pembelian tiket masuk ke Sentosa Island. Harga tiket masuk sebesar $3.5 atau bisa gunakan Ez Link Card. Kami langsung masuk ke kereta express dgn excited wlpn cuma mau foto-foto aja dan sekedar tahu Sentosa Island. November lalu saya ke Sentosa Island untuk ke Universal Studios Singapore, namun kali ini, kami tidak ke sana, mahal bok.
Dari Vivo City ke Universal Studios Singapore hanya melewati 1 stasiun, yakni langsung turun di stasiun Waterfront. Rasanya baru sedetik duduk, eh udah harus turun. Sampai di sana, kami berkeliling, namun tidak terlalu menghabiskan waktu, berhubung hari sudah mendung dan kami khawatir hujan, jemuran belum diangkat *loh*
Ada satu hal menarik yg menjadi perhatian kami di stasiun monorail express sentosa island, ada standar layanan crew sentosa island. Saat kereta berjalan meninggalkan stasiun mereka akan melambaikan tangannya ke arah penumpang di dalam kereta, hahaha. Seru kalau liat muka-mukanya yang kecapean lambai-lambai tangan.
Setelah pulang dari Sentosa Island, kami pun menuju Chinatown dengan pemberhentian di MRT Chinatown. Ternyata letak China Town persis di seberang MRT,tinggal naik penyebrangan dan sampailah di Chinatown. Suasana Chinatown ditandai dengan banyaknya lampion dan ornamen China. Mungkin kalau kami datang malam hari pasti akan lebih cantik ya penuh dengan lampu-lampu. Di China Town mirip dengan Bugis Street, banyak menjual pernak pernik untuk souvenir. Berhubung banyak sekali barang souvenir made in China, cucok bgt kl di Chinatown semuaaaaaa deh ada di sana.
Tujuan kami ke sana selain berkeliling adalah mencari Masjid di area Chinatown. Setelah muter-muter gak jelas, sampailah kami ke Chulia Mosque. Luqr biasa terpana saya melihatnya, tempat wudhu, toilet, restroom, semua tertata rapi plus banyak cctv. Saat kami sampai di Chulia Mosque, entah mengapa seperti menemukan rumah kedua, nyaman dan bahagia rasanya. Maklum agak sulit mencari Musholla di tempat tempat umum di Singapura, jadi harus mencari Masjid. Masjid ini dikelola oleh komunitas Muslim di Singapura dengan berbagai kajian yang diadakan rutin tiap minggunya. Iseng saya berkeliling dan membaca tulisan-tulisan di papan pengumuman, banyak hal-hal menarik. Terlebih jadwal Shalat, karena perbedaan waktu terasa aneh ketika Ashar baru berkumandang pukul 16.30 dan maghrib pukul 19.00.
Masjid Chulia |
Kami melepaskan lelah dan rehat di Chulia Mosque, setelah siap berjalan kembali, kami pun melanjutkan perjalanan pulang. Kami melewati kembali Temple Sri Mariaman yang menjulang tinggi, saya penasaran isinya, namun sayang tidak sempat masuk. Setelah lelah seharian berjalan, kami pun kembali ke hostel. What a tired tracking all day long. Fiuh.
Sri Mariaman Temple at China Town |
No comments:
Post a Comment