Masyarakat Jepang dikenal sibuk dan cekatan, ia akan banyak terlihat berjalan cepat bahkan berlarian untuk memburu waktu. Waktu adalah uang, mungkin sangat dianut oleh masyarakat Jepang. Dalam kesehariannya orang Jepang terbukti memang memberi nilai tinggi terhadap waktu. Karena itu mereka hampir tidak pernah melesett, dan bisa mewujudkan apa yang mereka rencanakan. Mereka bukan tipe orang yang suka membuang waktu. Contohnya saja jika di tengah perjalanan bertemu dengan teman, maka waktu yang dipergunakan orang Indonesia untuk sekedar menyapa adalah semenit sampai dua menit. Berbeda dengan orang Jepang, kegiatan menyapa itu hanya dengan anggukan kecil waktu berpapasan dan senyuman saja. Prilaku khas yang ditunjukkan dari cara berjalan terlihat bahwa orang tersebut terburu-buru dan biasanya orang Jepang juga sudah memaklumi akan ketergesaan tersebut.
Akibat penghargaan yang sangat tinggi terhadap waktu ternyata berpengaruh juga kepada kehidupan pribadi masyarakat Jepang hingga melebar kepada budaya kerja masyarakat Jepang. Jika orang Jepang mengalami keterlambatan dalam menghadiri sesuatu, maka ia akan menyalahkan dirinya sendiri, bukan menyalahnya bis, angkutan umum atau faktor dari luar dirinya. Bahkan jadwal transportasi di Jepang hampir tidak pernah meleset barang 1 menit pun. Semuanya sesuai dengan jadwal. Saya pernah berkomentar karena mengalami sendiri tertibnya jadwal angkutan umum di Jepang, saya mengatakan bahwa “Di Jepang itu bukan hanya berburu menit, tapi berburu dalam hitungan detik” Ibaratnya lepas beberapa detik saja, kamu bisa tertinggal.
Setiap stasiun kereta bagian dalam peron tersebar banyak jam digital dengan irama yang sama satu sama lain. Jepang memiliki standar waktu pada tempat-tempat umum salah satunya stasiun dibuat terpusat agar memudahkan standarisasi waktunya. Jadwal kereta yang datang bisa dicocokan dengan jam tersebut. Jika kereta akan tiba pukul 10.39, maka memang benar pada menit ke 39 kereta sudah sampai di peron, tanpa terlewat 1 menit pun dan meleset dari jadwal. Bahkan saya pernah mendengar cerita dari rekan saya, bahwa jika petugas yang menjalankan kereta menyebebakan kereta tersebut datang terlambat maka akan ada permohonan maaf ke seluruh penjuru isi kereta berkali kali dan berulang ulang (sampai pendengarnya bosen, hehehe). Bahkan petugas tersebut sampai berjalan melewati gerbong satu ke gerbong lainnya untuk meminta maaf secara pribadi kepada penumpang yang menaiki kereta tersebut. Karena keterlambatan dianggap hal yang memalukan.
Bukan hanya standar waktu di stasiun kereta yang dibuat sama, namun juga standar waktu di seluruh sekolah, kampus, bahkan stasiun televisi juga dibuat terpusat. Bisa dibayangkan ketika diterapkan di Indonesia, ketika waktu Adzan Maghrib dikumandangkan di televisi maka akan muncul serentak tanpa jeda beberapa detik bahkan menit. Luar biasaa....
Akan sangat berasa perbedaannya ketika kita berjalan-jalan di Jepang dan merasakan sensasi tepat waktu ala orang Jepang. Jangan lengah dan bersantai-santai, luangkan waktu lebih banyak jika kita ingin menaiki kereta atau bus, lebih baik menunggu daripada tertinggal kereta atau bus kan? :D
Salam,
Noni Halimi
Akibat penghargaan yang sangat tinggi terhadap waktu ternyata berpengaruh juga kepada kehidupan pribadi masyarakat Jepang hingga melebar kepada budaya kerja masyarakat Jepang. Jika orang Jepang mengalami keterlambatan dalam menghadiri sesuatu, maka ia akan menyalahkan dirinya sendiri, bukan menyalahnya bis, angkutan umum atau faktor dari luar dirinya. Bahkan jadwal transportasi di Jepang hampir tidak pernah meleset barang 1 menit pun. Semuanya sesuai dengan jadwal. Saya pernah berkomentar karena mengalami sendiri tertibnya jadwal angkutan umum di Jepang, saya mengatakan bahwa “Di Jepang itu bukan hanya berburu menit, tapi berburu dalam hitungan detik” Ibaratnya lepas beberapa detik saja, kamu bisa tertinggal.
Setiap stasiun kereta bagian dalam peron tersebar banyak jam digital dengan irama yang sama satu sama lain. Jepang memiliki standar waktu pada tempat-tempat umum salah satunya stasiun dibuat terpusat agar memudahkan standarisasi waktunya. Jadwal kereta yang datang bisa dicocokan dengan jam tersebut. Jika kereta akan tiba pukul 10.39, maka memang benar pada menit ke 39 kereta sudah sampai di peron, tanpa terlewat 1 menit pun dan meleset dari jadwal. Bahkan saya pernah mendengar cerita dari rekan saya, bahwa jika petugas yang menjalankan kereta menyebebakan kereta tersebut datang terlambat maka akan ada permohonan maaf ke seluruh penjuru isi kereta berkali kali dan berulang ulang (sampai pendengarnya bosen, hehehe). Bahkan petugas tersebut sampai berjalan melewati gerbong satu ke gerbong lainnya untuk meminta maaf secara pribadi kepada penumpang yang menaiki kereta tersebut. Karena keterlambatan dianggap hal yang memalukan.
Bukan hanya standar waktu di stasiun kereta yang dibuat sama, namun juga standar waktu di seluruh sekolah, kampus, bahkan stasiun televisi juga dibuat terpusat. Bisa dibayangkan ketika diterapkan di Indonesia, ketika waktu Adzan Maghrib dikumandangkan di televisi maka akan muncul serentak tanpa jeda beberapa detik bahkan menit. Luar biasaa....
Akan sangat berasa perbedaannya ketika kita berjalan-jalan di Jepang dan merasakan sensasi tepat waktu ala orang Jepang. Jangan lengah dan bersantai-santai, luangkan waktu lebih banyak jika kita ingin menaiki kereta atau bus, lebih baik menunggu daripada tertinggal kereta atau bus kan? :D
Salam,
Noni Halimi
No comments:
Post a Comment