"Sebaik-baik perempuan adalah yang paling ringan maharnya." (HR. ibnu Hibban, Hakim, Baihaqi, Ahmad)
Imam Ahmad meriwayatkan bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Di antara kebaikan wanita adalah mudah meminangnya, mudah maharnya dan mudah rahimnya.” ‘Urwah berkata, “Yaitu mudah rahimnya untuk melahirkan.” (HR. Ahmad)
Ngomong-ngomong soal mahar, tersebut di atas bahwa wanita yang paling baik adalah yang paling ringan maharnya. Dalam hal ini saya mengambil kesimpulan bahwa mahar yang baik adalah mahar yang tidak menyulitkan suaminya. Jika suami merasa mahar tersebut tidak menyulitkannya, maka saya anggap mahar tersebut ringan baginya.
Bingung menyebutkan mahar apa untuk calon suami? Buat saya mudah sekali saat meminta permohonan mahar. Mahar saya simpel, 25 gram logam mulia. Nilainya memang cukup besar, tapi bagi kami berdua ini cukup ringan untuk ditunaikan. Suami pun ridho dan setuju akan permintaan mahar tersebut. Bagaimana tidak, emas ini sudah ada wujudnya sejak lama, bahkan sejak 2011 kami belum merencanakan pernikahan. Karena kisah emas inilah yang membuat mahar saya terasa spesial.
Jadi emas logam mulia tersebut sudah ada sejak pertengahan tahun 2011. Pada masa tersebut, kami berdua mulai menabung emas melalui pegadaian syariah. Ya, kami menabung sendiri-sendiri. Masing-masing dari kami menabung 25 gram emas selama 6 bulan. Karena lokasi kantor pegadaian syariah dekat dari kantor saya dan calon suami ditempatkan di Cilacap, jadilah tiap bulan ia transfer uang untuk saya setorkan cicilan emas miliknya sendiri.
Itu adalah emas pertama yang ia miliki. Ia bilang, ini nabung untuk mahar kami kelak. Tapi saya koreksi niatnya, saya bilang jangan niatkan seperti itu, niatkan saja buat mahar calon istrimu, siapa pun calon istrimu kelak, kan mana ada yg tahu kita berjodoh di masa depan? Calon suami saya hanya tersenyum. Namanya juga doa dan harapan, begitu katanya. Memang, saya tidak mau ia meniatkan untuk mahar saya, karena kami belum tentu berjodoh. Berharap dan berdoa sih sudah pasti.
Tiap bulan kami berkerja keras untuk menyisihkan sebagian penghasilan kami demi mencicil emas tersebut. Sangat terasa sekali perjuangannya, karena masa itu saya baru OJT. Ini investasi emas pertama kami. Walaupun kami membelinya masing-masing. Tapi rasanya berjuang berdua. Tidak terasa emas sudah lunas dan sudah ia terima. Bahkan saya masih ingat kode sertifikatnya, AFS 054. Saya sempat memfoto emas tersebut ketika sudah lunas.
Waktu berlalu dan atas kehendak Allah kami dipisahkan sementara. Ya, kami hidup sendiri-sendiri dulu dalam waktu 1.5 tahun. Bahkan punya pasangan sendiri-sendiri. Hingga akhirnya Allah mempertemukan kami lagi berdua.
Tidak ada yang menyangka kami bisa bersatu kembali, bahkan calon suami saya langsung melamar ke orang tua saya. Allah mengatur segalanya dengan indah. Begitu ia menanyakan mahar apa yang saya inginkan. Spontan saya menjawab, 'masih ada kan emas 25 gram yang waktu itu kamu beli bareng aku AFS 054, kasih aku mahar emas itu aja' Ia mengangguk sambil senyum :D
Bukan perkara jumlahnya, bukan perkara berat emasnya. 25 adalah angka favorit kami, dan emas tersebut seberat 25 gram. Saya tahu permintaan mahar saya mudah saja baginya karena barangnya sudah ada, dan emas tersebut punya kisah manis tersendiri untuk kami berdua. Itu hasil jerih payahnya di saat pertama kali bekerja. Saya mau emas itulah yang menjadi mahar saya. Alhasil atas izin Allah juga, benar-benar terealisasi mahar spesial kami berdua, AFS 054 :) Alhamdulillah..
No comments:
Post a Comment