Bulan Februari menjadi bulan yang sangat saya nantikan, pasalnya pada akhir bulan tersebut saya bersama ketiga rekan kantor akan menjelajah kota Bangkok selama beberapa hari. Itinerary, hotel serta tiket Madame Tussauds sudah kami persiapkan jauh hari sebelum keberangkatan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Saya membeli tiket pesawat Tiger Airways beberapa bulan sebelumnya dengan promo free return, yang artinya saya hanya membeli tiket keberangkatan saja sedangkan tiket pulang seharga 0 rupiah. Pergi bayar, pulang dibayarin. Saat itu saya membeli tiker keberangkatan Jakarta - Bangkok (Suvarnabhumi Intl) dengan harga sekitar 675.000 IDR, ditambah bagasi pulang, biaya pemesanan dengan kartu, serta lain-lain, saya harus membayar tiket Jakarta-Bangkok-Jakarta dengan harga 1.000.000 IDR bersih. Harga yang cukup bersahabat lah untuk ke Bangkok, mengingat harga tiket promo untuk ke Bangkok dari Air Asia yang sudah lama saya perhatikan berkisar antara 1.500.000 IDR sampai dengan 1.800.000 IDR.
Langsung saya booking dengan kompromi singkat dengan kedua rekan saya, yakni Kakak Shinta dan Thivany. Setelah tiket kami dapatkan, rekan kami yang bernama Ndari berniat ikut, namun sayang promo maskapai Tiger Airways tak kunjung datang, hingga akhirnya harus merelakan membeli Air Asia dengan harga yang sedikit lebih mahal, dan konsekuensinya adalah kami terpisah bandara. Tiger Airways akan mendarat di Bandara Internasional Suvarnabhumi sedangkan Air Asia akan mendarat di LCCT Don Mueang. Saya cukup khawatir dengan adegan pisah badara ini karena rekan saya Ndari kali pertama ke luar negeri. Namun, kami semua optimis perjalanan akan lancar dan aman. Bismullah.
Tibalah sore hari keberangkatan kami ke Bangkok. Saya dan Thivany sudah sampai Terminal 3 Soekarno Hatta. Syukur Alhmadulillah kami berempat berada di terminal yang sama, karena Air Asia pun akan berangkat dari Terminal 3. Setidaknya kami akan menunggu pesawat bersama walaupun Ndari nantinya akan berangkat beberapa menit setelah kami dengan maskapai lain. Jam sudah menunjukkan pukul 2 siang dan Kakak Shinta berserta Ndari belum kunjung datang juga. Siang itu sungguh aneh, terik matahari namun di tengah perjalanan ke bandara tiba-tiba hujan sangat deras. Saya sudah mewanti-wanti Kakak Shinta dan Ndari supaya tiba lebih awal karena harus check in terlebih dahulu. Siapkan waktu setidaknya 2 jam sebelum keberangkatan internasional. Saya sudah ingatkan. Sekitar satu jam kami menunggu, akhirnya Ndari dan Kakak Shinta tiba. Kami bergegas ke Boarding Room dan menunggu pesawat kami.
Selama menunggu, kami langsung shalat Ashar dan Dzuhur dengan Jamak mengingat perjalan kami cukup panjang dan kemungkinan akan sampai di Bangkok lewat Isya. Tak lama kami sholat dan menunggu sambil nyemil De Besto (ayam yang dibawa oleh Ndari) kami langsung mendengar pengumuman bahwa pesawat Tiger Airways sudah siap dan kami diminta untuk beratur menuju ke pesawat. Ndari masih di terminal 3 menunggu penerbangan Air Asia.
Waktu tempuh Jakarta - Bangkok adalah 3 jam, dengan tidak ada perbedaan waktu diantara kedua tempat tersebut. waktu tempuh yang cukup panjang membuat saya memutuskan untuk tidur di tengah perjalanan. Saat bangun, ternyata langit sudah senja dan matahari tinggal ujungnya saja terlihat. Entah mengapa, saya langsung bersin berkali-kali dan demam. Biasanya setelah bangun tidur memang biasa suhu badan naik, namun sepertinya ini tidak biasa. Saya langsung berinisiatif meminum obat penurun panas dan pusing agar keadaan tidak semakin buruk. Setelah minum obat, saya melanjutkan tidur hehhehehehe.
Pukul 19.00 kami sudah tiba di Bandara Internasional Suvarnabhumi. Hal yang saya lakukan ketika tiba di sana adalah berputar keliling mencari imigrasi dan melihat-lihat. Lantai bawah bandara ini sangat biasa, tidak ada yang spesial. Padahal saya diceritakan oleh beberapa rekan saya yang sudah ke bandara ini, katanya bagus. Kami bertiga berjalan lurus entah berapa ratus meter dengan eskalator yang tiada akhir rasanya. Tidak bisa saya pungkiri ini bandara memang panjang gilaaakkk. Dan lucunya tiap saya menaiki eskalator, sesaat sebelum ujung eskalator akan ada notifikasi berbahasa Thailand yang mungkin artinya "Ini adalah batas akhir eskalator, hati-hati melangkah" Sotooooy gilak, tapi mungkin seperti itu. Bahasa dan iramanya super lucu yang membuat kami bertiga tergelak di ruangan panjang bandara yang cukup sepi itu.
Papan Pengumuman Maskapai |
Papan Petunjuk Jalan supaya gak nyasar |
Lepas melewati imigrasi, kami langsung bingung harus menunggu di mana. Maklum kali pertama kami ke sini dan kami belum menentukan meeting point bertemu Ndari dari Don Mueang. Saya pun bertanya sana sini mencari informasi mengenai Bus kedatangan dari Bandara Don Mueang ke Suvarnabhumi. Petugas memberitahukan bahwa bus akan berhenti di shuttle bus yang berada di lantai 2. Agak aneh sih, masa ada jalan raya di lantai 2. Namun ternyata memang benar, ada jalan layang tinggi yang dilewati oleh bus dan mobil-mobil yang datang untuk mengantarkan orang yang ingin masuk ke Bandara Intl Suvarnabhumi ini. Di lantai inilah saya baru melihat kerennya Suvarnabhumi. Hall yang berisi lalu lalang orang dengan berbagai kepentingan maskapai dan bagian luar yang indah berbentuk jalan layang. Kami bertiga menunggu Ndari di sana dengan mengandalkan komunikasi melalui BBM dan Twitter.
Saat saya sampai di Bandara, saya langsung membeli kartu perdana AIS 3G persis di dalam bandara sekaligus meminta untuk mengisikan paket blackberry agar tetap bisa terkoneksi dengan orang rumah. Maklum pakainya BBM. Namun demikian Bapak saya tetap saja menggunakan SMS. Haish. Harga AIS 3G ini sekitar 200 THB atau jika dikonversi ke dalam rupiah (1 IDR = 350 THB) maka senilai 70.000 IDR dengan paket yang bisa dipergunakan selama 2 bulan. Namun sayang saya hanya beberapa hari saja di Bangkok :S
Sim Card Thailand |
Isinya |
Selama menunggu Ndari datang di shuttle bus dari Don Mueang, kami malah asik ngobrol, foto-foto dan makan ayam De Besto yang tadi belum habis. Lumayan masih bisa dimakan daripada mubazir :D Pukul 21.15 kami baru bertemu dengan Ndari. Rupanya terjadi delay Air Asia sehingga jadwal ketibaan Ndari di Don Mueang juga terlambat. Fiuh bikin panik haha. Kami memutar otak bagaimana caranya sampai di Samsen Road dengan kondisi jalan yang sudah malam. Saya memang selalu kesulitan mencari tempat dengan kondisi gelap / malam. Seharusnya sih BTS atau kereta dalam kota Thailand sudah tidak beroperasi di atas jam 21.00 namun kami masih berharap ada kereta yang bisa mengantarkan kami ke Samsen Road, lokasi tempat penginapan kami.
Kami berlari menuju stasiun BTS yang masih di lantai 2 Bandara Suvarnabhumi ini. Ternyata masih ada kereta, dan jalan yang akan saya tempuh yakni sampai dengan Stasiun Phay Thai kemudian kami akan menyambung naik taxi sampai Samsen Road. Saya tidak bisa mengambil risiko mencari bus tengah malam begini dengan koper yang kami bawa. Syukur Alhamdulillah kereta masih ada dan kami diminta segera membeli tiket. Harga tiket kereta dari Suvarnabhumi menuju Phay Thai adalah 90 THB per orang. Kereta ini cukup bagus dan mirip dengan KLIA Express milik Malaysia. Di dalam kereta kami banyak bercanda dan rupanya Bapak disebelah kami memperhatikan. Dengan super polosnya Kakak Shinta menyapa "Liburan, Pak?" Saya dan kedua teman saya langsung bengong. Kenapa disapa pakai Bahasa Indonesia bukan bahasa Inggris. Hahaha. Rupanya Bapaknya mengerti Bahasa Indonesia dan cara berbicaranya mirip sekali dengan orang Melayu. Diceritakan bahwa Bapak ini adalah orang asli Thailand namun lama bekerja di Malaysia sehingga sedikit paham bahasa Melayu. Kami diberikan informasi mengenai tempat penginapan yang akan kami tuju, dan kami disarankan menaiki taxi. Ya, persis dengan rencana awal saya. Bapaknya sangat baik bahkan browsing tentang hostel kami dan menunjukkan foto gambar depan hostel kami. Beliau pun juga berpesan agar kami selalu berhati hati dan selamat menikmati kota Bangkok. :)
Tiba di stasiun Phay Thai, lagi-lagi kami harus nekat dan sok tahu berjalan ke arah mana. Rupanya di bawah tangga ada taxi yang sedang ngetem. Sepertinya sih taxi legal dan Bismillah saja saya langsung menanyakan apakah bisa kami berempat diantar ke Amazing House yang berada di Samsen Road. Mbak-mbak bagian pemesanan taxi pun bertanya dengan logat yang sangat aneh dan membuat saya berpikir keras dan menebak-nebak ini Mbak ngomong apa sih. Ternyata ia menanyakan lokasi hostel kami ada di Samsen berapa? Karena Samsen Road punya banyak lorong (soi), dari Samsen 1, 2, 3 dan seterusnya. Saya menunjukkan kertas print berisi alamat Amazing House yakni di Samsen 2 Road. Ia langsung mengerti dan bicara "Aaa...Samsen Soi Song" yang artinya adalah Samsen Soi 2. Saya langsung merekam dalam otak saya, itu artinya.
Ia menuliskan receipt pembayaran taxi dengan tulisan yang super saya nggak paham itu artinya apa, cacing semua. Walaupun demikian saya langsung masuk ke dalam taxi beserta barang-barang kami. Dalam hati saya bertanya-tanya, ini harus bayar berapa ya wong argo taxi-nya matiiiii :S
Bukti pemesanan Tiket Taxi |
Alhasil dengan kompromi sana sini, kami membayar dengan 100 THB. Perjalanan cukup lumayan dan kami disuguhi dengan pemandangan malam kota Bangkok kiri kanan lampu hias. Sepintas saya teringat dengan Jakarta karena kurang lebih jalanannya sama. Sampai di Amazing House kami pun mengucapkan terima kasih kepada Bapak supir taxi.
No comments:
Post a Comment